Man and Biosphere (MAB) UNESCO telah mengukuhkan 20 cagar biosfer yang ada di Indonesia. Tahun ini, sebanyak tujuh cagar biosfer yang berkewajiban melaporkan tinjauan berkala 10 tahun.
Ketujuh cagar biosfer ini antara lain Leuser, Siberut, Bromo Tengger-Semeru-Arjuno, Tanjung Puting, Takabonerate, Lore Lindu, dan Komodo.
Deputi Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito mengatakan bahwa pihaknya berupaya melihat fungsi cagar biosfer dalam mempertahankan kelestarian lingkungan melalui program tersebut.
Mego menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang terus berkembang, membutuhkan lahan-lahan baru untuk pemukiman, jalan, hingga jembatan. Proyek nasional yang cukup besar, menurutnya, membutuhkan suatu tata kelola yang luar biasa.
“Konsep inilah yang kemudian bersama-sama antara bagaimana upaya kita agar pembangunan bisa berjalan dengan baik. Kemudian kelestarian hutan dan penjagaan cagar biosfer itu menjadi sesuatu yang sinergi,” ujar Mego.
Cagar biosfer berstandar internasional
Tinjauan berkala cagar biosfer kepada UNESCO adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa pengelolaan cagar biosfer di Indonesia dapat berjalan sesuai standar internasional.
Dalam hal ini, BRIN disebut siap memberikan solusi dengan riset tentang vegetasi dan persoalan pengelolaan tanahnya. Kemudian yang terpenting adalah memastikan keberdayaan masyarakat di sekitar cagar biosfer.
Apa saja yang dilakukan?
Peneliti BRIN sekaligus Ketua Komite Nasional MAB Indonesia, Maman Turjaman mengungkapkan, tinjauan berkala akan mengevaluasi berbagai aspek pengelolaan cagar biosfer, termasuk perlindungan sumber daya alam.
Tinjauan berkala cagar biosfer juga penting untuk tata kelola ekosistem, pembangunan ekonomi, pelibatan masyarakat lokal, serta membantu program mitigasi perubahan iklim. Dengan kata lain, inisiatif ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Baca juga Luar Biasa! Ijen Geopark berhasil Dinobatkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO
Citra diplomasi Indonesia di dunia
Sementara itu, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodidjah menyebut tinjauan berkala cagar biosfer tersebut akan memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi internasional.
“Kami berharap agar cagar biosfer Indonesia dapat menjadi sarana melaksanakan komitmen bangsa Indonesia. Dalam melaksanakan program UNESCO terkait dengan lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim,” kata Itje.
Itje menyatakan, Indonesia berkomitmen untuk memastikan bahwa laporan tersebut mencerminkan capaian dan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan cagar biosfer sehingga dapat terus meningkatkan kontribusi Indonesia dalam inisiatif global.
Baca juga Keberhasilan Desa Wisata di Indonesia dalam Pelestarian Lingkungan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News