Nama Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bersinar terang di kancah global. Baru-baru ini, ia meraih penghargaan Inclusive Global Engagement dari Universitas 21 (U21), sebuah jaringan universitas elit dunia yang beranggotakan institusi top-tier dari enam benua.
UGM menjadi satu-satunya perguruan tinggi dari Indonesia yang tergabung dalam jaringan ini. UGM bergabung pada Agustus 2023
Penghargaan Inclusive Global Engagement yang diberikan kepada Prof. Wening ini bukan sekadar pengakuan atas dedikasi pribadi, melainkan juga bukti bahwa UGM mampu melahirkan pemikir-pemikir yang berdampak global.
Keunggulan Jamur Tempe Temuan Dosen UGM: Bisa Jadi Alternatif Daging
Sebagai Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM sekaligus Guru Besar di Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Wening telah lama dikenal sebagai pejuang kesetaraan gender dan inklusi. Ia tidak hanya berbicara melalui teori, tetapi juga mewujudkannya dalam kurikulum dan kebijakan kampus.
Bahkan, UGM didapuk menjadi kampus dengan prodi Studi Gender terbaik di Indonesia menurut EduRank, sebuah lembaga independen di bidang pemeringkatan pendidikan berskala internasional yang berpusat di Amerika Serikat.
Keahliannya dalam kajian sastra, gender, dan postkolonialisme membawanya menjadi duta akademik Indonesia di berbagai forum internasional, terutama dalam membangun hubungan akademik dengan Prancis.
Tertarik dengan Kesetaraan Gender? UGM Jadi Kampus dengan Studi Gender Terbaik di Indonesia
Prof. Wening Mengukir Sejarah: Satu-Satunya Penerima dari Asia Tenggara
Penghargaan Inclusive Global Engagement diberikan kepada individu yang kontribusinya melampaui batas negara dan disiplin ilmu, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, khususnya kesetaraan gender (tujuan ke-5) dan pengurangan kesenjangan (tujuan ke-10).
Pada 2025, hanya empat orang di dunia yang menerima penghargaan ini, dan Prof. Wening adalah satu-satunya perwakilan dari Asia Tenggara.
Prestasi ini semakin mengukuhkan reputasinya sebagai akademisi yang mampu membawa perspektif lokal ke ranah global.
Sebelumnya, pada Desember 2024, Prof. Wening juga telah menerima Palmes Académiques, penghargaan tertinggi dari Pemerintah Prancis untuk kontribusinya dalam mempromosikan budaya dan bahasa Prancis di Indonesia.
Napoleon I adalah yang pertama kali menginisiasi penghargaan bergengsi ini pada 1808, dan kini, Prof. Wening tercatat sebagai salah satu penerimanya.
Penghargaan Akademik Tertinggi dari Pemerintah Prancis untuk Guru Besar UGM
Penghargaan Bukan Akhir, Melainkan Dorongan untuk Berbuat Lebih
Dalam pernyataannya setelah menerima penghargaan dari U21, Prof. Wening menegaskan bahwa apa yang ia raih bukanlah pencapaian akhir.
”Semoga penghargaan ini menjadi panggilan untuk terus membangun komunitas akademik yang memberdayakan, menghubungkan, dan saling menguatkan. Bersama, kita bisa menciptakan masa depan di mana pendidikan benar-benar inklusif untuk semua,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh komunitas akademik untuk terus memperjuangkan pendidikan yang benar-benar inklusif, sebuah sistem yang tidak hanya adil, tetapi juga memberdayakan.
Indonesia Ternyata Punya Alat Penyerapan Karbon yang Dibuat Peneliti UGM
Semangatnya yang tak kenal lelah patut menjadi inspirasi bagi akademisi muda Indonesia. Prof. Wening membuktikan bahwa dengan konsistensi dan visi yang jelas, pemikiran dari Indonesia pun bisa bersaing di tingkat global.
Prestasinya bukan sekadar penghargaan individu, melainkan bukti bahwa intelektualitas Indonesia patut diperhitungkan dunia.
Kini, dengan segala pencapaiannya, Prof. Wening terus melangkah, membawa nama Indonesia semakin harum di panggung akademik internasional.
Jalin Kerja Sama, Mahasiswa UGM Berpeluang KKN Internasional di Timor Leste
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News