Peneliti UGM yang terdiri dari Teknologi ini diinisiasi oleh Guru Besar Teknik Kimia Fakultas Teknik, Prof. Ir. Arief Budiman, D.Eng. dan Dosen Fakultas Biologi Dr. Eko Agus Suyono. mencetuskan inovasi alat penyerapan karbon yang dibuat dari mikroalga.
Alat ini diproyeksikan akan mampu menjadi solusi penyerapan karbon berlebih pada industri. Apalagi, saat ini negara-negara di dunia tengah menggenjot usaha untuk mengurangi emisi karbon di bumi.
Hal ini diungkapkan oleh Dr. Nugroho Dewayanto, bahwa tantangan bagi industri saat ini adalah bagaimana cara mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan bisnis mereka.
Bolak-Balik Jadi Juara, SEMAR UGM Telah Diakui Dunia
Oleh karena itu, Peneliti Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perguruan Tinggi (PUIPT) Microalgae Biorefinery memodifikasi Algaetree dan Algaerium agar dapat mengoptimalkan penyerapan karbondioksida, baik dari lingkungan maupun udara sekitar.
Tidak sendirian, UGM turut berkolaborasi dengan PT Enthalphy Environergy Consulting dan PT Algatech Nusantara.
“Untuk mengembangkan Algaetree dan Algaerium ini, kami berkolaborasi dengan PT Enthalphy Environergy Consulting yang bergerak di bidang konsultasi ESS (Environmental, Social and Governance) dan PT Algatech Nusantara yang bergerak di bidang pengembangan produk dan bisnis mikroalga,” jelas Arief Budiman, salah satu peneliti di PSE UGM.
Segudang Prestasi Brian Yuliarto, Guru Besar ITB yang Kini Jadi Mendiktisaintek
Microforest, Kemampuan Menyerap Karbon 37,6 Kilogram Per Tahun
Kolaborasi tiga pihak ini menghasilkan Microforest, sebuah produk pengembangan lanjutan dari Algaetree. Selain fungsi utama sebagai penyerap karbon yang dihasilkan lewat mikroalga , microforest juga memiliki fitur-fitur canggih, seperti layar indikator karbon dioksida yang telah terserap.
Tidak hanya itu, Microforest lewat mikroalga juga dapat menghasilkan O2 saat proses fotosintesis.
Sesuai namanya, Microforest, walaupun berbentuk kecil dinilai mampu menyerap karbon hingga 37,6 kilogram per tahun. Angka tersebut setara dengan kemampuan penyerapan karbon oleh 4 pohon berusia dewasa dibandingkan dengan tanaman lain di area dengan luasan yang sama.
Gerry, Alumni UGM yang Kuliah di Rusia dan Dapat Tawaran Ekspedisi ke Antartika
Desain Futuristik Microforest
Microforest dirancang untuk memudahkan penggunaan dengan desain futuristik. Eko Agus Suyono, salah satu peneliti mengungkapkan bahwa Microforest didesain lebih elastis.
Tujuannya, agar alat ini mudah dipindahkan ke dalam ruagan atau lobi gedung.
Benar, Microforest dapat diletakkan di dalam gedung. Inilah yang menjadi keunggulan Microforest, mampu menyerap karbon dioksida sekaligus menghasilkan oksigen di lokasi yang tidak memungkinkan tanaman tumbuh.
Keunggulan Microforest lainnya ialah tidak membutuhkan lahan luas untuk pemasangan.
“Dengan begitu, pengurangan emisi karbon dapat berlangsung secara masif dalam mengatasi perubahan iklim,” tutur Eko Agus Suyono.
Kisah Janu, Lulusan Inggris Lewat LPDP yang Milih Bermanfaat dengan Jualan Sayur di Yogyakarta
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News