Di era digital yang terus berkembang saat ini, kita dihadapkan pada dua pilihan, beradaptasi dengan teknologi digital atau tertinggal dalam persaingan global.
Literasi digital bukan lagi sekadar kemampuan tambahan, melainkan keterampilan fundamental yang menentukan keberhasilan individu dan bangsa di masa depan.
Kondisi literasi digital di Indonesia masih cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Digital, skor Indeks Literasi Digital Indonesia pada 2022 hanya mencapai 3,54 dari skala 1–5.
Meskipun terjadi peningkatan skor sebesar 0,05 poin dari tahun sebelumnya, aspek budaya digital justru mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memahami etika dan tanggung jawab dalam berinteraksi di dunia digital.
Selain itu, dilansir dari Komdigi, Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) menunjukkan skor 43,34 pada tahun 2024, yang masih jauh dari ideal.
Menurut informasi dari We Are Social (2024) Masyarakat Indonesia menghabiskan rata-rata 7 jam 38 menit per hari untuk berinternet. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2 jam 41 menit digunakan mealui perangkat mobile, dan 3 jam 11 menit dihabiskan di socialmedia.
Ini menjadikannya salah satu negara dengan durasi penggunaan internet tertinggi di dunia dengan ketegori “heavy users” di atas rata-rata global, tetapi di bawah negara-negara “extreme”.
Lamanya waktu di depan layar tidak sebanding dengan kemampuan memahami informasi digital secara bijak. Kesenjangan akses juga masih lebar antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet secara nasional menyentuh angka 79,5% pada 2024, di desa hanya 30,5%, jauh di bawah kota yang mencapai 69,5%.
Masalah lain yang tak kalah serius adalah menurunnya budaya digital. Meskipun banyak masyarakat yang mengakses dan menggunakan teknologi, tetapi kesadaran akan etika dan tanggung jawab digital justru menurun.
Fenomena yang sering terjadi yaitu hoaks, cyberbullying, ujaran kebencian, dan penyalahgunaan data pribadi semakin marak.
Apa itu Literasi Digital?
Menurut situs VIDA, digital adalah kemampuan untuk menggunakan, memahami, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui teknologi digital secara efektif dan bertanggung jawab.
Konsep ini mencakup empat pilar utama: digital skills (keterampilan digital), digital ethics (etika digital), digital culture (budaya digital), dan digital safety (keamanan digital).
Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan teknis mengoperasikan perangkat digital, tetapi juga meliputi kemampuan berpikir kritis dalam menilai informasi online, memahami konsekuensi dari tindakan digital, dan berpartisipasi secara konstruktif dalam masyarakat digital.
Ini termasuk kemampuan untuk membedakan informasi yang akurat dari hoaks, melindungi privasi dan keamanan data, serta berkomunikasi dengan etika yang baik di platform digital.
Mengapa Literasi Digital Sangat Penting?
1. Terhidar dari Informasi Palsu/ Hoaks
Dunia maya saat ini bagaikan lautan informasi yang luas tak bertepi. Sayangnya, banyak di antaranya adalah sampah digital yang dikemas sedemikian rupa hingga terlihat meyakinkan. Tanpa kemampuan literasi digital, seseorang sangat rentan menjadi korban dari penyebaran hoaks, berita yang dimanipulasi, hingga kampanye propaganda yang memecah belah masyarakat.
Kemampuan untuk memilah dan memilih informasi yang kredibel menjadi benteng pertahanan pertama kita di era informasi ini. Dengan Literasi digital membantu kita untuk tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengkritisinya secara cerdas.
2. Menghemat Waktu dan Tenaga
Orang yang melek digital tahu cara bekerja lebih efisien. Mereka tahu aplikasi mana yang sesuai untuk kebutuhan tertentu, platform mana yang aman untuk bertransaksi, dan situs mana yang menyajikan informasi terpercaya.
Mulai dari membayar tagihan, mencari tutorial pembelajaran, hingga belanja kebutuhan sehari-hari bisa dilakukan dalam hitungan menit.
Sebaliknya, mereka yang belum menguasai keterampilan digital sering kali terjebak dalam proses yang rumit dan memakan waktu. Literasi digital membuat kita lebih cepat, tepat, dan hemat dalam mengelola aktivitas harian.
3. Mendukung Peluang Karing di Masa Depan
Literasi digital bukan sekadar alat bantu, tapi merupakan modal dasar untuk bersaing di dunia kerja masa kini dan masa depan. Laporan World Economic Forum (2023) menyebutkan bahwa lebih dari 90% pekerjaan di masa depan akan mensyaratkan keterampilan digital.
Profesi-profesi yang dulunya tidak bersentuhan dengan teknologi, kini mulai terintegrasi dengan sistem digital.
Mereka yang sudah membekali diri dengan kemampuan digital, seperti para spesialis pemasaran digital, analis data, atau perancang antarmuka pengguna, akan memiliki nilai tawar yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang masih tertinggal.
Dampak Negatif Rendahnya Literasi Digital
Kurangnya literasi digital membawa konsekuensi serius bagi individu dan masyarakat:
- Kesenjangan Digital: Mereka yang tidak memiliki literasi digital akan semakin tertinggal dalam akses informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi.
- Kerentanan terhadap Hoaks: Masyarakat yang tidak literat digital mudah menjadi korban penyebaran informasi palsu yang dapat merusak kohesi sosial.
- Kehilangan Peluang Ekonomi: Bisnis dan individu yang tidak memanfaatkan teknologi digital akan kehilangan daya saing di pasar global.
- Keamanan Data: Kurangnya kesadaran tentang keamanan digital dapat menyebabkan kebocoran data pribadi dan kerugian finansial.
Literasi digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk bertahan hidup di era digital. Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan menjadi bangsa yang siap menghadapi tantangan global atau tertinggal dalam persaingan digital.
Dengan potensi demografis yang besar dan semangat gotong royong yang kuat, Indonesia memiliki modal untuk menjadi kekuatan digital yang diperhitungkan.
Namun, hal ini hanya dapat tercapai jika seluruh elemen bangsa berkomitmen untuk meningkatkan literasi digital secara masif dan berkelanjutan.
Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk terus belajar, mengajarkan literasi digital kepada orang lain, dan menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News