fakta unik suku aneuk jamee pendatang dari minangkabau yang kini tinggal di aceh - News | Good News From Indonesia 2024

Fakta Unik Suku Aneuk Jamee, Pendatang dari Minangkabau yang Kini Tinggal di Aceh

Fakta Unik Suku Aneuk Jamee, Pendatang dari Minangkabau yang Kini Tinggal di Aceh
images info

Tahukah Kawan bahwa suku Minang ada yang menempati daerah Aceh? Masyarakat Minangkabau yang tinggal di Aceh kini telah memiliki identitas sendiri dan disebut sebagai suku Aneuk Jamee.

Aneuk Jamee atau Anak Jane dalam bahasa Aceh artinya “anak tamu” atau pendatang. Nama ini disematkan sebab masyarakat suku Aneuk Jamee dipercaya datang dari Minangkabau, Sumatra Bara, terutama daerah Sao, Pariaman, Pasaman, dan Lubuk Sikaping ke kawasan pesisir Aceh pada abad ke-17.

Disebutkan oleh Zainuddin (1961:211) bahwa kedatangan orang Minangkabau ke pesisir barat Aceh dimulai tatkala munculnya Perang Padri di Minangkabau Sumatra Barat tahun 1805-1836.

Ini Dia Suku Anak Dalam yang Punya Banyak Nama

Oleh karena itu, ada banyak kemiripan bahasa antara Aneuk Jamee dan masyarakat Minang pada umumnya. Masyarakat Aneuk Jamee memiliki bahasa sendiri, yakni bahasa Jamee atau Jamu.

Akan tetapi, saat ini dialek masyarakat Aneuk Jamee telah berkembang dengan adanya percampuran dengan dialek Tapak Tuan dan Samadua. Meski demikian, kosa kata bahasa Jamee lebih dominan berasal dari bahasa Minangkabau daripada bahasa Aceh.

Tidak hanya bahasa, suku Minangkabau ke kawasan pesisir barat Aceh juga diikuti dengan membawa nilai-nilai adat dan kebudayaan, mulai dari adat istiadat, hingga kehidupan sosial keagamaan. Proses akulturasi ini membuat Ali Hasjimy, seorang sejarawan Aceh menyebut Aceh Selatan sebagai “Pelangi yang Indah di atas Keberagaman Budayanya” (Manan, 2018).

Mengenal Mesikhat, Motif Unik Khas Suku Alas yang Jadi Hiasan di Berbagai Benda

Persebaran Suku Aneuk Jamee

Saat ini, suku Aneuk Jamee bertempat tinggal di Kecamatan Samadua, Tapak Tuan, dan Manggen, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh.

Dilansir dari situs resmi Pemprov Aceh, Aneuk Jamee mayoritas bermukim di kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, dan sebagian kecil di sekitar Meulaboh, Aceh Barat.

Masyarakat Aneuk Jamee di pesisir Aceh Selatan banyak menempati kawasan Blang pidie, Susoh, Tangan-Tangan, Labuhan Haji, Sama Dua, Tapaktuan, dan gampong Kandang.

Menariknya, jika Kawan mendatangi Kandang, sebuah gampong atau desa di Kecamatan Kluet Selatan, Kawan akan menemukan komunikasi antarmasyarakat yang menggunakan tiga bahasa (trilingual), yakni bahasa Aceh, Jamee, dan Kluet (kluwat).

Cerita Suku Akit yang Punya Rumah di Atas Rakit dan Disegani Belanda

Sistem Otonom Suku Aneuk Jamee

Pada masa Kerajaan tempo dulu, masyarakat Aneuk Jamee mempunyai sistem pemerintahan sendiri, meskipun berada di dalam struktur Provinsi Aceh. Sistem tersebut ialah kebebasan masyarakat Aneuk Jamee untuk mengatur sendiri internal kalangan masyarakat keturunan minang (Aneuk Jamee) melalui adat musyawarah mufakat. 

Mereka sangat menjunjung tinggi adat, yakni bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama. Adat ini merupakan warisan dari leluhurnya, yakni Minangkabau yang masih berupaya untuk dilestarikan.

Pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam saat itu memberikan izin sepenuhnya bagi warga masyarakat Aneuk Jamee untuk melaksanakan sistem pemerintahan tersebut.

Sementara itu, secara eksternal, Aneuk Jamee yang secara resmi berada di bawah struktur pemerintahan Aceh sangat taat pada tata cara pelaksanaan pemerintahan Kerajaan.

Suku Abui, Suku Paling Bahagia yang Tinggal di Desa Paling Tradisional

Sistem Kekerabatan Suku Aneuk Jamee

Suku Aneuk Jamee masih membawa sistem kekerabatan yang ada di Minangkabau, yakni matrilineal atau sistem kekerabatan yang mengacu pada garis keturunan ibu. Akan tetapi, sistem kekerabatan pada suku Aneuk Jamee ini ada sedikit perbedaan dengan Suku Minangkabau.

Suku Aneuk Jamee tidak mengenal nama keluarga atau marga. Mereka lebih mengenal istilah sabuahpariuk (satu penanakan nasi), artinya rumah tanggo, keluarga yang terdiri keluarga inti: suami, istri, beserta anak-anak. Mereka tidak membedakan mengenai jenis kelamin bagi generasi anak-anak.

Sementara itu, sistem matrilineal dapat dilihat dari adanya ninik mamak. Niniek mamak merupakan sosok lelaki dari pihak ibu yang berada satu derajat di atasnya.

Pada upacara daur hidup suku Aneuk Jamee, posisi ninik mamak memegang peranan yang cukup penting. Apabila satu keluarga mengabaikan status ninik mamak, maka ia telah menghilangkan seseorang dari alur kekerabatannya.

Akan tetapi, saat ini, masyarakat Aneuk Jamee ada kecenderungan untuk merekrut atau menarik para wali (saudara dari pihak ayah) ke dalam lingkaran ninik mamak. Hal ini disebabkan fungsi wali dinilai sangat penting pada bidang yang berhubungan dengan hukum.

Orang Minang yang Suka Merantau dari Abad 14, Benar karena Faktor Ekonomi?

Referensi:

Fatianda, Septian. 2022. "SUKU ANEUK JAMEE: DIASPORA MASYARAKAT MINANGKABAU DI TANAH ACEH (Kajian Historis dan Kehidupan Sosial Budaya)". Jurnal Historia. 5(2), 147-158.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.