suku abui suku paling bahagia yang tinggal di desa paling tradisional - News | Good News From Indonesia 2024

Suku Abui, Suku Paling Bahagia yang Tinggal di Desa Paling Tradisional

Suku Abui, Suku Paling Bahagia yang Tinggal di Desa Paling Tradisional
images info

Suku Abui merupakan salah satu suku yang tinggal di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Suku Abui kerap disebut sebagai suku paling bahagia. Sebab, mereka hidup dengan segala kesederhanaan dan memiliki keramahan yang luar biasa terhadap wisatawan.

Suku Awyu, Sang Penjaga Hutan di Balik Kampanye "All Eyes on Papua"

Tertarik dengan cerita suku Abui? Simak artikel GNFI selengkapnya!

Membicarakan keindahan Kepulauan Nusa Tenggara memang tidak akan pernah ada habisnya.

Di Nusa Tenggara Timur sendiri, jajaran pulau yang sangat menawan dapat ditemukan. Misalnya saja Pulau Komodo, Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Rote, Pulau Alor, dan masih banyak lagi. Masing-masing pulau itu menyimpan banyak cerita dan keunikan dari berbagai suku.

Di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur, salah satu suku yang paling dikenal ialah suku Abui.

Merujuk pada tempat tinggalnya, Padafing dalam Eksplorasi Etnomatematika Pada Kain Tenun Mokodan Motif Kui Pada Budaya Masyarakat Suku Alor Abui mengungkapkan bahwa Suku Abui juga dikenal dengan nama Suku Alor.

Suku ini disebut menjadi suku mayoritas di Kabupaten Alor. Beberapa dari mereka bertempat tinggal di desa Desa Takpala, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur.

Suku Duano, Penjaga Laut di Pesisir Sumatra yang Justru Terancam Air Laut

Suku Abui Artinya Orang Gunung

Suku Abui adalah orang gunung. Konon, suku Abui pada mulanya tinggal di daerah pedalaman wilayah pegunungan Alor. Mereka lalu dipindahkan ke area perbukitan agar pemungutan pajak yang dilakukan oleh petugas kerajaan atas perintah Raja Alor pada saat itu lebih mudah dilakukan.

"Suku Abui yang artinya orang gunung ini, merupakan suku terbesar di Alor," jelas Kepala Dinas Pariwisata Alor Ati Obidje, Rabu (4/82021), sebagaimana dikutip dari Tempo.

Di pulau Alor, salah satu wisata yang sangat dikenal ialah warisan kebudayaan berupa adat istiadat serta rumah adat di Kampung Takpala.

Kisah Suku di Pedalaman Sumatra yang Lawan Belanda 50 Tahun, Dihormati Sultan Palembang

Kampung Takpala, Alor, NTT sebagai Desa Paling Tradisional

Kampung Takpala, yang saat ini telah masyhur sebagai desa wisata, mulai dikenalkan kepada khalayak pada 1973 ketika seorang wisatawan asal Belanda menampilkan foto-foto kehidupan warga kampung tersebut di sebuah kalender. Akibatnya, tempat ini mulai dikenal dan banyak wisatawan asal Eropa lainnya yang mengunjungi Takpala.

Kemudian, pada tahun 1980, kampung ini memperoleh juara II pada ajang Desa Paling Tradisional di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1983 Pemerintah Kabupaten Alor mengukuhkan Kampung Takpala sebagai ikon pariwisata Alor.

Suku Abui ini merupakan salah satu suku yang memiliki keramahan luar biasa dan sangat terbuka dengan wisatawan yang berkunjung.

Suku Abui akan menyiapkan berbagai hal, seperti tarian khas, nyanyian, serta sambutan yang ramah untuk para wisatawan.

Mereka biasanya mempertunjukkan tarian adat untuk menyambut tamu, yakni tarian Lego-Lego. Saat pementasan tarian ini, semua warga yang menghuni kampung ini akan mengenakan pakaian adat dengan perlengkapan alat berburu, seperti panah, busur, dan parang bagi pria, serta tas fuulak dan gelang pada kedua kaki bagi wanita.

Proses Panjang Pengukuhan Ammatoa, Ketua Adat Suku Kajang yang Dipilih Oleh Tuhan

Rumah Suku Abui

Suku Abui memiliki pakem dalam hal penataan rumah.

Rumah adat suku Abui, yakni rumah adat Fala Foka merupakan rumah adat panggung berbentuk limas, beratapkan alang-alang, berdinding dan berlantaikan anyaman bambu yang ditopang oleh empat buah kayu merah yang kokoh.

Rumah adat ini memiliki empat tingkatan dengan ruangan yang memiliki fungsinya masing-masing.

Tingkat pertama atau yang biasa disebut Liktaha merupakan tempat untuk menerima tamu atau berkumpul bersama. Kemudian, tingkat dua adalah Fala Homi, yakni ruang tidur dan ruang untuk masak.

Tingkat tiga adalah Akui Foka, yang merupakan tempat untuk menyimpan cadangan bahan makanan, seperti jagung dan ubi kayu. Sementara itu, tingkatan paling atas disebut Akui Kiding, yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan mahar dan barang berharga seperti Moko.

Moko merupakan barang berharga di Pulau Alor, sejenis tembikar yang biasanya digunakan sebagai belis atau mahar perkawinan. Satu buah Moko bernilai sangat fantastis, bahkan menurut kepercayaan satu buah Moko mampu digunakan untuk meminang tiga orang anak gadis.

Mengenal Suku Bawean, Suku Terkecil yang Ada di Jawa Timur

Selain rumah adat Fala Foka yang menjadi rumah tinggal, masyarakat suku Abui juga memiliki dua rumah adat yang sangat disucikan, yakni rumah adat Lopo.

Rumah ini terletak di tengah kampung. Pada atap rumah terdapat sebuah mahkota yang menandai kesakralan dua bangunan ini. Karena kesakralannya, tidak sembarang orang dapat memasuki rumah ini.

"Dua rumah di tengah adalah rumah sakral, tidak bisa dihuni, hanya dibuka satu tahun sekali saat ritual buka lahan," ujar Kepala Sanggar Desa Adat Takpala, Sipri, dikutip dari Kompas.

Cerita Pedagang Kampung Semanggi Surabaya, dari Mencari ke Kediri hingga Budidaya Sendiri

Satu dari dua rumah adat Lopo itu dinamakan Kolwat (hitam) dan satunya Kanuruwat (putih). Menurut nenek moyang suku Abui, rumah Kolwat ialah rumah yang identik dengan hal-hal gelap dan jahat. Sementara itu, rumah Kanuruwat dianggap sebagai rumah yang suci.

Di dalam kedua rumah tersebut ada peninggalan leluhur suku Abui, seperti moko (alat musik besi), periuk nenek moyang di zaman dahulu, dan tombak perang.

Desa Takpala hingga kini menjadi aset wisata di Kabupaten Alor. Popularitasnya sebagai desa yang mampu menjaga adat dan tradisi, membuatnya menjadi salah satu destinasi wajib, saat berkunjung ke Alor.

Selain mempelajari adat istiadat suku Abui, di Takpala, Alor, pengunjung dapat menikmati keindahan alam yang indah. Sebab, posisi Kampung Takpala berada di atas bukit sehingga wisatawan dapat melihat teluk mutiara dengan air yang berwarna biru.

Mengenal Suku Ogan dari Sumatera Selatan: Asal Usul, Tempat Tinggal, dan Marganya

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.