Pesantren adalah dunia yang penuh dengan tradisi, budaya, dan istilah unik yang mungkin hanya dimengerti oleh santri. Istilah ini tidak hanya menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan kebiasaan yang ada di lingkungan pesantren.
Dengan memahami istilah-istilah ini, orang bisa lebih dekat dengan dunia pesantren, baik sebagai santri atau masyarakat umum yang ingin mengenal lebih dalam tentang kehidupan pesantren.
Berikut adalah 6 istilah pesantren yang sering digunakan oleh santri dalam keseharian mereka:
Ngaji Bandongan dan Sorogan
Melansir dari santringaji.org, ngaji bandongan dan sorogan adalah dua metode belajar yang paling umum di pesantren.
Perbedaannya, ngaji bandongan mirip dengan kuliah umum, di mana ustad membacakan dan menjelaskan kitab, sementara santri menyimak dan mencatat.
Sedangkan, sorogan bersifat individual. Santri membaca kitab langsung di hadapan ustad, lalu diberi penjelasan dan koreksi jika ada kesalahan.
Kedua metode ini menjadi tulang punggung pembelajaran di berbagai pesantren dan sangat efektif untuk mendalami ilmu agama.
Kitab Kuning
Menurut UU No. 18 tahun 2019 tentang pesantren, kitab kuningadalah istilah yang merujuk pada kitab klasik keilmuan berbahasa Arab yang dipelajari di pesantren.
Meskipun disebut "kuning", istilah ini tidak selalu merujuk pada warna kertasnya yang kuning kecoklatan, tetapi juga merujuk pada istilah buku keilmuan yang digunakan di pondok pesantren.
Koleksi Kitab ini terdiri dari berbagai kajian Islam, seperti fiqih, tauhid, akhlak, dan tata bahasa Arab dan menjadi rujukan utama para santri dalam menimba ilmu agama.
Zamroni
Zamroni adalah istilah lucu yang sering digunakan santri ketika sandal atau alas kaki mereka hilang. Istilah ini berasal dari kebiasaan santri yang sering kehilangan sandal karena sandal di pesantren biasanya diletakkan di tempat umum.
Zamroni menjadi semacam "ritual" santri untuk mencari sandal hilang, bahkan kadang disertai dengan guyonan dan candaan.
Santri Kalong
Santri kalong merujuk pada santri yang tidak tinggal di asrama pesantren, tetapi pulang pergi dari rumah ke pesantren.
Istilah "kalong" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti kelelawar, karena santri ini seperti kelelawar yang hanya datang pada malam hari atau waktu tertentu. Santri Kalong biasanya mengikuti kegiatan pesantren setelah jam sekolah usai.
Lalaran
Lalaran adalah tradisi santri yang dilakukan pada malam hari, biasanya setelah shalat Isya. Kegiatan ini melibatkan pembacaan syair-syair atau nazham(puisi Arab) secara bersama-sama.
Lalaran bertujuan untuk menghafal dan memahami materi pelajaran, terutama yang berkaitan dengan tata bahasa Arab atau ilmu alat lainnya.
Mujahadah
Dari Moderanesia.com, Mujahadah adalah istilah yang merujuk pada kegiatan spiritual santri, seperti berdzikir, berdoa, atau melakukan riyadhoh (latihan spiritual) untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Mujahadah sering dilakukan secara berjamaah, terutama pada malam Jumat atau hari tertentu yang dianggap istimewa. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan dan ketenangan jiwa para santri.
Kenapa Istilah-Istilah Ini Penting?
Istilah-istilah di atas tidak hanya sekedar kata-kata, tetapi juga mencerminkan kehidupan dan nilai-nilai yang ada di pesantren.
Bagi santri, memahami dan menggunakan istilah-istilah ini adalah bagian dari proses adaptasi dan penghormatan terhadap tradisi pesantren.
Bagi masyarakat umum, mengenal istilah-istilah ini bisa membantu memahami lebih dalam tentang kehidupan santri dan pesantren.
Dengan mengenal 6 istilah pesantren ini, Kawan bisa lebih dekat dengan dunia santri dan memahami betapa kaya dan uniknya kehidupan di pesantren. Apakah Kawan tertarik untuk mengenal lebih banyak tentang pesantren?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News