dari mana indonesia bisa mulai berbenah - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Mana Indonesia Bisa Mulai Berbenah?

Dari Mana Indonesia Bisa Mulai Berbenah?
images info

“Kementerian Keuangan harus mereformasi karena uang itu akar dari perilaku manusia,” tegas Prof. Rhenald Kasali.

Sebagai seorang akademisi dan ahli di bidang ekonomi, Prof. Rhenald menaruh beban pada ekonomi. Sebab, ekonomi adalah fondasi negara.

Ekonomi menyediakan sumber daya (uang, pajak, produksi) yang dibutuhkan untuk menjalankan pemerintahan. Tanpa ekonomi yang kuat, negara akan kesulitan membiayai pendidikan, kesehatan, pertahanan, hingga pelayanan publik.

Negara dengan ekonomi kuat biasanya lebih stabil, karena rakyat memiliki pekerjaan dan akses kebutuhan dasar. Sebab, ekonomi mengatur cara manusia memenuhi kebutuhan. Tanpa sistem ekonomi, manusia sulit bertahan hidup karena kebutuhan tidak bisa dipenuhi sendiri. Dari situlah, kekacauan dalam masyarakat tak terelakkan, kemiskinan dan tingkat kriminalitas jadi lebih tinggi.

"Menteri Keuangan harus punya leadership yang kuat," kata Rhenald.

Optimisme Pasca Demonstrasi dan Cambuk untuk Kesadaran Masyarakat Sipil

Akuntabilitas untuk Memulai Langkah Pembenahan

Lebih lanjut, Prof. Rhenald menekankan agar akuntabilitas perlu diterapkan untuk mewujudkan reformasi politik.

“Reformasi politik salah satunya dengan akuntabilitas,” katanya.

Akuntabilitas politik berarti para pemimpin (misalnya presiden, menteri, DPR, kepala daerah) wajib menjelaskan, melaporkan, dan bertanggung jawab atas kebijakan, keputusan, serta penggunaan kekuasaan mereka kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Mereka juga harus bisa menjelaskan penggunaan anggaran negara kepada masyarakat.

“Saat ini karena belum bisa milih kembali DPR, maka satu-satunya jalan adalah memperkuat akuntabilitas publik,” tegasnya.

Dengan akuntabilitas, negara tidak lagi mengadopsi sistem feodalisme yang diberlakukan oleh kerajaan. Sistem feodalisme ini membuat rakyat kecil (petani, buruh, hamba) bekerja di tanah milik penguasa dengan kewajiban membayar upeti atau melakukan kerja paksa.

Pelajaran dari Demonstrasi Agustus 2025: Keterlibatan Publik Tidak Bisa Dinafikan oleh Pemerintah

Perubahan Besar Berawal dari Kelompok Kecil

Perubahan besar tidak muncul dari kelompok besar. Justru, perubahan bisa muncul dari kelompok-kelompok kecil yang sebelumnya tidak diduga. Dalam hal ini, kelas menengah turut ambil bagian.

Rhenald mencontohkan bagaimana demonstrasi di Chili terjadi atas gerakan dari para kelas menengah.

Pada Oktober 2019, Chili mengalami gelombang demonstrasi besar-besaran. Pemicunya adalah kenaikan harga tiket kereta metro di Santiago, ibu kota negara itu. Pemerintah menaikkan tarif sekitar 30 peso (sekitar Rp600) untuk jam sibuk.

Awalnya, tarif transportasi publik adalah 750 peso Chili (sekitar Rp14.000) untuk jam sibuk. Pemerintah lantas menaikkan tarif transportasi +30 peso sehingga tarifnya jadi 790 peso (sekitar Rp14.800). Bagi sebagian orang mungkin kecil, tapi bagi kelas menengah perkotaan yang tiap hari bergantung pada transportasi publik, kenaikan ini langsung terasa.

Perempuan adalah Subjek Perlawanan: Menilik Beragam Tuntutan yang Dibawa ke Jalan

“Perubahan bukan dari bangsa besar tapi kelompok kecil yang ada di kota,” katanya.

Di Indonesia, kelompok-kelompok kecil itu bisa dilihat dari kehadiran anak muda. Mereka menggunakan banyak cara yang untuk mendorong perubahan dalam sistem pemerintah. Misalnya, di sosial media muncul istilah cancel culture.

Istilah ini merujuk pada fenomena sosial di mana seseorang, kelompok, atau lembaga “dibatalkan” (diboikot, dijauhi, atau dikritik habis-habisan) karena ucapan, tindakan, atau sikap mereka dianggap bermasalah, ofensif, atau tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku.

Rhenald mengungkapkan. penjarahan yang dilakukan di rumah-rumah pejabatan merupakan salah satu bentuk cancel culture. Fenomena itu sekaligus menjadi pengingat bagi para pejabat bahwa mereka tidak bisa seenaknya pamer kekayaan.

“Kita perlu mengingatkan para elite, ‘kalian tidak aman di tengah kalian membuka diri, kalian juga diawasi publik.’ Masyarakat memiliki kesadaran, ‘eh gue yang bayar lu.’”

Kisah Ibu-Ibu Berhadapan dengan Polisi Saat Aksi: Catatan Orde Baru hingga Reformasi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.