Rumah sering dianggap sebagai tempat paling aman bagi anak. Di dalamnya, mereka kerap tumbuh dengan kasih sayang, perhatian, dan rasa nyaman dari orang tua maupun keluarga. Namun, kenyataannya rumah tidak selalu identik dengan istilah ruang aman. Justru, ancaman terbesar kerap datang dari orang-orang terdekat yang seharusnya menjadi pelindung
Bayangkan, ketika seorang anak yang polos menaruh kepercayaan penuh pada keluarganya, tanpa disangka seorang kakak justru tega merusak masa depan adiknya sendiri. Atau, saat seorang guru yang seharusnya menjadi teladan, malah berubah menjadi ancaman bagi muridnya. Nyatanya, kekerasan seksual terhadap anak sering dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya mampu memberi perlindungan.
Data Kasus Kekerasan Seksual pada Anak

Data kasus kekerasan seksual anakFoto: Kakak Aman Indonesia
Data KemenPPPA mencatat hampir 20 ribu kasus kekerasan terhadap anak sepanjang 2024, dengan lebih dari 60 persen berupa kekerasan seksual. Ironisnya, sebagian besar pelaku justru adalah orang yang dikenal korban.
Laporan World Health Organization menunjukkan pola serupa, di mana pelecehan seksual kerap terjadi di sekolah, kampus, hingga tempat kerja, dengan pelaku berasal dari lingkungan terdekat korban.
Kasus kekerasan seksual pada anak sering disebut sebagai fenomena “gunung es”. Artinya, jumlah yang terlihat di laporan resmi hanyalah sebagian kecil. Masih ada banyak kasus lain yang tersembunyi dan tidak pernah dilaporkan. Biasanya, keluarga memilih diam karena merasa malu atau takut menghadapi proses hukum yang rumit. Akibatnya, anak yang menjadi korban harus menanggung trauma mendalam sepanjang hidup.
Kenyataan ini menegaskan bahwa anak-anak perlu dibekali pengetahuan sejak dini, mulai dari mengenali batas tubuh pribadi, berani berkata “tidak”, hingga melapor kepada orang dewasa yang bisa dipercaya. Dari kebutuhan itulah lahir inisiatif untuk melindungi anak, salah satunya melalui gerakan edukasi yang dikenal dengan namaKakak Aman.
Apa Itu Kakak Aman?

Komunitas Kakak Aman Berikan Edukasi Lewat GambarFoto: Website Kakakaman.id
Kawan GNFI, Kakak Aman Indonesia merupakan sebuah komunitas edukasi yang digagas oleh Hana Maulidah bersama dua rekannya, pada Januari 2023 di Serang, Banten. Fokus utama mereka adalah memberikan edukasi tentang perlindungan diri dari kekerasan seksual kepada anak-anak jenjang TK dan SD.
Hana mengungkapkan bahwa nama Kaka Aman dipilih dengan maksud sederhana. Kata “kakak” dipandang dekat dan hangat bagi anak-anak, berbeda dengan guru atau orang tua yang kadang terasa formal. Sedangkan kata “aman” dimaksudkan sebagai kebutuhan dasar setiap anak untuk bisa terbebas dari rasa takut dan merasa terlindungi.
Melansir dari situs resmi Kaka Aman dalam praktiknya, komunitas ini menggunakan modul pembelajaran sederhana dan ramah anak. Ada dua poin utama yang ditekankan yaitu Mengenali bagian tubuh pribadi (private parts), dan Cara bersikap dalam situasi sulit.
Kakak Aman menegaskan bahwa berkata “tidak” bukanlah sikap melawan, melainkan bentuk perlindungan diri. Anak juga didorong untuk berani bercerita, tidak harus kepada orang tua tetapi kepada orang dewasa yang benar-benar bisa dipercaya.
Selain itu, Hana menyebut prinsip 3M: mudah, murah, menyenangkan digunakan sebagai modul pembelajaran yang bisa diterapkan oleh siapa saja seperti orang tua, guru, atau relawan.
Menjangkau Banyak Daerah

Juara utama bidang pendidikan di kompetisi nasional Astra SATU Indonesia Awards tahun 2024Foto: Website Kakakaman.id
Membicarakan pendidikan seksual di Indonesia memang masih sering dianggap tabu. Padahal, keterbukaan justru penting untuk mencegah anak menjadi korban.
Meski tidak mudah, sejak berdiri Kaka Aman telah menjangkau lebih dari 17 daerah di Indonesia. Lebih dari empat ribu anak telah mengikuti kegiatan mereka, sementara ratusan guru dan orang tua ikut pelatihan. Gerakan ini juga melahirkan komunitasGuru Aman, tempat guru bertukar pengalaman dan belajar menghadirkan pendidikan ramah anak di sekolah.
Kehadiran Guru Aman menunjukkan bahwa gerakan ini bukan kegiatan sesaat. Komunitas ini menjadi ruang bagi guru untuk saling mendukung, berbagi pengalaman, dan belajar menghadirkan pendidikan ramah anak di kelas.
Lebih dari itu, penghargaan datang dari berbagai pihak. Pada 2023, Kakak Aman masuk dalam jajaran proyek sosial terbaik se-ASEAN lewat program YSEALI Seeds for the Future. Setahun kemudian, gerakan ini meraih SATU Indonesia Awards 2024 sebagai program pendidikan terbaik, mengalahkan lebih dari 18.000 pendaftar lainnya.
Harapan Kakak Aman
Meski mendapat apresiasi, Hana dan tim menyadari perjuangan masih panjang. Tantangan terbesar adalah mengubah pandangan masyarakat yang masih menganggap pendidikan seksual tabu. Mereka berharap Kakak Aman bisa masuk ke kurikulum TK dan SD, membentuk sekolah percontohan ramah anak, hingga daycare yang aman dan edukatif.
Bagi Hana, mimpi sederhana ini berangkat dari keyakinan bahwa anak-anak adalah aset paling berharga bangsa. Jika mereka tidak merasa aman, mustahil bisa tumbuh percaya diri dan mengembangkan potensi terbaiknya.
Kasus kekerasan seksual yang meningkat menunjukkan bahwa anak-anak rentan terhadap informasi yang salah tentang seks. Kurangnya pengetahuan membuat mereka lebih berisiko menjadi korban.
Pendidikan seks sejak usia dini penting untuk memberikan informasi kepada anak tentang cara menjaga dan melindungi tubuhnya, sekaligus membekali mereka agar mampu menolak niat jahat orang lain. Perlindungan terhadap anak bukanlah tugas segelintir orang, melainkan tanggung jawab bersama.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News