batu batikam saksi bisu perdamaian dua datuk di minangkabau - News | Good News From Indonesia 2024

Batu Batikam, Saksi Bisu Perdamaian Dua Datuk di Minangkabau

Batu Batikam, Saksi Bisu Perdamaian Dua Datuk di Minangkabau
images info

Bagi Kawan yang pernah berlibur atau tinggal di daerah Sumatra Barat, apakah tahu dengan salah satu cagar budaya yang ada di daerah Ranah Minang ini, yaitu Batu Batikam?

Batu Batikam merupakan salah satu situs yang menjadi saksi bisu perdamaian dari dua datuk yang berpengaruh dalam riwayat kebudayaan Minangkabau, yakni Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan.

Lantas bagaimana cerita di balik situs Batu Batikam tersebut?

Mengenal Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan

Sebelum membahas tentang Batu Batikam, Kawan terlebih dahulu mesti memahami dua sosok datuk yang berpengaruh besar dalam kebudayaan Minangkabau, yakni Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan.

Kedua tokoh ini merupakan saudara dari satu ibu, tetapi berbeda bapak.

Inoki Ulma Tiara dalam artikelnya, "Batu Batikam dan Batu Baliyang Monumen Resolusi Konflik Minangkabau" menjelaskan bahwa ibu dari kedua datuk ini bernama Indo Jati atau Indo Jalito.

Ayah dari Datuk Ketumanggungan merupakan seseorang yang berasal dari keturunan raja Daulat Yang Dipertuan.

Di sisi lain, ayah dari Datuk Parpatih Nan Sabatang merupakan seorang penasehat raja yang bernama Cateri atau Cati Bilang Pandai.

Kedua datuk ini nantinya merupakan pencetus dari dua keselarasan besar yang ada di Minangkabau, yakni Koto Piliang yang dicetuskan oleh Datuk Ketumanggungan dan Bodi Caniago yang dipimpin oleh Datuk Parpatih nan Sabatang.

Pulang Basamo, Tradisi Mudik Ala Perantau Minangkabau

Seiring berjalannya waktu, terjadi perselisihan antara kedua datuk ini terkait pola pikir yang dijalankan pada keselarasan masing-masing.

Datuk Ketumanggungan memiliki sudut pandang bahwa kehidupan bermasyarakat di Koto Piliang mesti memiliki struktur yang mengatur di dalamnya.

Penghulu sebagai pemimpin puncak dalam struktur Koto Piliang menjadi penentu kebijakan dari keputusan yang akan diambil terkait suatu hal.

Pemikiran berbeda dijalankan oleh Datuk Parpatih nan Sabatang bersama keselarasan Bodi Caniago.

Datuk Parpatih nan Sabatang berpendapat bahwa setiap lapisan masyarakat bisa memberikan pendapat pada keputusan yang akan diambil.

Oleh sebab itu, setiap keputusan mesti diambil berdasarkan kata mufakat hasil musyawarah seluruh anggota kaum.

Penyelesaian dari pertikaian inilah yang nantinya berujung pada terciptanya situs Batu Batikam yang bisa Kawan lihat hingga saat ini.

Batu Batikam, Solusi Damai dari Dua Datuk di Minangkabau

Batu Batikam merupakan saksi bisu perdamaian dan penyelesaian konflik pemikiran dari Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan.

Jika diartikan, Batu Batikam bisa didefinisikan sebagai batu yang tertikam atau ditikam.

Penamaan ini sesuai dengan bentuk dari situs Batu Batikam yang bisa Kawan lihat pada foto sampul, di mana terdapat celah kecil di tengah cagar budaya tersebut.

Dikutip dari laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatra Barat, celah kecil ini merupakan bekas tikaman keris dari Datuk Parpatih nan Sabatang.

Makna dan Filosofi Suntiang pada Pakaian Pengantin Wanita Minangkabau

Dalam riwayat dijelaskan bahwa tikaman keris di Batu Batikam ini merupakan tanda persetujuan dari perselisihan yang terjadi antara Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan.

Batu Batikam ini menjadi tanda bahwa perselisihan tentang pemikiran dua keselarasan besar di Ranah Minang tersebut berakhir.

Inoki Ulma Tiara menjelaskan bahwa terdapat empat sumpah yang disampaikan kedua datuk ini usai proses menikam batu.

Pertama, batu yang menjadi bukti perdamaian ini tidak boleh dipindah tempat.

Kedua, masing-masing keselarasan harus saling membantu dalam menyelesaikan perselisihan pendapat yang terjadi.

Ketiga, keselarasan Koto Piliang dan Bodi Caniago tidak boleh saling berselisih.

Terakhir, kedua keselarasan ini harus saling melengkapi satu sama lain.

Bagi Kawan yang ingin berkunjung dan melihat cagar budaya yang satu ini bisa langsung datang ke lokasi Batu Batikam di Jl. Jenderal Sudirman No.160, Dusun Tuo, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.

Sumber:
- Tiara, I. U. (2023). Batu Batikam dan Batu Baliyang Monumen Resolusi Konflik Minangkabau. Journal on Education, 6(1), 703-709.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/batu-batikam-dan-pembuktian-dua-tokoh-minangkabau/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.