Lagi-lagi, sampah plastik seolah tak ada habisnya menumpuk di TPA. Isu sampah di Indonesia kerap membayangi hingga mengakibatkan berbagai masalah kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan ekosistemnya menjadi terganggu.
Mengutip dari GoodStats, volume sampah nasional di Indonesia pada 2025 diproyeksi mencapai 63 juta ton yang didominasi oleh sampah rumah tangga. Tentunya, hal ini menjadi permasalahan serius hingga menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Indonesia masih belum optimal sepenuhnya.
Untungnya, inovasi baru hadir untuk mewujudkan Indonesia lebih sustainable. Cerita ini dimulai dari sehelai pelepah pinang yang awalnya dibuang, ternyata mampu menjadi produk bernilai ekonomis tinggi.
Mungkin bagi Kawan GNFI, pelepah pinang ini sering terbuang bahkan dianggap sebagai limbah pertanian, tapi di tangan Rengkuh Banyu Mahandaru hal yang terbuang dapat menjadi bermanfaat hingga menjadi wujud nyata dari ekonomi sirkular.
Dari berbagai isu dan permasalahan lingkungan yang muncul ini, Rengkuh Banyu Mahandaru menghadirkan solusi inovatif dan kreatif dengan memanfaatkan pelepah pinang untuk dibuat menjadi kemasan ramah lingkungan yang dikenal dengan ‘Plépah’.
Tak hanya menjadi solusi dalam mengurangi sampah plastik, tapi Plépah ini menjadi representasi dari limbah menjadi berkah yang mampu memberikan nilai ekonomis bagi petani dan masyarakat di sekitarnya.
Plépah Alternatif Kemasan Ramah Lingkungan
Didirikan pada 2018, Plépah ini fokus pada pengolahan limbah pinang menjadi kemasan alat makan ramah lingkungan berbasis organik non-kayu hutan (NTFP). Pemilihan pinang sebagai bahan baku dalam pembuatan produk Plépah berawal dari basis Indonesia sebagai negara agraria.
Rengkuh Banyu Mahandaru, menjadikan Plépah ini sebagai salah satu inisiatifnya dalam memberdayakan masyarakat di area konservasi dengan mengolah produk hasil non-kayu hutan berupa limbah pertanian pohon pinang yang nantinya diharapkan mampu menggerakkan ekonomi alternatif masyarakat melalui pengolahannya menjadi kemasan ramah lingkungan.
Dalam mengadvokasi produk ramah lingkungannya, Plépah juga secara tak langsung dapat mengangkat peran petani dan masyarakat sebagai pilar utama dalam proses pengolahan material.
Rengkuh Banyu Mahandaru mengedepankan konsep komunitas dalam pengelolaanya dan memberdayakan desa khususnya di Sumatra Selatan dan Jambi.
Dengan latar belakang sarjana Desain Produk di Institut Teknologi Bandung, Rengkuh Banyu Mahandaru mulai membangun dan menciptakan produk ramah lingkungan ini dengan mengembangkan dan memproduksi mesin tepat guna sebagai upaya pengoptimalan produksi kemasan dari pelepah pinang dengan teknik pemrosesan berupa alat cetak pemanas.
“Pertama disterilkan, lalu dipres dan dicetak dengan mesin khusus. Dari 1 lembar pelepah pinang mampu mencetak 3-4 piring dan apabila dijadikan kontainer seperti piring Hokben bisa menjadi 2-3 biji,” kata Rengkuh, mengutip tempo.co.
Dengan desain sederhana, menarik, eksklusif, dan mengedepankan keberlanjutan, Plépah ini tak hanya menjadi wadah makanan yang ramah lingkungan, tapi sebagai bisnis eco-sentris dengan bertanggung jawab dalam setiap rantai produksinya terhadap keberlangsungan alam.
Sampah dari Plépah ini nantinya akan mudah terurai di alam karena 100% menggunakan bahan alami organik tanpa plastik dalam proses pembuatannya hingga tidak meninggalkan residu metal dan mikroplastik.
Plépah juga berkontribusi akan mengurangi pemakaian styrofoam sebagai bungkus makanan yang selama ini menjadi pencetus masalah lingkungan karena sulit terurai.
Hadirnya Plépah ini di tangan Rengkuh Banyu Mahandaru atas dedikasi dan insiatifnya dalam menjaga bumi, dirinya kemudian berhasil mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards dari PT. Astra International, Tbk, pada 2023 kategori lingkungan.
Apresiasi SATU Indonesia Awards ini menjadi penghargaan bagi Rengkuh Banyu Mahandaru atas upayanya dalam mengganti bahan plastik dan styrofoam dengan limbah pelepah pinang hingga karena kreasi produk ini pula hasilnya mampu menaikan pendapatan petani sebagai pengumpul pelepah pinang untuk tidak hanya bergantung pada komoditas utama saja, seperti buah pinang.
Baca juga: Global Nature Conservation School Untuk Masa Depan Bumi Tanam Harapan dan Tuai Perubahan
Plépah Dukung Gaya Hidup Lebih Ramah Lingkungan
Lahir dari keresahan akan kemasan plastik dan styrofoam yang kian menumpuk, sustainable packing sebagai fokus utamanya, menjadikan Plépah ini secara tak langsung mendukung gaya hidup lebih ramah lingkungan di Indonesia.
Sebenarnya, masyarakat Indonesia sudah sejak lama menggunakan peralatan makanan dengan bahan yang ramah lingkungan, seperti dari daun pisang. Tapi, karena ke-efisienannya masih perlu ditingkatkan, sebagai solusi Plépah hadir untuk alternatif kemasan yang lebih simple sekaligus mampu mengatasi permasalahan limbah yang terjadi.
Apalagi pembahasan mengenai kelestarian dan kepedulian lingkungan ini memang tengah hits di kalangan Gen Z membuat Plépah menjadi salah satu kemasan ramah lingkungan yang mendapatkan kesan eksklusif bagi yang menggunakannya.
Inovasi berbasis manufaktur ini memberikan akses pula pada usaha-usaha yang memiliki visi sustainability untuk tumbuh bersama dan berkolaraborasi dengan momentumnya yang berbicara tentang lingkungan dan manusia.
Plépah juga berhasil go global di mana diikutsertakan pula pada pameran teknologi industri tingkat dunia Hannover Messe 2023 di Jerman mewakili Indonesia sebagai startup yang mempresentasikan inovasi dan potensi investasi pada sektor ramah lingkungan.
Baca juga: Cerita Hano Wene di Pedalaman Papua Terobos Batas Geografis untuk Akses Literasi
Plépah tak hanya menjadi limbah, tapi menjadi solusi ramah lingkungan yang siap menggantikan kemasan plastik sekali pakai untuk Indonesia lebih sustainable.
Plépah menjadi bukti bahwa hal yang awalnya dianggap limbah, ternyata mampu menjadi penyedia terbaik hingga menjadi jawaban akan masalah lingkungan yang terjadi.
Plépah menjadi perantara menuju langkah Indonesia kurangi sampah plastik hingga merawat bumi melalui aksi nyata dengan menciptakan perubahan yang berdampak.
Dibalik kesederhanaannya, Plépah memiliki nilai kearifan yang jauh lebih berharga dari sekadar bungkus.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News