legenda i bagus diarsa cerita rakyat dari bali tentang pemimpin yang bijaksana - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda I Bagus Diarsa, Cerita Rakyat dari Bali tentang Pemimpin yang Bijaksana

Legenda I Bagus Diarsa, Cerita Rakyat dari Bali tentang Pemimpin yang Bijaksana
images info

Pernahkan Kawan mendengar kisah tentang legenda I Bagus Diarsa dari Bali? Kisah ini merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Bali.

Bagaimana kisah lengkap dari legenda I Bagus Diarsa tersebut? Simak ceritanya dalam artikel berikut ini.

Legenda I Bagus Diarsa, Cerita Rakyat dari Bali

Dinukil dari buku Agnes Bemoe yang berjudul Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, pada zaman dahulu di daerah Bali terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Surakrama. Sang raja dikenal jahat dan kejam.

Dia memiliki hobi berjudi dan suka sabung ayam. Perilaku sang raja membuat masyarakat yang ada di sana juga sama seperti dirinya yang suka sabung ayam.

Begitupun dengan I Bagus Diarsa. Meskipun dia sudah berkeluarga, I Bagus Diarsa tetap tidak bisa lepas dari kegemarannya untuk berjudi tersebut.

Pada suatu hari, I Bagus Diarsa pergi ke arena sabung ayam untuk berjudi. Namun malang, pada hari itu dia kalah dan kehabisan semua uang yang dimiliki.

Dengan langkah gontai I Bagus Diarsa kembali pulang. Di tengah perjalanan, I Bagus Diarsa sadar bahwa dia tidak bisa hidup seperti ini seterusnya.

Sesampainya di rumah, I Bagus Diarsa bertekad untuk menghentikan kebiasaannya tersebut. Dia kemudian memutuskan untuk berladang dan mengolah lahan yang ada di rumahnya.

Tidak lama kemudian, datang seorang kakek tua ke rumah I Bagus Diarsa. Kakek tua ini meminta uang kepada I Bagus Diarsa.

I Bagus Diarsa kemudian melihat uangnya. Dia hanya memiliki sedikit uang saja.

Akhirnya I Bagus Diarsa berkata bahwa dia tidak bisa memberikan uang. Namun dia akan memberikan sang kakek makanan.

Sang kakek kemudian juga meminta untuk menginap di rumahnya. I Bagus Diarsa juga mengabulkan permintaan sang kakek.

Dirinya kemudian meminta sang istri untuk memotong dan memasak ayam terakhir mereka. Akhirnya sang kakek tersebut makan bersama I Bagus Diarsa dan keluarganya.

Sebelum pergi, sang kakek kemudian memberikan satu permintaan lagi. Dia meminta anak I Bagus Diarsa, yakni I Wiracita untuk ikut bersama dirinya.

Nantinya sang kakek berjanji akan memberikan ayam aduan untuk I Bagus Diarsa. Ayam aduan ini dijamin sakti dan tidak akan pernah terkalahkan.

I Bagus Diarsa kemudian bertanya bagaimana dia bisa menemui sang anak nantinya. Kakek tersebut kemudian memberikan sehelai bulu ayam kepada I Bagus Diarsa.

Sang kakek meminta dirinya untuk menyimpan bulu tersebut di pamrajan atau kuil keluarga. Jika kelak dia ingin bertemu I Wiracita, maka dia bisa menerbangkan bulu ayam tersebut dan mengikutinya.

Akhirnya I Wiracita ikut bersama sang kakek dan meninggalkan ayah ibunya. Di sisi lain, I Bagus Diarsa kembali melanjutkan hidupnya.

Dia bertekad untuk tidak kembali tergiur berjudi. Hari-harinya kemudian dihabiskan dengan bertani dan mengurus ladang.

Pada suatu masa, Raja Surakrama mengadakan sayembara sabung ayam secara besar-besaran. Dia memerintahkan semua masyarakat untuk ikut sayembara tersebut.

Jika ada masyarakat yang menolak, maka dia akan dijatuhi hukuman. I Bagus Diarsa yang mengetahui hal ini menjadi khawatir karena tidak memiliki seekor pun ayam.

Tiba-tiba I Bagus Diarsa teringat janji sang kakek dulu yang akan memberikannya ayam aduan. Dia kemudian mengambil bulu ayam yang dulu diberikan sang kakek dan menerbangkannya.

I Bagus Diarsa kemudian mengikuti arah terbang bulu ayam tersebut. Setelah berjalan cukup jauh, sampailah I Bagus Diarsa di bawah pohon beringin besar.

Dirinya kemudian beristirahat di bawah pohon itu. Tidak lama kemudian, datang seorang pemuda tampan yang menghampirinya.

Ternyata pemuda tersebut adalah I Wiracita yang sudah tumbuh dewasa. I Wiracita kemudian berkata bahwa kakek yang datang ke rumah mereka dulunya adalah jelmaan Dewa Siwa.

Sang Dewa sengaja datang ke daerah tersebut untuk mencari apakah masih ada orang yang berbudi luhur di tengah penduduk yang suka berjudi. I Wiracita kemudian mengajak sang ayah untuk menghadap Dewa Siwa.

Dewa Siwa kemudian memenuhi janjinya kepada I Bagus Diarsa. Tidak hanya itu, Sang Dewa juga memberikan emas dan permata kepada dirinya.

I Bagus Diarsa dan I Wiracita kemudian kembali ke rumah bersama. Tepat di hari sayembara, I Bagus Diarsa membawa ayam aduannya ke arena.

Sesampainya di sana, ayam I Bagus Diarsa tidak mau ikut bertanding. Raja Surakrama kemudian mengejek ayam yang dimilikinya tersebut.

Tiba-tiba ayam I Bagus Diarsa langsung terbang dan menyambar leher sang raja. Taji ayam berhasil merobek leher sang raja hingga membuatnya tewas seketika.

Para pengawal kemudian berusaha menangkap I Bagus Diarsa. Namun sang ayam kemudian berkata agar I Bagus Diarsa naik ke punggungnya.

Ayam tersebut kemudian berubah menjadi seekor burung garuda. Semua pengawal Raja Surakrama berhasil dikalahkannya dengan mudah.

Akhirnya masyarakat di sana mengangkat I Bagus Diarsa menjadi raja. Dirinya kemudian memiliki gelar Prabu Niti Yukti.

Dalam memimpin kerajaan, Prabu Niti Yukti didampingi Sang Hyang Narada yang diutus oleh Dewa Siwa. Dirinya kemudian menghapus segala macam perjudian serta memimpin wilayah tersebut dengan adil dan bijaksana.

Begitulah kisah lengkap dari legenda I Bagus Diarsa yang menjadi salah satu cerita rakyat dari Bali.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.