Di Jawa Tengah terdapat sebuah situs berupa batu yang berkembang menjadi sebuah kepercayaan kolektif masyarakat. Batu tersebut dikenal sebagai Watu Manten.
Menariknya, Watu Manten ini ada di Kabupaten Klaten dan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Dengan jarak 57 kilometer, kepercayaan Watu Manten di Kabupaten Klaten sangat berbeda dengan mitos Watu Manten di Kabupaten Karanganyar.
Legenda Watu Dodol, Batu yang Berdiri Kokoh di Tengah Jalan Situbondo – Banyuwangi
Watu Manten di Kabupaten Klaten
Watu Manten di Kabupaten Klaten ditemukan di tengah hamparan sawah di Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom. Watu Manten ini memiliki bentuk unik, yakni menyerupai lingga dengan panjang sekitar 1 meter, tepatnya dengan tinggi 98 cm
Lingga merupakan sebuah batu bentuk lonjong yang mirip dengan alat kelamin pria dan menandakan sebuah kelaki-lakian. Dilansir dari Pemprov Jogja, lingga menjadi lambang dari kesuburan yang digambarkan berbentuk alat kelamin pria.
Keberadaan Watu Manten di Klaten ini sangat diperhatikan oleh warga sekitar. Bahkan, proyek jalan tol Yogya – Solo yang seharusnya tepat di lokasi batu ini berada, harus digeser sejauh 15 meter agar Watu Manten di Klaten tetap utuh.
Tidak hanya itu, dinas kebudayaan dan petugas purbakala juga pernah mendata keberadaan Watu Manten itu sejak 2020 lalu.
Kesaktian Watu Gilang, Batu Tempat Penobatan Sultan-Sultan Banten Selama Ratusan Tahun
Konon, Watu Manten yang kini dijadikan sebagai tugu tersebut merupakan batas wilayah zaman kerajaan Mataram kuno.
"Sudah didata. Itu lingga patok sebagai penanda batas wilayah sima atau tanah perdikan pada masa Mataram Kuno," terang Wiyan Ari Tanjung, analis Cagar Budaya dan Koleksi Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten.
Menariknya, dalam kepercayaan masyarakat Klaten, calon pengantin justru dilarang untuk melewati area Watu atau Tugu Manten ini berada. Tidak hanya itu, rombongan yang hendak menghadiri acara pengantin juga biasanya menghindari kawasan tersebut. Mereka lebih memilih memutar dan melewati jalan alternatif lainnya walaupun jarak tempuh akan lebih jauh.
"Orang-orang sekitar sini kalau ada hajat manten menghindari jalan sini. Saya juga nggak ngerti karena berkaitan dengan cerita-cerita masa lalu," ucapnya saat TribunJogja.com temui di sela-sela mengecek lingga patok, Selasa (13/12/2022).
Kasrin Endro Prayono, Maestro Pemahat Batu dari Magelang
Watu Manten di Karanganyar
Berbeda dengan Watu atau Tugu Manten yang berada di Klaten yang dihindari, masyarakat di Karanganyar justru percaya bahwa seseorang yang akan memiliki hajat mengadakan pernikahan harus mendatangi Watu Manten.
Watu Manten Karanganyar terletak di kompleks makam Astonoloyo Eyang Umbul, Dusun Karang Kidul, Desa Pulosari, Kecamatan Kebakkramat. Bentuk dari Watu Manten Karanganyar juga berbeda dari Watu Manten Klaten.
Di Karanganyar, Watu Manten terdiri dari susunan tiga buah batu berbentuk balok. Satu buah batu di belakang jauh lebih tinggi dan panjang dibandingkan dua batu di depannya.
Mitos Batu Larung di Merangin Jambi, Diyakini Sebagai Jelmaan Manusia yang Dikutuk
Kemudian, di depan Watu Manten terdapat patung Loro Blonyo yang merupakan sepasang pengantin (pria dan perempuan).
Warga Desa Pulosari percaya, pasangan pengantin yang hendak menggelar hajatan pernikahan ataupun ngunduh mantu, mereka harus terlebih dahulu memutari Watu Manten dengan berjalan kaki.
“Kalau tidak kulonuwun (permisi) dengan memutari Watu Manten, biasanya dalam prosesi pernikahan ada saja kejadian yang aneh. Pasangan pengantin mendadak sakit, sound system tidak mau menyala, ada juga sendok tiba-tiba hilang dan baru ditemukan di rumpun bambu,” terang Taryo, juru kunci Makam Astonoloyo, dikutip dari Jawa Pos.
Batu Batikam, Saksi Bisu Perdamaian Dua Datuk di Minangkabau
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News