batu batikam - News | Good News From Indonesia 2025

Apa Itu Batu Batikam? Simbol Musyawarah dan Perdamaian dari Ranah Minang

Apa Itu Batu Batikam? Simbol Musyawarah dan Perdamaian dari Ranah Minang
images info

Apa Itu Batu Batikam? Simbol Musyawarah dan Perdamaian dari Ranah Minang


Di tanah Minangkabau, Sumatra Barat, terdapat sebuah situs bersejarah yang menyimpan kisah mendalam tentang persatuan dan demokrasi adat, yaitu Batu Batikam.

Bagi masyarakat setempat, batu berlubang ini bukan sekadar benda kuno, melainkan simbol perdamaian yang lahir dari musyawarah dua tokoh besar Minangkabau di masa lalu.

Legenda Batu Batikam mengajarkan bahwa perbedaan pandangan bukan alasan untuk berpecah, melainkan peluang untuk menemukan jalan tengah yang bijaksana.

Dari bentuknya yang sederhana, Batu Batikam menjadi saksi bisu betapa kuatnya nilai musyawarah, mufakat, dan persaudaraan dalam filosofi hidup orang Minang.

Sejarah dan Asal-usul Batu Batikam

Batu Batikam, yang secara harfiah berarti “batu yang tertusuk,” terletak di Jorong Dusun Tuo, Nagari Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.

Situs ini memiliki luas sekitar 1.800 meter persegi, dengan susunan batu di sekelilingnya menyerupai sandaran tempat duduk melingkar yang dikenal sebagai “medan nan bapaneh”, dahulu digunakan sebagai arena musyawarah adat.

Legenda menyebutkan bahwa lubang di Batu Batikam merupakan bekas tusukan keris Datuak Parpatiah Nan Sabatang saat perundingan dengan Datuak Katumanggungan tidak berjalan mulus.

Untuk menenangkan suasana, mereka menusukkan keris ke batu sebagai simbol pelepasan emosi dan kesediaan berdamai.

Keduanya mewakili dua pemahaman berbeda tentang pemerintahan adat: Bodi Chaniago (demokratis) dan Koto Piliang (hierarkis). Batu Batikam kemudian menjadi lambang lahirnya harmoni antara kedua paham tersebut.

baca juga

Makna Filosofis pada Batu Batikam

1. Simbol Musyawarah dan Mufakat Minangkabau

Batu Batikam bukan sekadar artefak, tetapi simbol luhur demokrasi adat Minangkabau. Ia mengingatkan bahwa ketika pendapat berbeda muncul, musyawarah dan mufakat adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik.

Dalam adat Minangkabau, musyawarah bukan hanya sebuah proses pengambilan keputusan, melainkan wujud penghormatan terhadap setiap suara dalam komunitas.

Nilai tersebut masih terasa hingga kini, ketika masyarakat Minang tetap mengutamakan mufakatdalam berbagai forum adat, seperti menentukan keputusan keluarga besar, peran ninik mamak, maupun penyelesaian sengketa antarwarga.

2. Nilai Demokrasi dalam Adat Minang

Filosofi “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” yang dikehendaki Datuak Parpatiah mencerminkan prinsip egaliter. Di sisi lain, pendekatan hierarkis melalui “berjenjang sama naik, bertangga sama turun” dari Datuak Katumanggungan juga diakui.

Batu Batikam menjadi simbol dimana keduanya bertemu secara toleran dan bijak. Dengan Batu Batikam sebagai simbol pemersatu, demokrasi dalam adat Minang bukanlah imitasi dari luar, melainkan warisan asli yang telah dipraktikkan sejak ratusan tahun lalu.

Hal ini menunjukkan bahwa demokrasi di Minangkabau tumbuh dari kearifan lokal, menjadikan masyarakatnya mampu menyeimbangkan nilai egaliter dengan struktur kepemimpinan yang tetap dihormati.

baca juga

Batu Batikam sebagai Simbol Perdamaian

1. Pesan Persatuan dalam Legenda Minangkabau

Legenda Batu Batikam sarat dengan pesan tentang pentingnya persatuan. Tusukan keris yang menciptakan lubang pada batu menjadi lambang bahwa konflik bisa berakhir tanpa kekerasan, dengan saling menghargai dan berdamai.

Kisah Batu Batikam mengajarkan bahwa perbedaan pendapat bukan alasan untuk terpecah, melainkan kesempatan untuk memperkuat ikatan persaudaraan.

