i made aditiasthana perawat luka diabetes bali - News | Good News From Indonesia 2025

SATU Indonesia Awards 2024 untuk I Made Aditiasthana, Perawat Luka Diabetes dari Bali

SATU Indonesia Awards 2024 untuk I Made Aditiasthana, Perawat Luka Diabetes dari Bali
images info

Di tengah meriahnya Bali dengan keindahan pariwisatanya, seorang pemuda inspiratif menemukan panggilan hidupnya dengan merawat luka. I Made Aditiasthana namanya. Pemenang SATU Indonesia Awards 2024 ini berupaya menyediakan perawatan luka diabetes untuk pasiennya dan membuat kaki palsu dari sampah daur ulang. Seberapa jauh sebuah kepedulian bisa membawa seseorang?

Awalnya, niatnya lugas, ia ingin menjadi perawat luka diabetes, di mana ladang bisnisnya memang menjanjikan. Sebagai mahasiswa keperawatan, Adit terbiasa merawat pasien dengan luka kronis diabetes dan menyadari tingginya biaya perawatan.

Pada tahun 2013, di Denpasar, sekali kunjungan perawat, dirinya bisa mendapatkan Rp200—300 ribu. Belum lagi, pasien diabetes butuh perawatan intensif yang tak sebentar.

Karena itulah, ketika Adit harus pulang ke Singaraja, ia menetapkan hati untuk meneruskan profesinya ini di sana.

Namun, realitas di kampung halamannya memutarbalikkan rencananya. Di Singaraja, pasiennya memiliki kondisi ekonomi yang jauh berbeda. Tarif perawatannya pun turun drastis, dari Rp300 ribu menjadi sekitar Rp50 ribu.

Sosialisasi Keluarga Bebas Diabetes oleh Mahasiswa KKN-T Undip di Simongan

Adit dan Jalan Sunyinya, Menemukan Solusi

Seiring waktu, ketika ia mencoba menaikkan tarif, tawar-menawar menjadi hal yang tak terhindarkan. Hal itu menorehkan luka lain di hati Aditiasthana.

“Proses tawar-menawar ini kadang terasa berat sekali bagi saya. Ini dalam kondisi orang sakit dan saat kita kunjungi ke rumahnya, kita akan melihat situasi pasien secara menyeluruh. Mulai dari rumahnya seperti apa, keluarganya, pekerjaannya. Belum lagi jika kita sudah dekat dengan pasien, mereka akan tidak segan bercerita tentang apa masalahnya dia. Dan akhirnya, kita akan menemukan masalah ekonomi,” ungkap Adit.

Momen-momen inilah yang menggugah hatinya. Dari niat berbisnis, ia memutuskan untuk membuka pintu kliniknya bagi siapa saja. Pasien yang tidak mampu dipersilakan datang dan membayar seikhlasnya, bahkan tanpa bayaran sama sekali. Di tahun 2019, berdirilah Yayasan Kaki Kita Sukasada (YKKS) di Buleleng.

Namun, niat lulusan Universitas Udayana ini untuk menolong bukan berarti tanpa hambatan. Dirinya sadar betul bahwa keinginannya untuk berkontribusi sosial di bidang masyarakat sangat besar. Hanya saja, bagaimana jadinya bila kemampuannya sendiri belum bisa maksimal? Padahal, biaya operasional harus tetap berjalan.

Ayo, apa yang bisa kita lakukan? Apa yang bisa kita gunakan, untuk lebih ke arah sosial?” kenangnya.

Jawaban kegelisahannya terpecahkan manakala Adit dan istri menemukan ide dengan membuat dan meracik sendiri obat-obatan perawatan dan pencucian luka diabetes melalui herbal. Dengan demikian, satu solusi ia dapatkan kembali.

BRIN Kaji Pemanfaatan Kratom untuk Obat Diabetes, Bagaimana Efek Kecanduannya?

Titik Balik di Singaraja

Suatu hari, Adit mendapatkan pasien seorang kontraktor yang dirawatnya secara pro bono hingga sembuh. Sayangnya, ketika lukanya telah kering, kakinya sudah tidak berfungsi dengan normal. Sembari menerawang ke atas, Adit berpikir, apakah layanannya hanya bisa berhenti di sini?

Pada beberapa malam berikutnya, ia berinisiatif untuk melakukan galang dana untuk membuat penyangga kaki bagi pasiennya itu. Meski tidak mudah, tetapi upaya itu membuahkan hasil.

Beberapa bulan kemudian, ia bertemu lagi dengan pasien itu yang sudah dalam kondisi bugar dan berseri. Ucapan terima kasih dan jabat tangan sang pasien membuat hati Adit tergugah.

Nuraninya mulai berbicara, kepalanya mulai berpikir bahwa kegiatan ini harus terus dilakukannya.

Dari sinilah perjalanannya menjadi semakin luas dengan 3 program utama YKKS, yakni merawat luka diabetes, membantu pengadaan kaki palsu bagi mereka yang diamputasi, dan pemberdayaan disabilitas.

Memperluas Kebaikan dan Memberdayakan

Per tahun 2024, Yayasan Kaki Kita Sukasada telah berkembang pesat. Sejak 2014, sudah ada ribuan pasien yang dibantu, dengan 40—60% di antaranya merupakan pasien sosial. Yayasannya juga telah membantu setidaknya 24 pasien mendapatkan kaki palsu sejak 2019, khususnya di wilayah Buleleng.

Komitmen ini bahkan mendorong Adit untuk mendirikan beberapa anak usaha lainnya untuk memberdayakan para penyandang disabilitas dengan asrama khusus. YKKS mempekerjakan mereka untuk membuat kaki palsu dari hasil daur ulang sampah plastik bernama KarFa (Karya Difabel dan untuk Difabel). Maka, tak hanya bermanfaat bagi manusia, aktivitas sosial ini juga melindungi lingkungan.

Pengakuan atas dedikasi I Made Aditiasthana pun tidak berhenti pada senyum pasiennya, pada kebersihan lingkungan. Ia telah dianugerahi SATU Indonesia Awards tahun 2024, sebuah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada individu-individu inspiratif yang memberikan dampak positif bagi bangsa. Penghargaan ini bukan sekadar piala atau sertifikat, melainkan validasi atas perjuangan dan pengabdiannya yang tulus.

 

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.