Gemah Ripah merupakan nama yang kerap disebut saat topik berkenaan dengan sampah dan lingkungan mulai dibicarakan. Gemah Ripah dianggap menjadi pionir dalam hal pengelolaan sampah yang bisa dibilang sukses besar dalam menarik keterlibatan masyarakat.
Bagaimana tidak, selama beberapa tahun ini, Gemah Ripah berhasil menjadi sebuah solusi taktis permasalahan sampah yang ada di Yogyakarta. Bank Sampah Gemah Ripah ini menjadi rujukan bagi banyak lembaga untuk mempelajari pengelolaan sampah dengan sistem win-win solution.
Get The Fest, Konser yang Manfaatkan Sampah Plastik untuk Suplai Kebutuhan Listrik
Apa Itu Gemah Ripah?
Gemah Ripah merupakan bank sampah yang berada di Desa Badegan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Mulai beroperasi sejak 2008, Gemah Ripah membuktikan bahwa sistem pengelolaan sampah yang tepat dapat membawa perubahan besar meskipun di skala kecil. Perubahan-perubahan ini tampak pada kebiasaan masyarakat yang telah konsisten memilah sampah untuk kemudian disetor ke Bank Sampah Gemah Ripah.
Perlu ditekankan, Gemah Ripah bukanlah tempat pembuangan akhir (TPA), melainkan tempat yang berfungsi untuk mendaur ulang sampah dan mendayagunakan barang tidak terpakai menjadi barang bernilai jual. Oleh karena itu, sampah harus diklasifikasikan sesuai jenisnya sebelum disetor ke Bank Sampah Gemah Ripah.
Setiap tahunnya, masyarakat yang terlibat dalam mengelola sampah di Bank Sampah Gemah Ripah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat.
Pada 2012 lalu atau 4 tahun setelah bank sampah ini didirikan, masyarakat yang terlibat telah mencapai lebih dari 400 orang. Angka tersebut terus naik pada 2022 dengan jumlah nasabah berkisar 1.800 orang.
Saat ini, Gemah Ripah berhasil mengajak lebih dari 2000 orang untuk turut serta dalam pengelolaan sampah.
Uti Nilam Sari, Sosok yang Jadi Pionir Medical Illustrator di Indonesa
Perubahan Pola Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Dilihat dari angka keterlibatan masyarakat di Bank Sampah Gemah Ripah menunjukkan bahwa Gemah Ripah berhasil mengubah pola perilaku masyarakat dalam mengelola sampah.
Bambang Suwerda selaku pencetus sistem pengelolaan sampah secara terstruktur di Gemah Ripah yang kini menjadi Direktur Utama mengungkapkan, pendirian Bank Sampah Gemah Ripah awalnya memang ditujukan untuk melatih sekaligus take an action kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah secara mandiri dan bertanggung jawab.
Strategi ini bisa dibilang sukses besar. Banyak masyarakat, terutama di Desa Badegan yang kini terlibat dalam pengelolaan Bank Sampah Gemah Ripah.
Lihat postingan ini di Instagram
"Tujuan bank sampah ini sebenarnya mengedukasi dan mendidik bagaimana cara mengelola sampah secara mandiri," ucap Bambang, Selasa (10/2/2022), sebagaimana dikutip dari Liputan6.
Kajian yang ditulis Yuliarso (2018) mengungkapkan, masyarakat di Bantul, khususnya Desa Badegan saat ini telah terbiasa memilih dan memisahkan sampah berdasarkan jenisnya (organik, anorganik, berbahaya). Tidak hanya itu, prinsip 3R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan lagi), dan Recycling (mengolah/daur ulang) juga telah diterapkan masyarakat.
Mengenal Music Declares Emergency Indonesia, Kolaborasi Musisi Peduli Lingkungan
Setor Sampah Dapat Uang
Salah satu strategi yang diterapkan Bambang Suwerda untuk menarik minat masyarakat ialah dengan memberlakukan sistem tukar nilai. Artinya, sampah yang disetorkan masyarakat ke Bank Sampah Gemah Ripah nantinya akan ditukar dengan sejumlah uang. Bisa dibilang, Bank Sampah Gemah Ripah membeli sampah dari masyarakat.
Di Bank Sampah Gemah Ripah ini, masing-masing warga yang menyetorkan sampah memiliki buku rekening. Buku rekening ini berfungsi sebagai tabungan masyarakat saat mereka menyetor sampah.
"Konsep bank sampah ini lahir karena kami melihat ada yang menarik dari konsep bank sampah, kami coba untuk kolaborasi dengan perbankan, ada buku rekening," jelas Bambang, dikutip dari BBC.
Sosok Suswaningsih, PNS yang Berjuang Hidupkan Lahan Tandus di Gunungkidul
Bank Sampah Gemah Ripah memiliki ketentuan nilai dalam penukaran sampah. Misalnya, kantong kresek dihargai Rp100/kg, buku tulis Rp900/kg, besi A Rp2.700/kg, tembaga Rp.45.000/kg, dan masih banyak lagi. Saat ini, Gemah Ripah menerima 42 jumlah kategori sampah, termasuk aki bekas, sandal/sepatu, kaleng, ember, hingga minyak jelantah.
"Sampah akan ditimbang dan ditaksir nilainya sesuai harga di pasaran atau pengepul, lalu nilai uang itu yang akan dimasukan ke rekening nasabah," kata Freddy Bimo, salah satu Pengurus Bank Sampah yang menjabat sebagai Bendahara.
Lihat postingan ini di Instagram
Nasabah tentu saja dapat mengambil uang hasil setor sampah itu. Akan tetapi, uang tersebut tidak dapat langsung diambil, melainkan harus menunggu selama tiga bulan.
"Konsepnya menabung, jadi uangnya dimasukan dulu ke tabungan, kalau sudah tiga bulan bisa diambil, selain itu agar nilainya juga lebih besar," imbuh Bimo.
Lebih dari 15 tahun berdiri, jumlah nasabah di Bank Sampah Gemah Ripah tercatat terus meningkat. Saat ini, nasabah Gemah Ripah mencapai 2055. Jumlah tersebut tidak hanya berasal dari masyarakat Desa Badegan, melainkan juga melibatkan masyarakat di desa lainnya.
Tahun 2023, Gemah Ripah menjadi 1 dari 10 fasilitas pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul dengan jumlah sampah masuk sekaligus sampah dikelola terbanyak. Merujuk pada data SIPSN Menlhk, Bank Sampah Gemah Ripah menerima 17,280.00 kilogram pada 2023 dan berhasil mengelola sebanyak 16,920.00 kilogram.
Kasrin Endro Prayono, Maestro Pemahat Batu dari Magelang
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News