Utusan Khusus Presiden Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah mendapat kecaman publik karena videonya yang mengolok-olok penjual atau bakul es teh. Hal ini terjadi dalam momen acara Magelang Bersholawat beberapa hari lalu.
Dalam video ini, Gus Miftah disebut mengerjai (prank) penjual minuman yang menjajakan dagangannya di acara tersebut. Tetapi ucapan kasar Gus Miftah kepada penjual es itu yang mendapat sorotan dari warganet.
"Es tehmu ijek okeh ora (es tehmu masih banyak nggak)? Masih? Yo kono didol (ya sana dijual), goblok. Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya sudah, takdir)," kata Gus Miftah kepada pedagang es teh dalam video tersebut.
PBNU dan Shopee Barokah Gelar Pelatihan Santri Siap Ekspor
Sontak sifat kasar Gus Miftah kepada bakul es tersebut mendapat hujatan dari warganet. Apalagi Gus Miftah terkenal sebagai kyai kondang dengan ribuan pengikut dan juga menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Gus Miftah juga dianggap tak mencontoh sikap ulama-ulama pada masa lalu, khususnya di Nahdlatul Ulama (NU) yang terkenal dengan kelembutan dakwah dan kesederhanaannya. Bahkan pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari harus berdagang untuk memenuhi kebutuhan dakwah.
“Setiap hari Selasa, KH Hasyim Asy’ari memanfaatkannya untuk mengembangkan bisnis di beberapa kota seperti Kediri dan sekitarnya,” kenang cucu hadratus syaikh,
KH Shalahuddin Wahid atau lebih dikenal dengan nama Gus Sholah yang dimuat NU Online.
Penuhi kebutuhan pesantren
M. Abror Rosyidin dalam Seri Kiprah KH Hasyim Asy’ari mengungkapkan bahwa kyai NU itu adalah seorang bakul hasil pertanian. Dirinya akan menjual hasil panen sawah dan kebun yang telah digarap santrinya di Tebuireng.
“Kalaulah hari Selasa merupakan hari pertanian, bagi Kiai Hasyim hari Jumat adalah hari berdagang,” ucapnya yang dimuat Tebuireng.online.
Dijelaskan oleh Abror, Kyai Hasyim akan menjual dagangannya dua minggu sekali di Pasar Cukir. Dia hanya ditemani dua orang santri yang kelak jadi ulama besar juga yaitu Kiai Ahyat Khalimi Mojokerto dan Kiai Muchtar Syafaat Banyuwangi.
Mengapa Penetapan 1 Ramadan NU dan Muhammadiyah Sering Beda?
Kyai Hasyim juga berbisnis besi tua dan kuda. Kakek dari Presiden RI ke-4 Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini bahkan rela pergi ke Surabaya untuk berjualan kuda dan besi.
Lalu setelah dagangannya tersebut laku, Kyai Hasyim akan membeli beberapa buku atau kitab untuk fasilitas pesantren. Sehingga santri di Tebuireng memiliki banyak referensi saat membaca kitab.
“Setelah jual beli kuda, bersama Marto Lemu ini, Kiai Hasyim naik kereta ke Pasar Gubeng Surabaya untuk membeli buku/kitab berbahasa Melayu, Arab, dan Jawa,” jelasnya.
“Kitab-kitab yang dibeli menjadi koleksi di perpustakaan Tebuireng,” lanjut Abror.
Persilahkan berdagang
Kyai Hasyim juga memberikan peluang kepada masyarakat sekitar untuk berdagang di area pesantren. Apalagi Tebuireng merupakan pesantren besar dengan ribuan santrinya.
Cucu dari Kyai Hasyim, Gus Zaki Hadziq menjelaskan ada beberapa persyaratan yang diberikan hadratus syaikh untuk para pedagang, salah satunya adalah dagangan antarsatu pedagang dan pedagang lain tidak boleh sama.
“Pedagang yang jual nasi tidak boleh jual lontong. Begitupula pedagang yang jual minuman, tidak boleh jual roti. Jika ada yang melanggar, akan ada sanksi dari keamanan yang ditugaskan oleh kiai Hasyim,” jelasnya.
K.H. Hasyim Asyu2019ari, Sosok Pendiri Nahdlatul Ulama di Indonesia
Dijelaskan oleh Gus Zaki peraturan ini diberlakukan agar tidak terjadi monopoli dagangan satu jenis. Sehingga sesama pedagang bisa mendapat keuntungan dan ekonomi bisa merata.
“Sungguh ketaatan para pedagang kepada aturan pondok luar biasa. Ini merupakan ajaran di luar lingkungan pesantren yang perlu kita lakukan bersama,” tegasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News