Dengan meningkatnya kebutuhan energi dan tekanan untuk mengurangi emisi karbon, ASEAN mulai melirik fusi nuklir sebagai solusi masa depan.
Indonesia ikut berpartisipasi aktif dalam ASEAN to School on Plasma and Nuclear Fusion 2025, serta ASEAN-IAEA (International Atomic Energy Agency) Meeting on Potential Cooperation in Plasma and Nuclear Fusion.
Pertemuan ini membuka peluang besar bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN untuk memperkuat kerja sama dalam pengembangan teknologi fusi nuklir.
Dengan adanya dukungan dari IAEA, ASEAN diharapkan dapat membangun ekosistem penelitian dan inovasi yang lebih solid dalam bidang energi bersih.
Tenaga nuklir untuk energi bersih
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki peran strategis dalam penelitian dan inovasi teknologi nuklir di Indonesia, baik dalam pengembangan energi bersih, aplikasi medis, hingga kerja sama internasional di bidang nuklir.
“Saat ini BRIN berusaha untuk mengembangkan teknologi energi bersih, termasuk fusi nuklir. Melalui kerja sama ini, kami berharap dapat mempercepat riset dan berbagi teknologi dengan negara-negara ASEAN lainnya," ujar Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Syaiful Bakhri.
Syaiful menegaskan pentingnya kerja sama ASEAN dalam pengembangan teknologi energi bersih.
“Teknologi fusi nuklir adalah salah satu solusi jangka panjang bagi ketahanan energi ASEAN. Melalui kerja sama dengan IAEA dan negara-negara ASEAN lainnya, kita bisa mempercepat penelitian dan inovasi dalam bidang ini,” ujarnya.
Baca juga Apa Itu Reaktor Nuklir Kecil atau Small Modular Reactor (SMR) dan Manfaatnya
Teknologi nuklir di Indonesia
Indonesia menyampaikan laporan kemajuan dalam teknologi nuklir, yang meliputi penelitian reaktor nuklir dan pengelolaan limbah radioaktif, pengembangan teknologi akselerator untuk aplikasi medis dan industri.
Kemudian, produksi radioisotop dan radiofarmaka untuk diagnosis serta terapi kanker, dan inisiatif pengembangan teknologi fusi nuklir dan penguatan SDM melalui program akademik.
Dalam ASEAN-IAEA Meeting on Potential Cooperation in Plasma and Nuclear Fusion, IAEA dan negara-negara ASEAN membahas potensi kerja sama di bidang ilmu dan teknologi nuklir, keamanan, serta penelitian dan pengembangan (R&D).
Salah satu momen penting dalam pertemuan ini adalah penandatanganan Practical Arrangements (PA) antara IAEA dan Thailand Institute of Nuclear Technology (TINT), diwakili oleh Najat Mokhtar (Deputy Director General IAEA) dan Assoc. Thawatchai Onjun (Executive Director TINT).
Di sisi lain, Delegasi Indonesia juga melakukan kunjungan ke Department of Intellectual Property (DIP) Thailand, untuk mempelajari sistem manajemen kekayaan intelektual di negara tersebut.
Mereka membahas cara Thailand yang berhasil mempercepat proses pendaftaran paten berbasis kecerdasan buatan atau AI. Diharapkan menjadi referensi bagi Indonesia dalam meningkatkan efisiensi sistem perlindungan, dan komersialisasi kekayaan intelektual nasional.
Baca juga Dibangun di Bandung, Sejak 1965 Ini Perjalanan Sejarah Reaktor Tenaga Nuklir Tertua di Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News