Hi! Saya ingin berbagi pengalaman saya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Bakrie.
Pada Minggu, 14 Desember 2024, saya diberi kesempatan untuk mengunjungi Museum Kepresidenan Bogor dan tempat yang terkenal, Surya Kencana. Museum Kepresidenan didirikan atas inisiatif Presiden ke-6 Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Museum pertama kali dibuka pada 18 Oktober 2014.
Tujuan untuk mengingat pencapaian para pemimpin negara kita. Yusman, seorang seniman dari Yogyakarta, membuat patung para presiden di museum ini, menggunakan gaya yang diambil langsung dari gestur khas masing-masing presiden. Itu luar biasa, bukan?
Kami berangkat dari kampus tercinta Universitas Bakrie, Rasuna Said, di Kuningan, pada pukul 7.30 pagi. Kami pergi dengan bus yang telah disediakan oleh kampus, dan kami didampingi oleh Mas Arka dari Biro Administrasi Akademik dan Miss Meli, yang merupakan dosen mata kuliah Foto Jurnalistik KOM-38 di Universitas Bakrie Ilmu Komunikasi.
Mengenal Museum Kepresidenan Indonesia Bogor
Karena kami berangkat pagi, perjalanan kami ke Bogor berjalan lancar tanpa hambatan.
Kami memarkir bus kami di area Museum Kepresidenan saat tiba di Bogor.
Kami diminta untuk menggunakan almamater Universitas Bakrie dan meletakkan tas di luar. Kami dibawa ke ruangan audio-visual di museum yang menceritakan prestasi presiden terdahulu yang telah memimpin Indonesia.
Uniknya, perpustakaan museum di lantai dua memiliki semua buku yang ada jika kita benar-benar ingin mempelajari prestasi dan perjalanan hidup para presiden Republik Indonesia.
Di lantai dua juga terdapat diorama dan foto-foto para presiden yang memimpin Indonesia selama masa kepemimpinan mereka.
Kami kembali ke bus untuk makan siang setelah menjelajahi museum. Nasi kotak yang kami makan terdiri dari nasi, ayam goreng, lalapan, dan sambal. Meskipun rasanya sederhana, rasa sambalnya seimbang dengan nasi dan lalapannya.
Setelah makan siang, kami berjalan kaki ke Surya Kencana, yang berjarak sekitar 950 meter. Kami lebih tertarik untuk berjalan-jalan di Bogor karena suasananya yang menyegarkan.
Setelah kami tiba di Surya Kencana, kami diberi tahu bahwa kunjungan ini tidak hanya sebuah perjalanan wisata namun bertujuan untuk mengambil foto dan membuat konten untuk UAS mata kuliah Menulis Jurnalistik dan Foto Jurnalistik.
Setelah briefing, kami diberi waktu untuk mengambil foto tentang hal-hal seperti arsitektur, kuliner, dan minat manusia untuk menyelesaikan penilaian UAS kami.
Saya berjalan di jalanan Surya Kencana, yang penuh dengan orang-orang yang menghabiskan akhir pekan bersama orang tercinta mereka. Di sepanjang jalan, saya melihat banyak penjual yang menarik, dari ikan hias hingga anak ayam berwarna-warni.
Surya Kencana adalah surga kuliner. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah harga es cendol durian 15 ribu rupiah. Rasanya luar biasa karena manisnya berasal dari durian asli, bukan gula buatan yang sering membuat tenggorokan sakit.
Selain itu, penjual kerak telor ukuran kecil yang dijual oleh seorang ibu lanjut usia menarik perhatian saya. Ini aneh, bukan? Kenapa ada orang yang menjual makanan khas Jakarta di Bogor?
Ibu mengatakan bahwa tradisi keluarganya sejak lama berjualan kerak telor kecil. Rasanya asli dan sesuai dengan mahasiswa seperti kami yang biasanya terbiasa dengan makanan cepat saji.
Surya Kencana juga memiliki pabrik roti Tan Ek Tjoan. Terlepas dari kenyataan bahwa pabrik ini tidak lagi memanggang setiap hari, masih ada banyak gerobak yang menjual roti siap makan. Bangunannya dengan cat-cat mengelupas membuat suasananya sedikit mencekam, tetapi aroma roti yang menyenangkan membuat siapa saja ingin mencari sumbernya.
Museum Kepresidenan Bogor, Menapaki Sejarah Kepresidenan
Setelah menyelesaikan pencarian foto dan video untuk UAS, saya dan Devtha memutuskan untuk naik angkot Bogor bernomor 03 menuju Stasiun Bogor. Rumah kami lebih dekat dari bogor daripada harus kembali ke kampus.
Sesampainya di stasiun, kami langsung naik kereta jalur 6 dengan 8 gerbong yang paling cepat hingga tiba di Stasiun Citayam. Di sana, kami menunggu kereta ke arah Nambo selama 30 menit karena Devtha harus naik kereta jalur Nambo untuk dijemput oleh papanya di Stasiun Nambo. Setelah berpisah dengan Devtha, saya naik ojek online dan langsung tidur sampai jam 8 malam.
Saya memiliki hari yang luar biasa menyenangkan bersama teman-teman saya. Meskipun perjalanan ini tidak sepenuhnya bertujuan untuk jalan-jalan, tetapi lebih untuk memperoleh pengetahuan untuk mencapai nilai UAS dan IPK yang memuaskan.
Meskipun demikian, saya masih bersyukur atas perjalanan ini. Perjalanan akhir semester ketiga ini adalah pengalaman belajar yang luar biasa sambil menikmati waktu bersama teman-teman dan dosen. Kami, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie, memiliki pengalaman yang sama saat mengunjungi Museum Kepresidenan dan Surya Kencana di Bogor.
Semoga kisah ini dapat menginspirasi teman-teman untuk terus belajar dan mencoba hal-hal baru!
Kolaborasi Kawan GNFI dan Universitas BakrieĀ dalam eksplorasi Museum Kepresidenan dan Surya Kencana!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News