jembatan tertua di palembang berdiri kokoh dekat stasiun kertapati - News | Good News From Indonesia 2025

Jembatan Tertua di Palembang Berdiri Kokoh Dekat Stasiun Kertapati

Jembatan Tertua di Palembang Berdiri Kokoh Dekat Stasiun Kertapati
images info

Palembang sebagai kota tertua di Indonesia yang tahun 2025 ini akan menginjak usia 1342 tahun tentu menyimpan banyak sekali cerita sejarah Palembang.

Telah banyak linimasi sejarah dilalui, mulai dari zaman Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, Hindia Belanda, hingga hari ini bersama pangkuan NKRI. Kawan GNFI ketika mendengar nama Palembang pasti langsung tertuju ke Jembatan Ampera.

Di mana Jembatan Ampera ini adalah landmark kebanggaan bagi masyarakat Kota Palembang wong kito galo yang sudah terkenal seantero negeri.

Jembatan Ampera, Ikon Kebanggaan Kota Tertua di Indonesia

Namun, Kawan GNFI juga harus tahu. Ternyata, ada jembatan peninggalan sejarah Palembang yang lebih tua dari Jembatan Ampera terkenal. Itulah Jembatan Ogan.

Mungkin masih banyak yang belum mengetahui jembatan ini yang memang kurang terkenal dibandingkan Jembatan Ampera. Namun jangan salah! Jembatan ini menyimpan lebih banyak peristiwa sejarah Palembang bahkan sejak NKRI belum merdeka.

Penasaran dan ingin lebih tahu dengan jembatan ini? 

Lebih Tua dari Jembatan Ampera

Menurut cerita sejarah Palembang, Jembatan Ogan dibangun pada tahun 1939 oleh Pemerintah Hindia Belanda di bawah Karesidenan Palembang. Lebih tua 20-tahunan dibandingkan Jembatan Ampera yang dibangun pada 1962 dan diresmikan tahun 1965.

Pemerintah kolonial bermaksud agar kilang minyak di sebelah timur Palembang dapat terhubung dengan stasiun Kertapati yang hanya dipisahkan oleh Sungai Ogan. Sehingga, proses transportasi minyak dan sumber daya alam dari dan menuju area kilang bisa lebih cepat dan mudah.

Sejarah jembatan Palembang ini awalnya bernama Jembatan Wilhelmina. Nama tersebut diambil untuk menghormati Ratu Wilhelmina yang sedang menjabat sebagai kepala negara Ratu Belanda saat itu.

Saat ini, penduduk setempat sering menyebutnya dengan Jembatan Ogan Lama. Konon, dana pembangunan jembatan ini bersumber dari uang pajak para petani karet.

Penuh dengan Kisah Sejarah

Dilansir dari penelitian Woonkyung Yeo (2012), pemerintah kolonial Belanda pernah membakar jembatan ini di tahun 1942 saat tentara Jepang menginvasi Palembang.

Tujuannya adalah untuk menghambat gerakan tentara Jepang dalam menguasai kilang minyak. Selain itu juga agar Jepang tidak dapat memanfaatkan jembatan ini selama periode pendudukannya.

Selama periode penjajahan Jepang (1942-1945) hingga Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) banyak jalan dan jembatan lain yang juga ikut rusak.

Setelah Indonesia merdeka, untuk pertama kalinya jembatan ini dipugar pada tahun 1956 dalam sejarah Palembang.

Masih Eksis Hingga Saat Ini

Di zaman modern, jembatan tertua di Palembang ini masih berdiri kokoh dengan tetap mempertahankan unsur aslinya. Misalnya seperti bagian lengkungan di atas jembatan yang masih terlihat hari ini.

Kawan GNFI bisa dengan mudah mengunjungi jembatan ini. Sekarang, jembatan ini aktif difungsikan sebagai jalan raya utama yang dimanfaatkan oleh masyarakat beraktifitas sehari-hari.

Bahkan, jembatan ini menghubungkan pusat Kota Palembang dengan Jalan Raya Lintas Timur Sumatra (Jalintimsum). Di mana Jalintinsum inilah yang menghubungkan Palembang dengan Banda Aceh di ujung utara hingga Bandar Lampung dan Pelabuhan Bakauheni di ujung selatan.

Bukan Cuma Pempek, Ini 5 Kuliner Tradisional Palembang yang Wajib Dicoba

Sekilas terlihat dari fungsi utamanya, Jembatan Ogan nampaknya kurang cocok dijadikan destinasi wisata. Namun ditinjau dari nilai sejarahnya, Jembatan Ogan ini merupakan peninggalan sejarah Palembang yang wajib dijaga dan dilestarikan.

Peremajaan Rutin

Jembatan Ogan pada hari ini tidak berdiri sendirian. Melainkan telah berdiri juga sebuah jembatan duplikat tepat di sebelahnya.

Pembangunan jembatan duplikat bertujuan untuk mengurangi beban Jembatan Ogan yang semakin tua di tengah mobilitas masyarakat yang semakin meningkat juga.

Secara administratif, jembatan ini berada di bawah tanggung jawab Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatra Selatan (BBPJN Sumsel). BBPJN Sumsel aktif melakukan peremajaan rutin terhadap jembatan tertua di Palembang ini.

Melalui peremajaan diharapkan Jembatan Ogan dapat terus berfungsi dengan baik dalam mendukung kelancaran aktifitas masyarakat, khususnya yang menggunakan jembatan ini.

Selama peremajaan dilakukan, Jembatan Ogan biasanya akan ditutup dan diberlakukan rekayasa lalu lintas oleh pihak kepolisian. Masyarakat yang ingin melewati Jembatan Ogan akan dialihkan sementara ke jembatan duplikat di sebelahnya.

Nah itu dia Kawan GNFI jembatan tertua di Palembang yang bahkan lebih tua dari Jembatan Ampera. Kota Palembang sangat kaya akan nilai sejarah Palembang beserta peninggalan sejarah Palembang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MI
IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.