Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bertugas di Desa Manisharjo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, menggelar kegiatan sosialisasi metode penanaman padi System of Rice Intensification (SRI) sekaligus membagikan benih padi unggul IPB 9G kepada para petani setempat. Kegiatan ini dilaksanakan pada 24 Juli 2025 di Balai Desa Manisharjo.
Program ini merupakan bagian dari rangkaian kerja KKN yang berfokus pada peningkatan produktivitas pertanian desa. Desa Manisharjo dikenal sebagai salah satu wilayah dengan lahan pertanian yang cukup luas, namun memiliki tantangan besar dalam hal ketersediaan air. Minimnya sistem irigasi membuat sebagian besar petani harus bergantung pada sistem tadah hujan, sehingga produktivitas sering kali tidak optimal.
Metode SRI dipilih oleh mahasiswa KKN IPB karena terbukti efektif dalam menghemat penggunaan air tanpa mengurangi hasil panen. System of Rice Intensification (SRI) adalah metode budidaya padi yang mengedepankan beberapa prinsip utama.
Prinsip-prinsip tersebut adalah penanaman bibit muda, satu bibit per lubang tanam, jarak tanam yang lebih lebar, pengairan intermittent, pengendalian gulma secara mekanis, dan penggunaan pupuk organik. Hal-hal tersebut dilakukan untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi dengan input yang lebih rendah.
Acara yang berlangsung di Balai Desa Manisharjo ini dihadiri oleh beberapa kelompok tani yang ada di desa. Dalam sesi sosialisasi, mahasiswa KKN memaparkan langkah-langkah teknis penerapan metode SRI, mulai dari penyemaian, penanaman bibit yang sangat muda (usia 5-12 hari), penjelasan jarak tanam, pengairan yang terputus-putus, penyiangan gulma secara rutin, dan penggunaan pupuk organik atau kompos. Para petani juga berkesempatan untuk bertanya langsung terkait tantangan yang mereka hadapi di lapangan.
Selain sosialisasi SRI, para mahasiswa juga membagikan benih padi unggul IPB 9G kepada kelompok tani di desa tersebut. Benih ini memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya mampu tumbuh baik di lahan kering, berumur panen relatif singkat, tahan terhadap hama dan penyakit utama, serta berpotensi menghasilkan produktivitas tinggi, yaitu 9–11 ton per hektar. Dengan karakteristik tersebut, benih IPB 9G diharapkan menjadi solusi bagi petani yang menghadapi keterbatasan irigasi.
“Kami berharap sosialisasi dan bantuan benih ini dapat membantu petani Desa Manisharjo mengoptimalkan lahan yang ada meski kondisi air terbatas,” ujar Rafi, salah satu perwakilan mahasiswa KKN IPB. Ia menambahkan, program ini juga menjadi sarana berbagi pengetahuan antara mahasiswa dan petani, sehingga dapat menciptakan inovasi bersama yang berkelanjutan.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari pemerintah desa dan para petani. Kepala Desa Manisharjo menyampaikan apresiasi sekaligus harapan atas inisiatif mahasiswa KKN IPB. “Kami berterima kasih kepada mahasiswa KKN IPB atas bantuan benih padi IPB 9G yang diberikan. Benih ini akan kami uji coba terlebih dahulu, dan semoga hasilnya bisa cocok serta bermanfaat bagi lahan pertanian di Desa Manisharjo,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN IPB tidak hanya memberikan bantuan fisik berupa benih, tetapi juga transfer ilmu yang dapat diterapkan jangka panjang. Ke depan, diharapkan metode SRI dan penggunaan benih unggul IPB 9G dapat diadopsi lebih luas oleh para petani Desa Manisharjo, sehingga produksi padi meningkat dan ketahanan pangan desa semakin kuat meski di tengah keterbatasan sumber daya air.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News