Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan nilai ekspor batik Indonesia pada triwulan I-2025 mencapai US$7,63 juta (Rp125 miliar), tumbuh 76,2% dibanding periode sama 2024.
Data BPS ini diumumkan saat pembukaan Gelar Batik Nusantara (GBN) 2025 di Jakarta, Rabu (10/7).
Agus menyoroti potensi besar pasar domestik, didorong tren anak muda yang menjadikan batik sebagai fesyen sehari-hari. “Ini momentum untuk inovasi desain dan pemasaran," ujarnya.
Baca juga Sejarah Batik Mega Mendung yang Jadi Ciri Khas dan Identitas Kultural Indonesia
Transformasi industri batik semakin terlihat dengan adopsi berbagai teknologi modern, seperti penggunaan kompor listrik ramah lingkungan untuk proses produksi yang lebih bersih, pemanfaatan mesin CNC untuk menciptakan motif batik secara digital dengan presisi tinggi, serta penerapan sistem pengolahan limbah berkelanjutan yang mengurangi dampak lingkungan dari produksi batik.
Kemenperin memberikan dukungan melalui berbagai program strategis, termasuk fasilitasi indikasi geografis untuk melindungi kekayaan intelektual batik, pelatihan wirausaha baru bagi pelaku IKM, serta revitalisasi sentra-sentra batik untuk meningkatkan daya saing industri.
"Kolaborasi pemerintah, pelaku usaha, dan akademisi kunci keberhasilan ekosistem batik," tegas Agus.
Baca juga Mengenal Batik Encim Pekalongan: Simbol Harmoni Budaya Tionghoa dan Jawa
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
