Ngariung di Sukajadi bukan hanya sekadar perkumpulan anak muda tanpa makna. Ngariung, kata dari bahasa Sunda yang bermakna berkumpul, memiliki tujuan jelas, yakni mengatur strategi agar para pemuda dapat melek teknologi.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kemampuan mengelola media digital menjadi kunci untuk mempromosikan potensi lokal. Permasalahan inilah yang kemudian mendorong mahasiswa Public Relations & Digital Communication LSPR Institute of Communication Business (PRDC26-5SP) menggelar program Ngariung di Sukajadi.
Hidup atau Mati di Era Digital: Mengapa Literasi Digital Menentukan Masa Depan?
Bersama pemuda Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, para mahasiswa berupaya memperkuat literasi digital, sekaligus mengangkat daya tarik wisata edukasi dan budaya desa.
Program ini bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan langkah nyata untuk membangun kemandirian masyarakat dalam mempromosikan keunikan desa.
Dengan semangat kolaborasi, para pemuda diajak terlibat aktif dalam pengembangan konten kreatif, strategi branding, hingga pengelolaan media sosial yang efektif.
Bagaimana Cara Menggaet Gen Z ke Komunitas? Fanbul Punya Resepnya
dari Pelatihan Digital Hingga Konten Kreatif
Salah satu fokus utama program Ngariung di Sukajadi ini adalah pelatihan pengelolaan media sosial. Pelatihan ini mendapat antusias yang cukup besar dari para pemuda desa.
Diikuti oleh sepuluh pemuda Sukajadi, mereka diajarkan teknik membuat konten menarik, strategi komunikasi visual, hingga cara menyusun narasi digital yang profesional—sebagaimana yang didapat para mahasiswa di bangku kampus.
"Dengan adanya pelatihan ini, kita jadi mengerti cara menggunakan media yang baik dan dalam membuat konten yang menarik," ujar Luna, salah satu peserta.
Standardisasi di Media Sosial yang Menghantui Anak Bisa Rusak Potensi dan Membunuh Karakter
Langkah yang dilakukan mahasiswa LSPR ini merupakan bagian dari transfer ilmu dari perguruan tinggi ke masyarakat secara luas.
Tak hanya teori, peserta juga langsung mempraktikkan pembuatan konten untuk mempromosikan potensi desa, mulai dari wisata alam, budaya, hingga produk lokal.
Fasilitator pelatihan, Sofwan Said, B.Sc., dosen LSPR, menekankan pentingnya penggunaan media sosial secara bijak dan berdampak positif. Salah satunya bagaimana mengenalkan potensi-potensi lokal untuk mendongkrak sektor ekonomi kreatif.
6 Keunggulan Cangkir Batok Kelapa, Kearifan Lokal Sunda yang Perlahan Dilupakan
Desa Sukajadi Siap Sambut Wisatawan
Selain pelatihan, rangkaian kegiatan Ngariung di Sukajadi juga mencakup workshop kreatif, field trip pramuka, hingga kompetisi konten digital. Tujuannya jelas, yaitu mendorong partisipasi aktif warga dalam mengembangkan desa wisata yang berkelanjutan.
Pemerintah desa dan mitra lokal pun turut dilibatkan untuk memastikan program ini memberikan dampak jangka panjang serta mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Utamanya, poin 4 berkaitan dengan pendidikan berkualitas, poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, dan poin 11 mengenai kota dan komunitas yang berkelanjutan.
Everine Tryandhini, Ketua Pelaksana program, berharap inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kunjungan wisatawan, tetapi juga membuka lapangan kerja dan melestarikan budaya Sukajadi.
Patut Dibanggakan, Batu Bata Jadi Potensi Utama di Sukajadi Induk
Acara puncak akan digelar pada 14 Juli 2025, di mana masyarakat bisa melihat langsung hasil pelatihan sekaligus menikmati ragam potensi wisata yang ditawarkan desa ini.
“Lewat kegiatan ini, kami ingin memicu kemandirian pemuda dalam mempromosikan keunggulan desanya sendiri, baik lewat konten digital, storytelling, maupun aktivitas wisata edukasi yang dikembangkan bersama komunitas,” ujar Everine Tryandhini, Ketua Pelaksana program Ngariung di Sukajadi.
Dengan semangat gotong royong, Sukajadi perlahan menapaki transformasinya menjadi desa wisata yang mandiri dan siap bersaing di era digital.
Jelajahi Lembur Katumbiri, Kampung Warna-warni Ikonik di Kawasan Dago Bandung
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News