Di tengah kesibukan dan rutinitas sehari-hari, terkadang seseorang akan menemui kebuntuan, keraguan dalam menentukan keputusan, bahkan hingga harus menghadapi suatu tekanan. Ditambah lagi, kini seseorang harus menghadapi beberapa realita pahit. Dari tugas pekerjaan yang kadang lebih banyak, efek efisiensi, kita pun dipaksa untuk melihat situasi sekitar yang tidak baik-baik saja.
Beberapa mungkin bisa menghadapi semuanya sendiri, tetapi tak sedikit juga mereka yang tidak bisa menghadapi segala kecemasan dan kebingungan itu sendiri dan pada akhirnya yang mereka butuhkan adalah teman untuk mendengarkan, memberi solusi. Mereka yang merasa tidak memiliki teman di sekelilingnya mungkin akan lebih memilih datang ke psikolog atau mencari jasa konseling.
Beruntungnya, jasa konseling kini tidak hanya sebatas ada secara offline. Beberapa lembaga dan NGO kini mulai menawarkan jasanya melalui sosial media, memanfaatkan internet. Sehingga kini dimanapun Kawan berada, akses untuk menjangkau dimanapun kita berada.
Baca Juga: Justitia Avila Veda Advokat Korban Kekerasan Seksual, Suara Bagi yang Tak Terdengar
Pendampingan Konseling Online
Salah satunya ada Konselia, platform digital yang diperkenalkan oleh Pipit Septiani pada 25 Januari 2019, memiliki lebih dari 10 konseling dan empat paket konseling yang berbeda seperti paket satu kali panggilan, paket bundle dengan empat kali panggilan, konseling untuk pasangan, dan konseling secara grup melalui Zoom meeting.
Jika ingin menggunakan layanan dari Konselia setiap orang yang mau melakukan konseling harus memilih paket terlebih dahulu melalui laman resminya. Setelah itu kita dapat memilih dengan siapa mereka ingin berbicara. Nantinya kita juga dapat melihat bidang apa saja yang bisa dicakup setiap konselor. Dari masalah pribadi, anak, karir, susah tidur, agama, dan masih banyak lainnya.
Sesi Konseling
Dilansir dari laman Konselia, konselor yang ada di laman tersebut merupakan konselor profesional yang telah menjalani pendidikan profesional hingga mendapatkan izin untuk menjalankan praktik sesuai dengan ketentuan organisasi profesi kami yang menjadi bagian dalam Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).
Sesi konseling biasanya berdurasi 60 menit. Bisa itu hanya melalui pesan teks, panggilan suara, atau panggilan video. Dilihat dari testimoninya, beberapa hal yang mereka soroti adalah respon ramah dan cara konselor menanggapi cerita dari klien yang sangat membantu mencari tahu meluruskan benang yang kusut.
Tak hanya melayani sesi konseling, Konselia juga rutin membagikan insight terkait isu kesehatan mental melalui Instagramnya.
Pipit Septiani, Konselia dan Apresiasi SATU Indonesia Awards
Berbicara tentang seseorang dibalik platform ini, Pipit Septiani adalah wanita yang memiliki kekhawatiran terhadap isu kesehatan mental, kesepian, hingga badai depresi di fase dewasa pada gen-z. Sebenarnya Konselia sudah ada sejak tahun 2018, tetapi pada awalnya bernama Caredoc. Setahun berselang, bersamaan dengan tahun peluncurannya secara komersial dirinya membangun perusahaan PT Karya Aksa Buana sebagai profesional yang terdaftar resmi untuk menaungi Konselia.
Kemudian di tahun 2024 dirinya dan Konselia terpilih menjadi salah satu penerima penghargaan apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat provinsi dari Daerah Istimewa Yogyakarta bersama 73 individu dan kelompok lainnya. Ini menandakan performa dan keseriusannya demi merespon serta ada untuk mendengar, membantu orang-orang yang merasa sendiri dalam menghadapi tekanan, kebingungan, hingga masalah dalam hidup.
Survei Kesehatan Mental
Dilansir dari laman Goodstats, Menurut laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan, pada tahun 2023 ada 1,4% tingkat prevalensi depresi Indonesia. Jika disimpulkan ada sekitar 1,4 dari 100 orang lebih tua dari usia 15 tahun di Indonesia yang mengalami depresi.
Bila dikelompokkan berdasarkan kelompok usianya, Gen Z menjadi kelompok yang paling mudah merasa depresi. Survei tersebut menunjukkan bahwa angka prevalensi depresi di rentang usia 15 hingga 24 tahun sebesar 2%. Meski angkanya sedikit, tetapi realitanya seseorang terkadang tidak menyadari atau tidak mengakui kalau dirinya di fase tersebut.
#kabarbaiksatuindonesia
Baca Juga: Suprapti Ningsih: Pejuang Pendidikan dari Pos Kamling
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News