Ada sebuah cerita rakyat dari Sumatera Selatan yang berkisah tentang legenda Pak Pandir. Menurut ceritanya, Pak Pandir merupakan seseorang yang bodoh dan suka bertindak ceroboh.
Meskipun demikian, Pak Pandir berhasil membalas kesalahan yang dia lakukan untuk keluarganya. Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda Pak Pandir tersebut?
Legenda Pak Pandir, Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan
Dinukil dari buku Subadiyono, dkk., yang berjudul Sembesat Sembesit: Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera Selatan, dahulu kala ada sebuah keluarga yang hidup di pedalaman Sumatera Selatan. Keluarga ini terdiri dari Pak Pandir, Bu Pandir, dan Pandir.
Mereka tinggal di gubuk sederhana. Sehari-hari Pak Pandir dan Bu Pandir memanfaatkan hasil alam untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sayangnya, Pak Pandir merupakan orang yang bodoh dan ceroboh. Sering kali dia salah menafsirkan apa yang dimaksud oleh Bu Pandir.
Pada suatu hari, Bu Pandir meminta Pak Pandir untuk mencari buluh di hutan. Bu Pandir meminta mencari buluh yang sudah mengekor sawi untuk membuat tengkalak.
Pak Pandir kemudian pergi ke hutan. Dia berpikir bahwa buluh yang dimaksud Bu Pandir adalah yang dihinggapi oleh burung sawi.
Padahal Bu Pandir bermaksud untuk mencari buluh yang sudah berwarna kekuning-kuningan seperti warna ekor burung sawi. Pak Pandir salah tangkap maksud yang disampaikan Bu Pandir.
Alhasil Pak Pandir memotong semua buluh yang dihinggapi burung sawi. Namun karena burung sawi tersebut langsung terbang, Pak Pandir menganggap dia tidak berhasil membawa bulu yang sudah mengekor sawi.
Pak Pandir kemudian pulang dengan tangan kosong. Setelah menceritakan hal yang terjadi, Bu Pandir menjadi marah dan menjelaskan apa yang sebenarnya yang dia maksud.
Hal ini terus terjadi berulang kali. Hingga suatu hari, Bu Pandir marah besar karena Pak Pandir kembali gagal menangkap hal yang dia maksud.
Setelah Bu Pandir marah besar, Pak Pandir memutuskan untuk bersembunyi di sebuah keranjang besar yang berisi peralatan rumah. Tanpa Pak Pandir sadari, ternyata keranjang itu memang sudah dipersiapkan Bu Pandir karena ingin minggat dari rumah tersebut.
Bu Pandir kemudian membawa Pandir pergi bersamanya. Dia juga membawa keranjang yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Di luar dugaan, Bu Pandir merasa keranjang tersebut lebih berat dari sebelumnya. Bu Pandir tidak sadar bahwa Pak Pandir ada di dalam keranjang itu dan ikut bersamanya.
Setelah berjalan cukup lama, Bu Pandir merasa bersalah dengan apa yang sudah dia lakukan. Tiba-tiba, Pak Pandir muncul dari dalam keranjang dan memaafkan perilaku istrinya tersebut.
Tidak lama kemudian, muncul seekor harimau besar di hadapan mereka. Harimau yang tengah kelaparan ini melihat mangsa yang ada di hadapannya.
Kali ini Pak Pandir mencoba mencari cara untuk membalas kesalahannya. Dia ingin menyelamatkan keluarga kecilnya agar tidak menjadi santapan harimau.
Pak Pandir kemudian membawa anggotanya untuk lari kembali ke rumah. Sesampainya di sana, Pak Pandir beserta istri dan anaknya naik ke atas loteng.
Harimau yang terus mengejar menunggu di bawah loteng itu. Ajaibnya, harimau ini kemudian berkata agar keluarga Pak Pandir turun untuk menjadi santapannya.
Pak Pandir kemudian menolak hal itu. Pak Pandir berkata akan bersedia turun jika gigi harimau lebih besar dari apa yang dia punya.
Dengan sombongnya, harimau tersebut menerima tantangan Pak Pandir. Namun Pak Pandir sudah mengikat beberapa kapak yang ada di rumah dan memperlihatkannya ke harimau selayaknya giginya.
Harimau tersebut terkejut melihat hal itu. Dia tidak menyangka gigi Pak Pandir lebih besar dari yang dia punya.
Namun harimau itu tetap tidak menyerah. Pak Pandir kemudian menantang agar mereka saling adu mata.
Pak Pandir kemudian mengikatkan dua buah terong masak yang ada di keranjangnya. Lagi-lagi dia memperlihatkan kedua terong tersebut selayaknya matanya sendiri.
Harimau kembali mengakui kekalahannya. Namun dia masih belum menyerah untuk menyantap keluarga Pak Pandir.
Akhirnya Pak Pandir memberikan tantangan agar mereka saling adu kumis. Jika harimau masih kalah, maka dia mesti pergi dari sana.
Harimau tersebut menerima tantangan Pak Pandir. Pak Pandir kemudian mengikatkan beberapa duri landak dan memperlihatkannya ke harimau tersebut.
Melihat hal itu, harimau menduga duri landak itu adalah kumis Pak Pandir. Akhirnya harimau tersebut mengakui kekalahannya dan pergi meninggalkan rumah itu.
Bu Pandir merasa senang dengan kehebatan sang suami. Sejak saat itu, Pak Pandir memutuskan untuk tidak ceroboh lagi dan memikirkan setiap tindakan yang akan dia lakukan.
Itulah kisah lengkap dari legenda Pak Pandir, salah satu cerita rakyat Sumatera Selatan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News