Suku Bawean merupakan kelompok etnis terkecil di Jawa Timur yang menetap di Pulau Bawean.
Mereka merupakan hasil dari percampuran antara Suku Madura, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, dan Makassar yang telah berlangsung selama berabad-abad di pulau tersebut.
Suku Bawean terkenal karena semangat merantau yang tinggi dan memiliki tradisi serta seni yang kaya, seperti Kercengan, Cukur Jambul, Pencak Bawean, Dikker, dan Mandiling.
Mereka juga memiliki bahasa Bawean dan menganut agama Islam Sunni.
Baca Juga:Mengenal Suku Osing dan Keunikan Bahasanya
Suku Bawean terbentuk dari percampuran antara orang Madura, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, dan Makassar selama berabad-abad di Pulau Bawean.
Mereka berbaur dalam budaya dan bahasa Bawean, menciptakan identitas yang unik.
Mayoritas penduduk di Pulau Bawean adalah Suku Bawean, diikuti oleh Suku Jawa, Madura, serta suku-suku lainnya seperti Bugis, Mandar, Mandailing, dan Palembang.
Pakaian Adat Suku Bawean
Suku Bawean memiliki pakaian tradisional yang disebut "baju adat Bawean." Pakaian ini tampil dengan anggun dan memiliki motif serta ornamen khas yang mencerminkan budaya suku Bawean.
Baju adat Bawean dibuat dari bahan seperti sutra, katun, dan wol, dan biasanya dikenakan pada acara formal. Harganya bervariasi antara Rp. 500.000 hingga Rp. 2.000.000, dengan jenis-jenis seperti baju kurung Bawean, baju pesak, baju taman, dan lainnya.
Motif pada baju adat Bawean, yang sering kali menggunakan kain sutera, memiliki desain sulaman yang berwarna-warni dan khas.
Setiap motif tidak hanya menambah keindahan dan keanggunan pakaian, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam, dengan setiap corak dan desain memiliki arti khusus yang berbeda-beda.
Baju adat suku Bawean sendiri memiliki sejarah yang panjang dan kaya yang mencerminkan identitas budaya masyarakatnya.
Berasal dari Pulau Bawean di Laut Jawa, sebelah utara Gresik, baju adat ini mencerminkan perpaduan berbagai kelompok etnis seperti Madura, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, dan Makassar yang membentuk Suku Bawean selama berabad-abad.
Baca Juga: Mengenal Suku Batak: Sejarah, Marga, Bahasa, hingga Kebudayaanya
Perbedaan Budaya Suku Bawean dan Madura
Perbedaan budaya antara Suku Bawean dan Suku Madura tampak jelas dalam beberapa aspek utama.
Dalam hal bahasa, bahasa Bawean, meskipun mirip dengan bahasa Madura, menunjukkan perbedaan signifikan dalam kosakata dan tata bahasa.
Contohnya, bahasa Bawean menggunakan kata "Eson" untuk "Aku" dan "Sakutik" untuk "Sedikit," sementara bahasa Madura menggunakan "Engkok" dan "Sakone'". Selain itu, Bahasa Bawean menggantikan huruf "Y" dengan "J" dan "W" dengan "B," seperti dalam kata "bejer" untuk "bayar" dan "lajer" untuk "layar."
Dalam tradisi dan adat, Suku Bawean memiliki beberapa ritual yang membedakannya dari Suku Madura.
Tradisi Kercengan, misalnya, serupa dengan Hadrah dari Suku Madura tetapi menambahkan lagu-lagu salawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga:Suku Duano, Penjaga Laut di Pesisir Sumatra yang Justru Terancam Air Laut
Adat Cukur Jambul pada Suku Bawean mirip dengan adat Melayu dan Jawa, melibatkan pemotongan jambul bayi pada usia 40 hari. Pencak Bawean, yang menonjolkan keindahan gerakan pedang, sering dipertunjukkan pada acara perayaan atau pernikahan, sedangkan Dikker melibatkan pujian dan shalawat disertai permainan terbang.
Mandiling, tradisi tari-tarian dengan pantun, juga menjadi bagian penting dari budaya Bawean.
Selain itu, Suku Bawean dikenal dengan tradisi merantau yang kuat, dengan banyak anggotanya merantau ke negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Australia selama ratusan tahun.
Tradisi ini telah menyebarkan pengaruh budaya Bawean ke berbagai belahan dunia.
Perlu Kawan ketahui, perbedaan budaya antara Suku Bawean dan Suku Madura dapat dilihat dari bahasa, tradisi, dan kebudayaan masing-masing yang unik dan khas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News