kisah lahirnya gerakan sejumi oleh suprianto haseng membawa harapan dari perbatasan - News | Good News From Indonesia 2025

Kisah Lahirnya Gerakan SEJUMI oleh Suprianto Haseng: Membawa Harapan dari Perbatasan

Kisah Lahirnya Gerakan SEJUMI oleh Suprianto Haseng: Membawa Harapan dari Perbatasan
images info

Gerakan Sejuta Mimpi Anak Batas (SEJUMI) merupakan komunitas relawan peduli sosial dan pendidikan pada anak batas. Hal ini diakukan dalam upaya mewujudkan mimpi-mimpi kecil anak batas dengan cara yang sederhana.

Gerakan Sejuta Mimpi Anak Batas digagas oleh Suprianto Haseng bersama sejumlah mahasiswa Pulau Sebatik lainnya di Jakarta. Ia juga dikenal sebagai Direktur Program dan Head of Media Millenial Talk Institute dan Penyuluh Anti Korupsi Tersertifikasi LSP KPK RI.

Awal terbentuknya Gerakan Sejuta Mimpi Anak Batas dilatar belakangi oleh pengalamannya tinggal di Pulau Sebatik yang kesulitan dalam menjangkau pendidikan. Suprianto merasa sulit untuk mewujudkan mimpinya sebab terhalang oleh keterbatasan buku serta permasalahan sosial yang cukup kompleks.

Namun, dari keresahan tersebut, Suprianto justru melahirkan komunitas yang dapat membangkitkan mimpi anak-anak di tanah kelahirannya. Bersama dengan teman-teman kuliahnya di Jakarta, mereka mendirikan rumah baca bernama Teras Perbatasan.

Baca Juga: Bijak Riyandi Ahadito, Inovator di Balik Sabun Minyak Jelantah yang Ramah Lingkungan

Melalui Rumah Baca Teras Perbatasan, Suprianto dengan optimis mengedukasi anak-anak di desanya supaya gemar membaca. Meskipun di Pulau Sebatik terdapat keterbatasan toko buku, di situlah peran Rumah Baca Teras Perbatasan dalam memfasilitasi buku dan meningkatkan literasi anak-anak.

Bahkan langkahnya tidak berhenti di situ, Suprianto dan teman-temannya tergerak untuk membangun komunitas Sejuta Mimpi Anak Batas yang bermula dari Pulau Sebatik. Hadirnya komunitas sebagai bentuk kepedulian sosial dan mendorong pendidikan anak-anak di perbatasan serta memobilisasi literasi ke daerah yang sulit menjangkau akses bacaan.

Dengan itu, Suprianto dan rekannya memulai langkah dengan mengumpulkan buku-buku yang masih layak dibaca, kemudian mengategorikannya sesuai usia anak-anak. Selain itu, terdapat pertemuan yang bisa menjadi sarana diskusi untuk memperkaya wawasan anak-anak.

Adapun harapan Suprianto terhadap komunitas SEJUMI yakni melahirkan generasi anak Pulau Sebatik yang mampu menggapai mimpinya tanpa bayang-bayang kondisi ekonomi yang sulit. Ia merasa setiap langkah besar yang diambil dapat dipengaruhi oleh bacaan buku anak-anak sehingga penting meningkatkan literasi mereka supaya termotivasi untuk meraih impiannya.

Melalui inovasi di bidang pendidikan tersebut, Suprianto mendapatkan penghargaan dari SATU Indonesia Award pada tahun 2023 lewat Gerakan Sejuta Mimpi Anak Batas (SEJUMI). Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Awards merupakan bentuk apresiasi ASTRA terhadap anak muda yang memiliki gagasan dalam menciptakan perubahan di kalangan masyarakat mencakup bidang Kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi.

Kehadiran program SATU Indonesia Awards dapat mendorong generasi mudah untuk berkolaborasi dengan program unggulang Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA). Dengan harapan, merka dapat memberikan dampak positif lebih besar lagi dan memberikan kontribusi yang berkelanjutan untuk membangun desanya menjadi lebih maju. 

Sebagai informasi tambahan, Pulau Sebatik merupakan pulau yang terletak di daerah perbatasan antara dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Dikutip dari berbagai sumber, Pulau Sebatik masuk dalam wilayah administrative Kecamatan Sebatik, yaitu kecamatan paling timur di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).

Secara geografis, Pulau Sebatik tebagi menjadi dua, yakni di bagian utara seluas 187,23 km yang merupakan wilayah Kota Tawau, di negara bagian Sabah. Sementara bagian Malaysia di sebelah selatan dengan luas 246.61 km masuk ke wilayah Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, Negara Indonesia.

Diketahui, Pulau Sebatik terdiri dari 5 kecamatan dan 19 desa yang dibentuk menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB). Penduduk pulau Sebatik Sebagian besar dari suku pendatang, terutama Bugis dan Tidung.

Pada tahun 1967, seorang Bugis Bernama Beddhu Rahim hendak pulang ke Sulawesi Selatan dari Tawau, kemudian singgah di sungai Melayu, Aji Kuning. Kehadirannya menjadi awa mula pengolahan hutan belantara di wilayah tersebut hingga sekarang.

Nama "Sebatik" sendiri bermula dari kisah ekspedisi Belanda yang menjelajahi pulau tak berpenghuni tersebut. Saat itu mereka menemukan seekor ular besar jenis sanca yang di sebut "Sawa Batik" oleh masyarakat sekitar.

Namun, dalam pelafalan warga Belandan menjadi "Sebettik" sehingga seiring berjalannya Waktu menjadi "Sebatik".

#kabarbaiksatuindonesia

Baca Juga: Bukan Sekadar Membangun Brand Awareness, Es Gak Beres Jadi Sumber Inspirasi dan Kebaikan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HA
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.