Panda raksasa atau giant panda alias Ailuropoda melanoleuca adalah beruang hitam putih yang berasal dari wilayah tengah dan barat daya Tiongkok. Habitat asli panda ini ada di beberapa pegunungan di Provinsi Sichuan, Shaanxi, dan Gansu di Tiongkok.
Saat ini, panda raksasa dinyatakan sebagai salah satu spesies rentan. Bahkan, World Conservation Union’s (IUCN) atau Badan Konservasi Dunia memasukkannya sebagai Red List of Threatened Animals (Daftar Merah Hewan yang Terancam Punah).
Si imut ini juga dinobatkan sebagai ikon khas Tiongkok. Saking ikoniknya, hewan ini dijadikan gambar di mata uang Tiongkok dan logo di salah satu lembaga lingkungan non-profit dunia, World Wildlife Fund (WWF).
Sayangnya, populasinya di alam liar mengalami penurunan. Habitat panda di Tiongkok banyak terancam akibat pembangunan masif. Hutan-hutan bambu banyak yang hilang.
Melansir dari giantpandaglobal.com, di alam liar, panda raksasa hanya tersisa sekitar 1800-an ekor saja, di mana sekitar 808 ekor dipelihara dan dikonservasikan di beberapa negara di dunia sebagai upaya Tiongkok untuk tetap melestarikan hewan tersebut.
Sejauh ini, Tingkok sudah menggandeng lebih dari 15 negara di dunia untuk melestarikan hewan endemik mereka itu. Setidaknya ada lebih dari 50 cagar panda didirikan oleh pemerintah Tiongkok.
Menariknya, Indonesia menjadi salah satu negara “pilihan” Tiongkok untuk “meminjamkan ”panda-panda mereka. Panda di Indonesia berada di Taman Safari Bogor.
Diplomasi Panda Tiongkok untuk Dunia
Selama bertahun-tahun, panda sudah menjadi “utusan khusus” untuk melanggengkan persahabatan Tiongkok dengan negara-negara sahabat. Upaya ini lumrah disebut dengan diplomasi panda.
Bahkan, upaya ini konon sudah dilakukan sejak tahun 1950-an, di mana Tiongkok menggunakan diplomasi panda untuk meningkatkan citra internasional mereka. Negara ini sudah mulai memberikan panda-panda mereka ke kebun binatang negara asing sebagai goodwill animal ambassadors alias duta hewan.
Negara pertama yang diberi panda adalah Uni Soviet. Kemudian, di tahun 1960-an, Tiongkok tercatat pernah mengirimkan panda kepada Korea Utara. Selanjutnya, pemerintah Negeri Tirai Bambu itu juga memberikan panda ke Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Inggris, dan Spanyol.
Namun, melansir dari Reuters, pada tahun 1984, jumlah panda mulai menurun. Akibatnya, Tiongkok menghentikan agenda diplomasi “cuma-cuma” itu. Alih-alih memberikannya secara gratis, mereka kemudian mulai meminjamkannya.
Status panda-panda yang ada di negara-negara lain adalah pinjaman. Pemerintah Tiongkok memberlakukan kontrak ketat yang diperbarui setiap 10 tahun. Umumnya, panda yang dipinjamkan juga sepasang, jantan dan betina.
Negara yang meminjam diwajibkan untuk membayar biaya peminjaman sebesar US$500 ribu per tahun untuk seekor panda. Tak hanya itu, ahli-ahli asal Tiongkok pun ikut mengawasi panda-panda yang dipinjamkan ke negara sahabat.
Setelah kontrak berakhir, panda-panda akan dikembalikan ke tanah kelahiran mereka di Tiongkok. Namun, apabila ada bayi panda yang lahir di kebun binatang di luar negeri, maka saat umur 2-4 tahunan, mereka harus dipulangkan ke Tiongkok untuk program pengembangbiakan.
Panda-panda di Indonesia

Istana Panda Indonesia di Taman Safari Bogor | Taman Safari
Di Indonesia, ada tiga ekor panda yang dipinjamkan Tiongkok. Dua di antaranya adalah panda dewasa yang didatangkan ke Taman Safari Bogor pada September 2017.
Dua panda itu bernama Cai Tao dan Hu Chun. Keduanya lahir pada 2010 di Tiongkok. Pada 27 November 2025, pasangan panda itu dikaruniai anak yang diberi nama Satrio Wicaksono alias Rio.
Uniknya, nama itu diberikan oleh Presiden Prabowo pada 4 Desember 2025. Rio menjadi bayi yang semakin menguatkan hubungan Tiongkok dan Indonesia.
Taman Safari Bogor saat ini menjadi satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki panda raksasa. Hal ini menjadi wujud kerja sama konservasi antara Indonesia dengan Tiongkok.
Sebagai informasi, Indonesia menjadi negara ke-17 yang mendapatkan pinjaman pengembangbiakan (breeding loan) panda raksasa. Tiongkok dan Indonesia memang sudah menjalin inisiasi konservasi satwa sejak 2010 silam.
Diplomasi panda menjadi cara unik untuk mempererat hubungan antarmasyarakat atau people-to-people antara Tiongkok dan Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa hubungan yang erat antara dua negara bukan hanya terjadi berkat perjanjian kerja sama formal di bidang ekonomi, politik, atau bahkan militer, tetapi melalui soft diplomacy yang berdampak positif bagi kedua pihak.
Melansir dari tulisan Karina Fajarrahma, dkk., dalam Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu, diplomasi panda ternyata berdampak sangat baik terhadap hubungan Indonesia dengan Tiongkok. Tingkat wisatawan yang hadir ke Taman Safari Bogor untuk menengok hewan-hewan menggemaskan itu tercatat naik.
Secara tidak langsung, panda sukses menjadi penggerak wisata setempat. Jumlah wisatawan yang naik itu jelas menambah keuntungan di sektor ekonomi—bisa membantu untuk menutup biaya pemeliharaan yang fantastis.
Selain itu, panda juga menjadi salah satu cara Tiongkok untuk memuluskan investasi mereka ke Indonesia melalui Belt and Road Initiative (BRI). Panda dianggap memperkuat hubungan bilateral, utamanya di bidang politik dan ekonomi.
Tak berhenti di sana, kesuksesan Indonesia untuk mengembangbiakkan panda—lewat lahirnya Rio—menjadi bukti nyata keberhasilan Indonesia dalam upaya konservasi satwa langka.
Menariknya, melalui situs resmi Taman Safari, disebutkan bahwa Istana Panda Indonesia yang ada di Taman Safari Bogor sudah berkali-kali mendapatkan penghargaan internasional. Bahkan, lokasi konservasi itu pernah menerima medali perak di kategori panda favorit di luar negara asal. Top!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


