ketika dosen turun ke lapangan cerita pengabdian di balik sabun samantha - News | Good News From Indonesia 2025

Ketika Dosen Turun ke Lapangan: Cerita Pengabdian di Balik Sabun SAMANTHA

Ketika Dosen Turun ke Lapangan: Cerita Pengabdian di Balik Sabun SAMANTHA
images info

Setiap kali suara mendesis terdengar dari wajan panas di dapur-dapur seluruh Indonesia, sebuah masalah baru diam-diam tercipta. Minyak goreng yang telah dipakai atau jelantah, sering kali berakhir begitu saja di saluran pembuangan. Sebuah tindakan kecil yang jika diakumulasikan, melahirkan bom waktu ekologis. Bayangkan, dari total konsumsi minyak goreng nasional yang mencapai 16,2 juta kiloliter setiap tahun, sekitar 6,46 hingga 9,72 juta kiloliter berubah menjadi limbah jelantah. Karena keterbatasan pengetahuan dalam mengolahnya, jutaan liter harta karun yang terbuang ini hanya menjadi polutan yang mencemari air dan tanah, alih-alih menjadi sumber ekonomi yang berharga.

Baca Juga: Plépah: Kemasan Ramah Lingkungan Inovatif Kreasi Rengkuh Banyu Mahandaru

"Ilmu Ini Akan di Wujudkan Menjadi Apa?"

Namun siapa sangka ditengah jutaan liter limbah itu seseorang bernama Bijak Riyandi Ahadito seseorang yang menjadi inisiator untuk mengubah limbah minyak jelantah menjadi sebuah sabun ramah lingkungan. Hal tersebut berawal dari sebuah pertanyaan sederhana ketika ia telah menyelesaikan studi S3 di negeri sakura, saat itu terbesit sebuah pertanyaan yang menjadi sebuah perjalanan inovasi yang mengagumkan. Dalam pemikiran Ia saat itu adalah “Ilmu yang telah saya dapatkan dapat diwujudkan untuk apa?”.

Mungkin jawaban dari pertanyaan tersebut ia dapatkan bukan dari sebuah laboratorium yang canggih, akan tetapi sebuah masalah nyata yang ada di dapur rumahnya sendiri. Dengan bekal ilmu yang telah diperolehnya, ia melihat bahwa minyak jelantah mempunyai sebuah potensi yang sangat besar dari sana. Maka dari sanalah perjalanan inovasi nya sebagai dosen di Universitas Sriwijaya.

Esensi Sejati Tridharma Perguruan Tinggi

Hal ini mencerminkan bahwa tugas dosen bukan hanya terkurung di menara gading kampus. Akan tetapi seharusnya seorang dosen harus bisa memegang teguh dari prinsip “TRI DHARMA” perguruan tinggi yang mana ilmu pengetahuan harus bisa mengalir dari hulu ke hilir, dari kampus ke masyarakat. Inilah yang membedakannya: ia adalah perwujudan dosen yang turun ke lapangan, menjadikan masyarakat sebagai laboratorium sekaligus ruang pengabdiannya. Filosofi ini bukan sekadar teori baginya. "Harus sering dan pandai untuk mengeksplorasi kekurangan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri," ujar Bijak, seperti dilansir dari laman Kata Kabar. Keyakinan inilah yang kemudian membawanya pada inovasi Sabun SAMANTHA.

"Samantha" Menjadi Solusi

Inovasinya ia namakan dengan sabun “SAMANTHA” atau akronim dari sabun minyak jelantah. Pada tahun 2020 ia bersama istrinya membuat sebuah komunitas untuk wadah edukasi online warga palembang yang ia beri nama “Zero Waste Palembang” yang kemudian berubah nama menjadi “Nirsampah”.

Langkah ini adalah perwujudan nyata dari filosofinya sebagai seorang akademisi. Menurutnya, inovasi sering kali lahir dari sebuah ketidaksengajaan, dan tugas seorang akademisi lah untuk peka terhadap hal itu. "Harus sering dan pandai untuk mengeksplorasi kekurangan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri," ujar Bijak, dilansir dari laman Kata Kabar, Minggu (14/9).

Minyak jelantah hasil produksi Samantha ini dapat diubah menjadi sebuah sabun serbaguna yang dapat dipakai menjadi sabun cuci piring, sabun cuci tangan, dan sabun mandi. Pembuatan Samantha cukup mudah dilakukan, dengan minyak bekas yang dicampur KOH, aquades, dan air seduhan serai.

Dari Pertanyaan Menjadi Penghargaan Bergengsi

Perjalanan yang berawal dari sebuah pertanyaan personal hingga menjadi gerakan komunitas yang berdampak akhirnya mendapatkan pengakuan tertinggi. Dari perjuangannya tersebut, ia mendapat Apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2024 di bidang lingkungan. Ini adalah penegasan bahwa Bijak Riyandi tidak sekadar menciptakan sabun; ia sedang meracik masa depan yang lebih bersih, satu liter minyak jelantah pada satu waktu.

Baca Juga: Garda Pangan: Transformasi Food Waste, Food Loss Dari Dapur Surplus Menjadi Berkah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AM
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.