Dompet digital alias E-Wallet kini booming di Indonesia. Semakin banyak masyarakat yang memakainya, semakin beragam pula pilihan aplikasinya.
Booming-nya dompet digital terlihat dari hasil survey Lembaga Jajak Pendapat (Jakpat) bertajuk Indonesia Fintech Trends 2023. Dari survei tersebut, terungkap jika hampir separuh masyarakat memanfaatkan dompet digital sebagai metode pembayaran dalam transaksi secara tatap muka.
Mayoritas responden survei atau 46 persen dari total 1004 orang memilih dompet digital sebagai metode bayar. Di urutan kedua, metode yang jadi pilihan adalah mobile dan internet banking dengan persentase sekitar 20 persen.
Selain dari hasil survei Jakpat, booming-nya dompet digital di Indonesia juga terlihat dari laporan East Ventures (EV) bertajuk Digital Competitiveness Index 2023: Equitable Digital Nation. Ternyata, dompet digital merupakan metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia. Persentase pemakainya bahkan mencapai 81 persen pada 2022.
Fenomena booming dompet digital ini sebetulnya tidak mengejutkan berhubung Indonesia tergolong aktif dalam mengakselerasi teknologi keuangan digitalnya. Ini juga didorong oleh diperkenalkannya QRIS, kode QR berstandar nasional yang diluncurkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia. Dengan QRIS yang juga terdapat di berbagai aplikasi dompet digital ini berfungsi sebagai alat integrasi bagi seluruh metode pembayaran nontunai di Tanah Air.
Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2024
Beragam Pilihan Dompet Digital Favorit di Indonesia
Tak cuma punya banyak pengguna, pilihan aplikasi dompet digital yang tersedia pun sangat beragam. Berdasarkan survei Populix terhadap 1000 responden mengenai preferensi konsumen terhadap perbankan dan aplikasi dompet digital, diketahui bahwa dompet digital yang paling banyak dipilih adalah Gopay (88 persen), Dana (83 persen), dan Ovo (79 persen). Ketiganya sudah cukup lama dikenal, di mana Gopay eksis sejak 2016, Dana sejam 2018, sementara Ovo sejak 2017.
Menariknya, dominasi pemain lama tak lantas menghambat dompet digital baru untuk bermunculan. Salah satunya adalah AstraPay, dompet digital yang berada di bawah naungan Astra Financial. Hadir sejak 2021, AstraPay bersaing dengan berbagai dompet digital lain yang lebih dulu eksis.
Selain menyajikan berbagai layanan pembayaran, AstraPay juga punya berbagai promosi cashback dan voucher agar semakin diminati masyarakat. Hasilnya, kendati masih berumur 4 tahun, AstraPay berhasil menorehkan pencapaian positif. Hingga Mei 2024, total pengguna AstraPay sudah mencapai 13 juta pengguna dengan 32 juta kali pencapaian jumlah transaksi yang nilai Transaksi Bruto atau Gross Transaction Value (GTV)-nya menyentuh Rp19,03 triliun pada periode Januari–Mei 2024.
Dengan semakin ketatnya persaingan, konsumen pun bisa diuntungkan dengan bakal terpacunya setiap dompet digital untuk meningkatkan kualitas layanannya. Seperti yang dilakukan AstraPay misalnya, di mana pada awal Juni 2024 mereka merilis tampilan baru guna menambah kenyamanan dan kemudahan pengguna saat bertransaksi. Ada pula fitur biometrik yang membuat transaksi jadi lebih aman.
Bagi dompet digital sendiri, peningkatan kualitas layanan juga memberi peluang besar untuk menggaet lebih banyak pengguna. Ini juga yang dilakukan AstraPay dengan targetnya.
“AstraPay menargetkan 15 juta pengguna dengan jumlah transaksi yang ditargetkan sebesar 32 juta kali disertai GTV (Gross Transaction Value) yang ditargetkan mencapai Rp52,59 triliun sampai dengan akhir tahun 2024 nanti,” ujar Chief Executive Officer AstraPay, Rina Apriana.
Geliat Astra Financial di Kancah Ekonomi Digital Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News