cerita rakyat dari riau hikayat si bujang yang jadi kisah awal mula burung punai - News | Good News From Indonesia 2025

Cerita Rakyat dari Riau, Hikayat Si Bujang yang Jadi Kisah Awal Mula Burung Punai

Cerita Rakyat dari Riau, Hikayat Si Bujang yang Jadi Kisah Awal Mula Burung Punai
images info

Hikayat Si Bujang merupakan salah satu cerita rakyat yang ada di daerah Riau. Hikayat ini menceritakan tentang asal usul terciptanya burung punai dulunya.

Simak cerita lengkap dari Hikayat Si Bujang dari Riau dalam artikel berikut.

Hikayat Si Bujang, Cerita Rakyat dari Riau

Dilansir dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, pada zaman dahulu di daerah Pelalawan, Riau hiduplah sepasang suami istri yang memiliki seorang anak laki-laki. Anak laki-laki mereka tersebut bernama Bujang.

Keluarga ini hidup dalam taraf yang serba berkekurangan. Meskipun demikian, pasangan suami istri ini tetap berusaha dan menyayangi si Bujang.

Sehari-hari bapak dan ibu Bujang bekerja di ladang. Selain itu, mereka juga sering mencari ikan di sungai.

Hasil ini nantinya akan mereka jual ke desa-desa yang ada di sekitar Pelalawan. Dari hasil penjualan inilah mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari secukupnya.

Seiring berjalannya waktu, Bujang tumbuh menjadi anak yang lincah. Setiap hari dia selalu belajar mengaji ke surau untuk mendalami ilmu agama.

Pada suatu sore, Bujang berangkat ke surau untuk pergi mengaji seperti biasa. Namun di tengah perjalanan, dia bertemu teman-temannya yang tengah asik bermain gasing.

Salah seorang teman Bujang kemudian memanggil dirinya. Dia mengajak Bujang untuk ikut bermain gasing bersama mereka.

Bujang pun berkata dia akan ikut bermain setelah pulang mengaji nantinya. Hal ini terus terjadi dalam beberapa hari kemudian.

Pada saat itu memang musim kemarau tengah melanda Pelalawan. Ketika musim kemarau tiba, tanah yang ada di daerah tersebut menjadi mengering.

Hal inilah yang membuat banyak anak-anak bermain gasing. Pada momen ini, anak-anak akan bermain gasing dengan asiknya hingga lupa waktu dan aktivitas lainnya.

Situasi ini pula yang terjadi antara Bujang dan teman-temannya. Lambat laun Bujang malah asik bermain gasing dengan teman-temannya.

Bahkan dia tidak pernah lagi pergi mengaji. Sehari-hari dia hanya pergi ke tanah lapang untuk bermain gasing bersama teman-temannya.

Pada suatu hari, datanglah guru mengaji Bujang ke rumah. Gurunya tersebut menemui bapak dan ibu Bujang untuk menanyakan keberadaan.

Sang guru berkata bahwa Bujang sudah lama tidak pernah lagi pergi mengaji ke surau. Bapak dan ibu Bujang merasa malu karena guru mengajinya mesti datang dari jauh untuk mencari dirinya.

Pada sore harinya, Bujang kembali pulang ke rumah. Ternyata bapak dan ibunya sudah menunggu kedatangan Bujang di sore itu.

Kedua orang tuanya kemudian menceritakan kedatangan guru mengaji sebelumnya. Ibunya berkata bahwa Bujang terlalu asik bermain gasing hingga lupa dengan aktivitas lainnya.

Jangankan pergi mengaji, Bujang juga sudah tidak mau lagi membantu kedua orang tuanya. Sang ayah kemudian berkata bahwa dia tidak akan bisa kenyang jika hanya asik bermain gasing sehari-hari.

Bujang hanya bisa tertunduk mendengarkan perkataan kedua orang tuanya. Sebab dia sadar akan kesalahan yang sudah dia lakukan.

Namun tidak ada satupun perkataan dari orang tuanya yang dia pikirkan matang-matang. Meskipun merasa bersalah, dia tetap kembali asik bermain gasing dengan teman-temannya di kemudian hari.

Kedua orang tua Bujang merasa sedih dan kecewa melihat perbuatan anaknya. Sang ayah berkata mungkin ini akibat yang mereka dapatkan karena memanjakan Bujang sejak kecil.

Akhirnya kedua orang tua Bujang sepakat untuk menghiraukannya. Mereka sudah tidak peduli lagi dengan perbuatan yang dilakukan oleh anak semata wayangnya tersebut.

Pada suatu hari, Bujang melihat ibunya tengah memasak sebelum pergi ke ladang. Setelah itu, kedua orang tuanya langsung berangkat ke ladang tanpa menghiraukannya sama sekali.

Bujang kemudian pergi ke meja makan karena merasa lapar. Namun dia langsung terkejut karena masakan yang dimasak ibunya ternyata merupakan sebuah gasing.

Hal ini membuat dirinya sadar dengan kesalahan yang sudah dilakukan. Namun dia hanya bisa bersedih karena sudah tidak dihiraukan lagi oleh kedua orang tuanya.

Bujang kemudian menangis sambil menyanyikan sebuah lagu. Tiba-tiba tubuh Bujang mulai ditumbuhi bulu secara perlahan.

Lama kelamaan, Bujang berubah menjadi seekor burung punai. Dirinya langsung terbang menuju ladang kedua orang tuanya.

Di sana, burung punai jelmaan Bujang bertengger di atas sebuah pohon. Dia menyanyikan lagu yang sama dengan sebelumnya.

Ibu Bujang menyadari suara nyanyian burung punai tersebut yang mirip dengan anaknya. Ibunya pun memanggil sang ayah untuk melihat hal tersebut.

Kedua orang tua Bujang merasa menyesal karena anaknya sudah dikutuk menjadi burung punai. Namun semua sudah terjadi, sejak saat itu Bujang menjelma menjadi burung punai selama-lamanya.

Itulah kisah dari Hikayat Si Bujang yang menjadi salah satu cerita rakyat dari daerah Riau.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.