Setiap tanggal 26 Juni dunia memperingati Hari Anti-Narkoba Internasional atau International Day Against Drug Abuse and Illicit Trafficking. Peringatan tahunan ini bukan sekadar seremoni atau kampanye sesaat.
Di balik perayaan ini ada pesan penting yang selalu disampaikan yaitu masalah narkoba adalah ancaman global yang memerlukan aksi nyata, kolaboratif, dan berkelanjutan.
Tahun 2025 tema yang diusung oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) adalah “Break the Cycle: Stop Organized Crime”. Tema ini menyoroti keterkaitan antara perdagangan narkoba dan jaringan kejahatan terorganisir global.
Di sisi lain, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muda terbesar di Asia Tenggara menghadapi tantangan yang sama, yaitu narkoba tidak hanya merusak individu tapi juga menghancurkan masa depan bangsa.
Fakta Global Narkoba Kian Canggih, Korbannya Kian Muda
Laporan resmi UNODC World Drug Report 2024 mencatat bahwa lebih dari 296 juta orang menggunakan narkoba pada tahun lalu meningkat 23% dalam satu dekade terakhir.
Tak hanya itu, narkoba kini beredar dalam bentuk baru seperti obat sintetis, narkotika cair, bahkan diselipkan dalam produk kosmetik atau makanan ringan.
Pengguna narkoba terbanyak adalah kelompok usia 15–35 tahun dengan sebagian besar tidak menyadari bahwa yang mereka konsumsi tergolong zat berbahaya dan ilegal.
Sementara jaringan distribusinya kini aktif memanfaatkan media sosial, aplikasi chat, dan bahkan platform game untuk menjangkau pengguna baru.
Kondisi Indonesia Saat Ini Adalah Masalah yang Semakin Mendesak
Di Indonesia data dari BNN RI menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba masih menjadi masalah serius. Diperkirakan lebih dari 3,6 juta orang pernah atau sedang menggunakan narkoba. Bahkan, penyalahgunaan narkotika kini ditemukan di wilayah pedesaan dan lembaga pendidikan termasuk sekolah dan pesantren.
Peringatan Hari Anti-Narkoba harus menjadi momentum untuk bertanya sudah sejauh mana masyarakat kita benar-benar peduli? Apakah kita hanya memperingati atau benar-benar mencegah?
Apa yang Bisa Dilakukan?
Berikut beberapa langkah konkret yang bisa diambil masyarakat dan pemerintah untuk memerangi narkoba secara efektif:
Edukasi dan Literasi Bahaya Narkoba Sejak Dini
Materi pencegahan narkoba harus masuk dalam kurikulum sekolah dan program komunitas pemuda. Penyuluhan tidak hanya soal larangan tapi pemahaman menyeluruh akan risiko dan pencegahannya.
Perkuat Sistem Rehabilitasi Bukan Hanya Pemidanaan
Banyak pengguna sebenarnya adalah korban. Rehabilitasi berbasis kemanusiaan akan lebih efektif dibanding hanya penjara. Pendekatan ini kini digalakkan oleh BNN dan lembaga rehabilitasi berbasis komunitas.
Sinergi Keluarga–Sekolah–Pemerintah
Pencegahan narkoba tidak bisa dilakukan satu pihak saja. Keluarga adalah garda terdepan, sekolah sebagai penguat nilai, dan pemerintah sebagai fasilitator kebijakan.
Kampanye Positif di Dunia Digital
Generasi muda harus dilibatkan dalam membuat konten kreatif yang menyuarakan hidup sehat dan bebas narkoba. Media sosial bisa jadi alat kontra-narasi terhadap glorifikasi narkoba.
Pengawasan Ketat Terhadap Peredaran Obat dan Zat Terlarang
Sinergi antara BPOM, kepolisian, dan komunitas perlu diperkuat untuk mencegah masuknya narkoba jenis baru yang sering disamarkan dalam bentuk obat-obatan atau produk konsumen. Literasi publik terhadap ciri-ciri penyalahgunaan dan pelaporan dini juga harus digalakkan.
Dari Sekadar Peringatan Menjadi Gerakan
Hari Anti-Narkoba Internasional adalah ajakan bukan sekadar peringatan. Ia mengingatkan bahwa perang melawan narkoba adalah perjuangan panjang dan memerlukan aksi kolektif dari seluruh lapisan masyarakat.
Kita bisa memulainya dari langkah kecil melalui kepedulian dengan lingkungan sekitar, berbicara terbuka dengan anak-anak, dan tidak menyepelekan gejala awal penyalahgunaan.
Karena satu langkah kecil hari ini bisa menyelamatkan satu generasi di masa depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News