Para mahasiswa baru (maba) disabilitas Universitas Sebelas Maret (UNS) tampak sing along saat penutupan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), Sabtu, 23 Agustus 2025.
Dalam video yang beredar, para disabilitas menggerakkan tangannya saat lagu Tanpa Cinta dinyanyikan. Mereka bernyanyi bersama, tapi menggunakan bahasa isyarat.
Panitia PKKMB memfasilitasi para disabilitas dengan menghadirkan juru bahasa isyarat (JBI) yang berasal dari Forum Relawan untuk Mahasiswa Disabilitas (Fordis). JBI memandu para disabilitas agar bisa menikmati hiburan di acara puncak Malam Symphony of Semar Muda.
Apa Itu Forum Relawan untuk Mahasiswa Disabilitas?
Forum Relawan untuk Mahasiswa Disabilitas (Fordis) UNS adalah wadah atau ruang kolaborasi yang mempertemukan para relawan dan mahasiswa yang peduli pada isu-isu disabilitas di lingkungan kampus.
Fordis di UNS baru dibentuk 2024 di bawah Pusat Studi Difabilitas (PSD) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Sejak awal diluncurkan, Fordis telah menarik minat mahasiswa. Tercatat ada 177 mahasiswa yang mendaftar sebagai relawan untuk mahasiswa disabilitas.
Fordis berperan sebagai pusat koordinasi, advokasi, edukasi, dan penguatan jejaring untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi penyandang disabilitas. Kegiatannya beragam, tetapi fungsi utama dari Fordis adalah memberikan pendampingan dan pelayanan.
Para relawan yang terpilih terlebih dahulu mengikuti pelatihan dan pembekalan. Mereka akan dibekali pelatihan tentang berbagai jenis disabilitas, teknik komunikasi inklusif, hingga cara pendampingan akademik dan non-akademik. Pendampingan itu diiulai sejak penerimaan mahasiswa, adaptasi awal, pelaksanaan perkuliahan (termasuk praktikum), hingga tugas akhir.
Forum ini juga turut memastikan fasilitas kampus bersifat inklusi dan mendukung akses fisik maupun sarana/prasarana bagi disabilitas.
Lembaga dan Forum Disabilitas di Beberapa Kampus
UNS bukan satu-satunya perguruan tinggi yang memiliki forum atau relawan untuk disabilitas. Beberapa kampus pun telah menunjukkan langkah progresif dengan menyediakan pendidikan yang inklusif dari segi sarpas maupun SDM. Kampus berkomitmen menyediakan akses pendidikan tinggi yang adil untuk mahasiswa penyandang disabilitas.
Beberapa kampus yang memiliki relawan untuk mahasiswa disabilitas di antaranya:
Airlangga Inclusive Learning (AIL) di Universitas Airlangga
Di Universitas Airlangga, inklusi diwujudkan melalui program Airlangga Inclusive Learning (AIL). Layanan ini mulai diiniasi sejak 2016. Direktur Pendidikan pada saat itu, Prof. Ni Nyoman Tirtaningsih, menganggap bahwa sudah waktunya Universitas Airlangga lebih memperhatikan rekan-rekan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus (MBK).
Sejak didirikan, AIL terus melakukan perbaikan untuk memberikan layanan dan fasilitas bagi civitas academica yang berkebutuhan khusus. Relawan yang bergabung dalam AIL bukan hanya teman bantu, tetapi menjadi bagian penting dari ekosistem pembelajaran inklusif di kampus.
Tugas mereka meliputi mendampingi mahasiswa difabel dalam perkuliahan, membantu mengurus administrasi, hingga memastikan materi kuliah dapat diakses dengan format yang ramah bagi penyandang disabilitas.
Setiap relawan di bawah program Airlangga Inclusive Learning (AIL) terikat kontrak kerja yang berlaku selama satu tahun. Kontrak ini mengatur hak, kewajiban, serta ruang lingkup peran mereka sebagai pendamping mahasiswa difabel. Dengan adanya kontrak, relawan dan pihak kampus sama-sama memiliki pegangan mengenai apa yang menjadi tanggung jawab relawan, dan hak yang mereka peroleh selama menjalankan tugas.
Dari sisi hak, relawan mendapatkan perlindungan agar peran mereka tidak melebar di luar kewajiban. Selain itu, relawan juga memperoleh tunjangan pendampingan sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Tidak kalah penting, hak relawan untuk mendapatkan hari libur setiap hari Minggu juga dijamin.
Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) punya Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD). Pusat studi ini memberikan layanan yang beragam mulai dari pendampingan belajar, penyediaan materi kuliah dalam format yang aksesibel, pelatihan keterampilan, hingga fasilitasi komunikasi dengan dosen atau pihak fakultas.
PSLD UAD juga kerap menjalin kerja sama dengan kampus lain untuk tukar pengalaman, workshop, studi banding fasilitas, bahkan pembentukan forum rutin antar staf pengelola layanan disabilitas. Dalam hal ini, PSLD UAD berperan sebagai pusat riset dan advokasi.
Sebagai informasi, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dikenal sebagai salah satu kampus inklusif yang kini menjadi rujukan bagi berbagai perguruan tinggi lain. Komitmen itu tampak dari berbagai program yang dijalankan, salah satunya pengajian inklusif yang rutin digelar bekerja sama dengan Muhammadiyah Difabel Center, Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, serta Himpunan Disabilitas Muhammadiyah (HidiMu).
Dari sisi fasilitas, sejumlah gedung utama di UAD telah dilengkapi dengan jalur kursi roda yang menghubungkan area parkir dengan ruang kelas maupun kantor pelayanan. Upaya ini tidak hanya mempermudah mobilitas sehari-hari mahasiswa penyandang disabilitas, tetapi juga memastikan mereka dapat menjalankan ibadah dan aktivitas akademik dengan lebih nyaman dan mandiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News