Desa Latiung yang berada di Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simelue, Aceh menjadi kampung yang tak berpenghuni setelah ditinggalkan penduduknya pasca gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 lalu.
Rahman, salah seorang warga Desa Latiung mengungkapkan masyarakat meninggalkan rumah, kebun, sekolah, masjid serta fasilitas umum lainnya. Mereka memilih untuk membuka kampung baru dengan nama Desa Latiung Baru.
Tradisi Menyuapi Calon Raja Aceh yang Bertahan Lima Abad, Dipercaya Warga Bawa Keberkahan
Pada 20 tahun warga memilih mengungsi dan menetap di tepian bukit sekitar 4 kilometer dari perkampungan. Sebuah papan nama Sekolah Negeri Latiung membuktikan perkampungan ini pernah dihuni warganya.
“Kampung kami ini sempat menjadi hutan rimba, melintasinya saja takut karena banyak rumah kosong yang ditinggalkan pemiliknya. Kami pindah ke pegunungan yang jaraknya belasan kilometer,” kata Rahman yang dimuat dari Liputan6.
Ingatan yang terekam
Yoyon salah seorang warga masih mengingat jelas kejadian bencana alam itu. Dia menyebut kejadian gempa bumi terjadi pada pukul 11.00 malam. Ketika itu, dirinya yang masih berusia 12 tahun lari keluar dari rumah.
“Rumah saya roboh total dan kami sempat keluar dari rumah,” ujar Yoyon yang dimuat Okezone,
Dinamika Sejarah Orang Nias di Desa Ujung Sialit Pulau Tuangku Aceh Singkil
Saat kejadian itu, Yoyon melihat warga berteriak air laut surut. Karena itulah, dirinya memilih untuk berlari ke bukit menjauh dari desa. Karena itulah, dirinya masih bisa selamat dari terjangan tsunami.
Yoyon mengaku masih sedih bila melihat kondisi desanya saat ini. Dia mengaku ingin kembali menetap di sana, namun warga dan saudaranya enggan pindah, trauma bencana yang terjadi pada 20 tahun lalu masih membekas.
Mulai kembali
Tetapi dalam beberapa tahun belakangan, warga sedikit demi sedikit ada yang kembali ke Latiung Lama. Rahman menyebut walau tak seramai dulu, Desa Latiung Lama saat ini mulai terlihat ada nafas kehidupan..
Desa yang sempat dipenuhi semak belukar itu mulai terlihat bersih. Bangunan rumah serta tambatan perahu nelayan juga mulai difungsikan. Bahkan ada juga warga yang memulai usaha di tempat itu.
Menikmati Ber Pala, Sensasi Minuman Fermentasi dari Aceh Selatan yang Jadi Sorotan di PON XXI
“Saat ini mulai banyak warga yang pindah dan membuka usaha di kampung lama. Kebun warga yang dulu sempat menjadi hutan juga kembali dirawat,” ucap Rahman.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News