Suku Alas dari Aceh Tenggara memiliki pakaian tradisional yang unik. Keunikan dari pakaian tradisional suku Alas, yakni pakaian adat mesikhat ialah perpaduan antar warna yang sangat cerah dan kontras.
Pakaian tradisional suku Alas jelas berbeda dengan pakaian tradisional yang dimiliki oleh pulau Sumatera, khususnya Palembang dan Minang. Pakaian adat atau pakaian tradisional dari Palembang dan Minang didominasi oleh warna merah dan emas. Sementara itu, pakaian tradisional suku Alas memiliki warna yang sangat kompleks.
Menariknya lagi, mesikhat tidak hanya digunakan untuk menyebut pakaian adat suku Alas, tetapi juga benda-benda lain yang menyangkut pada kegiatan tradisi suku Alas.
Mengulik Keunikan Suku Alas di Aceh, Orang yang Tinggal di Atas “Tikar”
Apa Itu Mesikhat?
Di Aceh Tenggara, khususnya suku Alas, pakaian adat atau pakaian tradisional ialah mesikhat. Kata Mesikhat sendiri sebenarnya diambil dari bahasa Suku Alas, yaitu “tesikhat” yang artinya mengaplikasikan motif hias yang ada di pikiran tanpa membuat sketsa. Motif hias tersebut diaplikasikan kepada benda atau objek secara spontan.
Ringkasnya, mesikhat merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut motif-motif ukir atau sulam di Aceh Tenggara.
Menurut sejarah, motif-motif hias dalam mesikhat awalnya justru diletakkan pada rumah adat suku Alas. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, motif ini mulai diterapkan di objek lain, seperti baju adat, tas, dompet, dan aksesoris lainnya.
Pakaian mesikhat suku Alas disebut mulai ada sejak tahun 1910. Dahulunya, pakaian mesikhat merupakan sesuatu yang sangat istimewa dan hanya dikenakan oleh para raja. Saat ini, pakaian adat tersebut kini juga dipakai oleh masyarakat Suku Alas.
Fatonah, Maestro dari Sukapura yang Belajar Batik Secara Diam-Diam
Mesikhat pada Payung Suku Alas
Selain ditemukan pada pakaian, mesikhat juga ditemukan di payung suku Alas. Biasanya, payung mesikhat digunakan untuk upacara adat, seperti perkawinan, upacara peusijuk (selamatan), dan sebagainya.
Payung mesikhat yang dimiliki suku Alas biasanya dihiasi sulaman yang berisi cerita penuh dengan makna. Misalnya dalam upacara pernikahan, payung mesikhat berisi rangkaian cerita berupa gambaran pada saat masa gadis/lajang, masa meminta hukum (nikah), antar pengantin, membawa nasi, kematian, dan sebagainya.
Payung Mesikhat dari Aceh telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Tak Benda 2017.
Pakaian Adat Bangka Belitung: Sejarah dan Karakteristiknya
Mesikhat Memadukan Warna Merah, Kuning, Putih, Hijau, dan Hitam.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, salah satu keunikan mesikhat, termasuk yang ada di pakaian adat ialah perpaduan warna yang cukup kompleks dan kontras. Mesikhat memadukan warna antara merah, kuning, hijau, putih, dan hitam.
Bukan tanpa arti, perpaduan dari masing-masing warna dari mesikhat memiliki makna bagi suku Alas.
Warna merah pada mesikhat melambangkan keberanian. Kemudian, warna hijau berarti menunjukkan kesuburan. Warna ketiga, yakni kuning melambangkan kejayaan atau kemegahan.
Sama seperti makna secara umum, putih menunjukkan kesucian. Terakhir, warna hitam melambangkan kepemimpinan.
Maestro Sulawesi Tengah, Ina Tobani yang Langgengkan Pakaian Adat dari Kulit Kayu Pohon Beringin
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News