legenda ombak pantai purus di padang cerita rakyat dari sumatera barat - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Ombak Pantai Purus di Padang, Cerita Rakyat dari Sumatera Barat

Legenda Ombak Pantai Purus di Padang, Cerita Rakyat dari Sumatera Barat
images info

Legenda Ombak Pantai Purus di Padang, Cerita Rakyat dari Sumatera Barat


Pantai Purus merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Kota Padang, Sumatera Barat. Konon ada sebuah cerita rakyat dari Sumatera Barat yang menceritakan tentang legenda ombak Pantai Purus Padang.

Menurut ceritanya, ombak Pantai Purus sering kali terdengar selayaknya suara tangisan. Bagaimana kisah di balik legenda ombak Pantai Purus di Padang tersebut?

Legenda Ombak Pantai Purus Padang

Dinukil dari buku Astri Damayanti yang berjudul Kumpulan Legenda Nusantara Favorit, pada zaman dahulu di daerah Pantai Purus, Padang berdiri sebuah kerajaan bernama Batang Luar. Kerajaan ini memiliki dermaga perdagangan yang masyhur pada masanya.

Raja Mambang yang memimpin daerah ini memiliki sifat yang arif dan bijaksana. Bersama Permaisuri Nan Jombang, sang raja terus berusaha membuat daerah tersebut menjadi makmur dan maju.

Sang raja dan permaisuri memiliki enam orang putri. Ketika keenam putrinya ini beranjak dewasa, Raja Mambang mangkat dan meninggal dunia.

Sejak saat itu, Permaisuri Nan Jombang naik ke takhta kerajaan. Sang permaisuri kemudian dikenal dengan nama Ratu Nan Jombang.

Di bawah pemerintahannya, Ratu Nan Jombang ingin Kerajaan Batang Luar menjadi lebih masyhur lagi. Dia juga ingin agar kerajaannya bisa dikenal luas oleh banyak kerajaan lainnya.

Jika hal ini terjadi, maka akan makin banyak para pedagang yang bersandar di dermaga kerajaan tersebut. Dengan demikian, kerajaan bisa mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar dari perdagangan tersebut.

Untuk melancarkan mimpinya ini, Ratu Nan Jombang mengirimkan beberapa utusan ke beberapa kerajaan besar lain, seperti Persia, Turki, Malaka, Bugis, Cina, dan Campa. Ratu Nan Jombang memberikan pesan khusus yang mesti disampaikan oleh para utusan tersebut.

Utusan kerajaan ini pergi ke sana untuk membawa lamaran bagi para putra mahkota. Para pangeran dari kerajaan lain ini nantinya akan dijodohkan dengan keenam putri Ratu Nan Jombang.

Sejatinya enam putri Ratu Nan Jombang ini sudah memiliki pasangannya masing-masing sejak lama. Bahkan mereka juga sudah berjanji akan menikah dengan pasangannya masing-masing.

Beberapa bulan kemudian, utusan yang dikirimkan oleh Ratu Nan Jombang kembali ke kerajaan. Para utusan ini membawa kabar bahagia bahwa semua lamaran yang dikirimkan diterima dengan baik.

Pada hari yang ditentukan, para pangeran dari kerajaan lain pun datang ke Batang Luar. Mereka berbagai macam harta untuk mas kawin, seperti emas, permata, dan barang berharga lain.

Melihat hal ini, para putri Ratu Nan Jombang merasa bahagia. Mereka seakan lupa begitu saja bahwa sudah memiliki pasangan dan berjanji untuk menikahinya.

Namun perasaan ini tidak dirasakan oleh si bungsu. Dia merasa pernikahan yang akan dilakukan dengan pangeran merupakan perbuatan yang salah.

Si bungsu kemudian mencoba untuk mengingatkan kakak-kakaknya. Dia berkata bahwa mereka sudah memiliki pasangan masing-masing dan berjanji untuk menikah.

Namun kelima kakak si bungsu berkata bahwa mereka tidak bisa menolak harta yang dibawa oleh para pangeran. Jika mereka menikahi pangeran kerajaan lain, maka hidupnya akan terjamin ke depan.

Kelima kakaknya juga berkata bahwa janji yang dulu dibuat hanyalah main-main saja. Jadi mereka berkata bahwa si bungsu tidak perlu merisaukan hal itu dan menerima perjodohan yang sudah diatur Ratu Nan Jombang.

Si bungsu tetap tidak terima dengan jawaban kakaknya. Dia merasa sedih melihat perilaku saudarinya yang begitu mudah mengingkari janji yang sudah diucapkan.

Akhirnya pada saat malam tiba, si bungsu diam-diam melarikan diri menggunakan sampan kecil. Mengetahui si bungsu melarikan diri, Ratu Nan Jombang marah besar dan mengutuk putrinya tersebut terhempas ombak lautan.

Benar saja, ketika si bungsu berada di tengah lautan, tiba-tiba badai besar datang begitu saja. Ombak tinggi menerjang sampan si bungsu dan menghempaskannya ke karang.

Seketika ombak yang menghantam sampan si bungsu ini menderu selayaknya suara tangisan. Ketika sampan si bungsu tenggelam, badai ini langsung hilang seketika.

Beberapa hari kemudian, pesta pernikahan diadakan di Kerajaan Batang Luar. Kapal-kapal dari kerajaan lain datang berbondong-bondong sambil membawa harta melimpah.

Pesta ini diadakan tiga hari berturut-turut. Ketika pesta usai, kelima putri Ratu Nan Jombang kemudian pergi ke kerajaan suami mereka masing-masing.

Ratu Nan Jombang melepas kepergian kelima kapal ini langsung di pelabuhan. Belum jauh kapal-kapal ini meninggalkan pelabuhan, tiba-tiba badai besar kembali muncul.

Namun badai ini hanya muncul sesaat. Ketika badai ini reda, kelima kapal putri Ratu Nan Jombang menghilang dan tidak terlihat. Sebaliknya muncul lima gugusan pulau dari balik badai tersebut.

Konon gugusan pulau ini merupakan balasan bagi putri Ratu Nan Jombang karena mengingkari janji mereka. Bagi sebagian masyarakat, deru ombak Pantai Purus di Padang masih terdengar selayaknya suara tangisan.

Menurut kepercayaannya, deru ombak Pantai Purus ini dipercaya sebagai bentuk tangisan putri bungsu Ratu Nan Jombang. Itulah kisah lengkap dari legenda ombak Pantai Purus Padang, salah satu cerita rakyat dari Sumatera Barat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.