Di banyak negara, International Baccalaureate (IB) dikenal sebagai kurikulum yang membantu siswa dalam melanjutkan pendidikan ke universitas ternama dunia. Namun, IB pada dasarnya adalah kurikulum pendidikan internasional yang dirancang untuk melatih siswa agar mampu berpikir kritis, mandiri, dan bertanggung jawab dalam lingkungan global.
IB tidak hanya berfokus pada capaian akademik. Kurikulum ini juga membentuk cara siswa bersikap dan memahami dunia di sekitarnya. Karena itu, Pendekatan IB yang menekankan refleksi diri, kepedulian sosial, dan tanggung jawab individu kerap dipandang sejalan dengan pendidikan karakter.
IB Berangkat dari Kebutuhan Kurikulum yang Konsisten
International Baccalaureate dikembangkan di Jenewa, Swiss, pada akhir 1960-an. Saat itu, hubungan antarnegara semakin erat. Mobilitas manusia meningkat, begitu juga pertukaran pengetahuan, budaya, dan sistem pendidikan.
Banyak keluarga diplomat dan pekerja internasional membutuhkan kurikulum yang dapat digunakan di berbagai negara, tanpa mengabaikan perbedaan budaya. Dari kebutuhan inilah, IB hadir sebagai kurikulum global.
Saat ini, IB diterapkan di lebih dari 5.000 sekolah di sekitar 160 negara. Lulusannya diakui oleh banyak universitas internasional, seperti University of Oxford, Harvard University, University of Melbourne, dan National University of Singapore.
Sejak awal, IB tidak dirancang hanya untuk menghasilkan siswa dengan nilai tinggi. Tujuan utamanya adalah membentuk siswa yang memiliki karakter dan tanggung jawab.
Filosofi IB: Belajar dan Bertanggung Jawab
IB memiliki kerangka nilai yang disebut IB Learner Profile. Ini bukan mata pelajaran, melainkan seperangkat nilai yang diterapkan dalam seluruh proses belajar.
Di dalamnya terdapat sepuluh karakter yang diinternalisasi dalam diri siswa, antara lain rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, sikap jujur, kepedulian terhadap sesama, serta kebiasaan refleksi diri. Nilai-nilai ini diterapkan melalui aktivitas belajar sehari-hari, bukan diajarkan sebagai teori semata.
Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pendidikan sosial dan lingkungan, yang menekankan tanggung jawab individu terhadap masyarakat dan alam.
Kurikulum Berjenjang yang Saling Terhubung
IB memandang pendidikan sebagai proses belajar yang berkelanjutan, dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Pada Primary Years Programme (PYP), anak belajar melalui tema-tema besar seperti Sharing the Planet dan How the World Works. Pembelajaran tidak hanya dilakukan lewat buku. Anak diajak menanam, mengamati, berdiskusi, dan mengaitkan pengalaman tersebut dengan pelajaran lain.
Pendekatan ini membantu anak memahami bahwa pengetahuan saling berkaitan, termasuk hubungan antara manusia dan lingkungan.
Di Middle Years Programme (MYP), siswa mulai diarahkan untuk melihat keterkaitan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Mereka mengerjakan Community Project dan Personal Project dengan topik yang dekat dengan realitas, seperti pengelolaan sampah, edukasi lingkungan, atau isu sosial di sekitar mereka.
Pada tahap ini, proses belajar tidak hanya berlangsung di kelas.
Diploma Programme: Persiapan Akademik dan Kemandirian
Program IB yang paling dikenal adalah Diploma Programme (DP). Program ini berlangsung selama dua tahun dan sering dianggap menantang.
Terdapat tiga komponen utama dalam DP:
Extended Essay (EE)
Siswa menulis esai penelitian hingga 4.000 kata. Mereka memilih topik, melakukan riset, dan menyusun analisis sendiri. Tugas ini melatih kemandirian dan kemampuan akademik yang dibutuhkan di perguruan tinggi.
Theory of Knowledge (TOK)
TOK mengajak siswa memahami bagaimana pengetahuan dibentuk. Siswa diajak menguji cara berpikir, sudut pandang, dan alasan di balik suatu keyakinan. Penilaian didasarkan pada kualitas argumen dan refleksi.
Creativity, Activity, Service (CAS)
CAS adalah kegiatan di luar kelas, seperti proyek sosial, olahraga, atau seni. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan antara akademik, aktivitas fisik, dan kepedulian sosial.
Ketiga komponen ini menjelaskan mengapa IB sering dikaitkan dengan pendidikan karakter dan nilai keberlanjutan.
Sekolah IB di Indonesia
Di Indonesia, sekolah dengan kurikulum IB tersedia di sejumlah kota, termasuk Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Beberapa di antaranya adalah British School Jakarta, Binus School Simprug, Jakarta Multicultural School, dan Sekolah Ciputra.
Pada akhirnya, memilih kurikulum bukan soal mana yang paling bergengsi, tetapi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan dan nilai anak. International Baccalaureate menawarkan satu pendekatan pendidikan yang menekankan cara berpikir, sikap, dan tanggung jawab. Bagi orang tua dan pendidik, memahami IB secara utuh bisa menjadi langkah awal untuk menentukan arah pendidikan yang paling tepat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