Lubang pada batu menjadi tanda bahwa amarah bisa dilepaskan tanpa menyakiti sesama, serta persatuan hanya dapat terwujud jika setiap pihak bersedia menurunkan ego, mengutamakan kebersamaan, dan menghormati keputusan bersama.

2. Relevansi Batu Batikam di Kehidupan Modern

Nilai musyawarah mufakat yang termaktub dalam Batu Batikam tetap relevan di era modern. Konflik bisa diselesaikan dengan kepala dingin, tanpa harus memaksakan kehendak. Filosofi ini sangat penting dalam kehidupan masyarakat plural saat ini.

Di era globalisasi yang penuh tantangan, filosofi Batu Batikam semakin terasa penting untuk menjaga harmoni dalam keberagaman. Nilai musyawarah mufakat yang diwariskan leluhur Minangkabau dapat menjadi inspirasi dalam penyelesaian masalah sosial, politik, maupun komunitas kecil sehari-hari.

Dengan menjadikan dialog sebagai jalan utama, masyarakat modern dapat membangun relasi yang lebih sehat, adil, dan damai, sejalan dengan semangat Batu Batikam sebagai simbol perdamaian lintas generasi.

baca juga

Batu Batikam dalam Adat dan Budaya Minangkabau

Sebagai cagar budaya, situs ini secara resmi dilindungi dan dikelola oleh pemerintah melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar—Riau–Kepri dan tercantum dalam regulasi Permenbud No. PM.05/PW.007/MKP/2010.

Batu Batikam juga menjadi salah satu jejak penting dalam warisan Kerajaan Pagaruyung dan kebudayaan Minangkabau kuno.

Selain sebagai cagar budaya, Batu Batikam juga memiliki posisi penting dalam tatanan sosial adat Minangkabau. Lubang pada batu ini dipandang sebagai pengingat bahwa setiap konflik harus diselesaikan melalui musyawarah, bukan kekerasan.

Oleh karena itu, situs ini kerap dijadikan simbol dalam berbagai kegiatan adat dan upacara kebudayaan, terutama yang menekankan nilai kebersamaan dan mufakat.

Filosofi tersebut kemudian menyebar ke berbagai aspek kehidupan orang Minang, mulai dari sistem pemerintahan nagari hingga peran ninik mamak dalam mengayomi kaumnya.

Di sisi lain, Batu Batikam juga menjadi identitas budaya yang memperkuat jati diri masyarakat Minangkabau.

Kisah legenda yang melekat padanya bukan hanya diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi, tetapi juga dipelajari dalam literatur adat dan sejarah lokal.

Dengan begitu, situs ini tidak hanya berfungsi sebagai peninggalan fisik, tetapi juga sebagai media pendidikan yang mengajarkan nilai demokrasi, persaudaraan, dan kebijaksanaan.

Perpaduan antara makna historis dan filosofis menjadikan Batu Batikam sebagai salah satu pilar penting dalam menjaga kesinambungan budaya Minangkabau di tengah perkembangan zaman.

Upaya Pelestarian dan Potensi Wisata Batu Batikam

Saat ini, Batu Batikam menjadi destinasi wisata budaya yang mudah diakses, sekitar 5 km dari Kota Batusangkar atau sekitar 1–1,5 jam dari Padang dengan kendaraan pribadi. Lokasinya di pinggir jalan dengan pohon beringin besar sebagai penanda, memudahkan pengunjung menemukan situs ini.

Pengelolaan situs sudah dilengkapi fasilitas seperti pagar, penataan area, dan promosi sebagai destinasi edukasi sejarah. Semua ini menjadikan Batu Batikam layak dikunjungi oleh pelajar, akademisi, wisatawan, dan masyarakat umum yang ingin belajar kearifan lokal.

Saatnya Kawan Mengeksplor Batu Batikam Lebih Jauh

Batu Batikam bukan sekadar batu berlubang, tetapi merupakan simbol hidup bagi nilai-nilai musyawarah, demokrasi, toleransi, dan perdamaian yang diwariskan masyarakat Minangkabau.

Dengan tampilannya yang sederhana tetapi bermakna, situs ini mengajarkan bahwa kebijaksanaan dan hubungan harmonis antar pemimpin adalah fondasi peradaban yang kuat.

Mari, kita terus lestarikan Batu Batikam sebagai warisan budaya dan simbol perdamaian Indonesia yang menginspirasi generasi sekarang dan mendatang. Ajak keluarga, pelajar, komunitas pendidikan, hingga para traveler untuk mengunjungi dan meresapi nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.