mitos batu larung di merangin jambi diyakini sebagai jelmaan manusia yang dikutuk - News | Good News From Indonesia 2024

Mitos Batu Larung di Merangin Jambi, Diyakini Sebagai Jelmaan Manusia yang Dikutuk

Mitos Batu Larung di Merangin Jambi, Diyakini Sebagai Jelmaan Manusia yang Dikutuk
images info

Batu Larung merupakan salah satu situs peninggalan kebudayaan megalitikum yang ada di Indonesia. Tahukah Kawan bahwa terdapat sebuah mitos yang berkaitan dengan situs Batu Larung dan dipercaya oleh masyarakat sekitar?

Situs yang berada di Merangin, Jambi ini diyakini sebagai jelmaan manusia yang dikutuk di masa lalu. Manusia yang dikutuk ini dipercaya telah melakukan sebuah kesalahan fatal, sehingga pada akhirnya dikutuk menjadi sebuah batu besar.

Bagaimana kisah terkait mitos Batu Larung ini dalam kepercayaan masyarakat sekitar?

Sekilas tentang Batu Larung di Merangin, Jambi

Sebelum mengetahui cerita detail terkait mitos Batu Larung, Kawan mesti mengetahui beberapa informasi penjelasan terkait situs kuno yang satu ini. Seperti yang sudah disinggung pada bagian awal tulisan, Batu Larung atau Batu Silindrik merupakan peninggalan dari zaman megalitikum di Indonesia yang masih bisa disaksikan hingga saat ini.

Situs Batu Larung ini berada di Dusun Tuo, Kecamatan Lembah Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Selain Batu Larung, terdapat beberapa peninggalan zaman megalitikum lainnya yang tersebar di wilayah kabupaten tersebut.

Legenda Bujang Nunggal dan Putri Harimau Pasemah dalam Kepercayaan Masyarakat Kerinci

Mitos Batu Larung

Dikutip dari artikel Muhamad Nofri Fahrozi yang berjudul "Megalitik Dalam Konteks Kekinian; Legenda Dibalik Batu Larung (Kajian Etnografi Mengenai Hubungan Mitos Dan Artefak Megalit)," mitos Batu Larung mengisahkan tentang manusia yang dikutuk menjadi batu di masa lampau. Mitos ini khususnya berkembang di tengah masyarakat Sungai Tenang, Merangin, Jambi.

Menurut mitosnya, pada zaman dahulu terdapat sebuah larangan dalam kehidupan masyarakat untuk tidak menikahi orang satu kampungnya. Larangan ini wajib dipatuhi oleh masyarakat setempat agar tidak mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.

Pada suatu hari, seorang wanita diketahui sedang menumbuk padi di depan rumahnya. Tidak lama kemudian, seorang laki-laki menghampiri wanita tersebut di rumahnya.

Kemudian terjadi tindakan perzinahan di antara kedua pasangan ini. Hal ini tentu melanggar larangan yang sudah diterapkan di dalam kehidupan masyarakat desa tersebut.

Tindakan ini ternyata dilihat oleh Srunting Sakti. Srunting Sakti sendiri merupakan seseorang yang diyakini memiliki kemampuan dan kesaktian yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Srunting Sakti pun murka melihat situasi yang tengah terjadi. Dirinya pun marah melihat apa yang sudah dilakukan oleh pasangan tersebut.

Mitos Mata Air Matakidi di Muna Barat Sulawesi Tenggara, Dipercaya Bisa Menyembuhkan Penyakit

Akhirnya Srunting Sakti pun mulai merapalkan mantra untuk mengutuk pasangan kekasih ini. Tidak lama kemudian, sang wanita tiba-tiba berubah menjadi sebuah batu.

Melihat hal tersebut, laki-laki yang menjadi pasangan wanita ini langsung kabur untuk menyelamatkan diri. Dirinya lari menjauh ke luar desa tersebut.

Namun tidak jauh dari desa, laki-laki ini tersandung dan terjatuh. Di tempat jatuh inilah dirinya kemudian juga berubah menjadi sebuah batu, seperti mantra yang dirapalkan oleh Srunting Sakti.

Batu jelmaan wanita tersebut nantinya dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Batu Larung Betino. Penyebutan ini berdasarkan pahatan yang ada di batu tersebut yang menyerupai bentuk payudara wanita.

Sementara itu, situs yang ditemukan tidak jauh dari tempat tersebut dikenal dengan sebutan Batu Larung Jantan. Situs inilah yang diyakini sebagai jelmaan dari laki-laki yang dikutuk menjadi batu oleh Srunting Sakti.

Mitos terkait Batu Larung ini masih diwariskan secara turun temurun lewat tradisi lisan oleh masyarakat setempat. Keberadaan mitos ini berfungsi sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat sekaligus penerapan norma-norma dan aturan yang berlaku.

Dengan demikian, masyarakat diharapkan tidak melakukan kesalahan yang ada di cerita tersebut dan mengamalkan norma yang ada sebagaimana mestinya.

Sumber:
- Fahrozi, Muhamad Nofri. "Megalitik Dalam Konteks Kekinian; Legenda Dibalik Batu Larung (Kajian Etnografi Mengenai Hubungan Mitos Dan Artefak Megalit)." Siddhayatra (2016): 150.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.