aeshnina azzahra polisi sampah muda yang surati pemimpin dunia - News | Good News From Indonesia 2025

Aeshnina Azzahra, Polisi Sampah Muda yang Surati Pemimpin Dunia

Aeshnina Azzahra, Polisi Sampah Muda yang Surati Pemimpin Dunia
images info

Setiap tahun, dunia menghasilkan lebih dari 400 juta ton sampah plastik dan hanya sekitar 9% yang berhasil didaur ulang. Sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir, sungai, atau bahkan laut, mencemari ekosistem dan mengancam kesehatan manusia.

Indonesia, sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia, menghadapi krisis lingkungan yang serius. Fakta mengejutkan terungkap dalam laporan Ecoton (2022): Sungai Brantas, sumber air minum bagi 6 juta penduduk Jawa Timur, terkontaminasi 45% mikroplastik. Kondisi ini memicu dampak kesehatan jangka panjang, mulai dari gangguan hormon hingga kanker. 

Di tengah situasi kritis ini, sosok Aeshnina Azzahra (17 tahun), seorang aktivis muda asal Sidoarjo hadir dengan melawan ketidakpedulian pemerintah dan korporasi. Sejak usia 10 tahun, Nina telah memprotes impor sampah plastik dari negara maju melalui surat-suratnya kepada pemimpin dunia, termasuk Presiden Donald Trump. 

Membaca Buku Cetak Tanpa Merusak Bumi, Sebuah Pengenalan pada Sertifikasi FSC

Awal Mula Nina Peduli Lingkungan 

Aeshnina Azzahra Aqilani, atau yang akrab disapa Nina, adalah seorang aktivis lingkungan muda asal Sidoarjo, Jawa Timur. Lahir pada 17 Mei 2007, kecintaannya terhadap lingkungan telah tumbuh sejak kecil berkat pengaruh orang tuanya, Prigi Arisandi dan Ndaru Setyorini, yang juga merupakan aktivis lingkungan.

Nina bahkan dijuluki “Polisi Sampah” oleh teman-temannya di sekolah karena kegigihannya dalam mengampanyekan isu lingkungan. 

Sejak kecil, Nina sudah terbiasa terlibat dalam penelitian mikroplastik di sungai dan air limbah. Ketertarikannya pada isu lingkungan semakin kuat ketika ia menyaksikan langsung dampak pencemaran di sekitarnya.

Di usia yang masih sangat muda, ia berani menyuarakan keprihatinannya melalui surat-surat protes yang ditujukan kepada pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat dan pemerintah negara-negara pengekspor sampah plastik ke Indonesia. 

Kisah Abie Wiwoho Gonta Ganti Profesi: dari Penjahit, “Raja Gagal”, hingga “Mantri WC”

Aksi Nyata Melalui Surat dan Kampanye 

Salah satu aksi nyata Nina adalah mengirim surat kepada Bupati Gresik saat masih duduk di bangku SD. Surat tersebut berisi protes tentang pencemaran lingkungan di sekitar sekolahnya.

Tidak berhenti di situ, ia juga menulis surat kepada pemimpin negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Kanada, Jerman, dan Australia, meminta mereka menghentikan ekspor sampah plastik ke Indonesia. 

“Surat saya berisi fakta yang saya lihat. Saya meminta mereka berhenti membuang sampah ke Indonesia dan mengelola sampahnya sendiri,” ujar Nina dalam wawancara dengan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ).

Beberapa negara merespons positif dengan mengurangi ekspor sampah, meski Nina mengakui bahwa hal ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak, termasuk aktivis lain dan media. 

Budidaya Maggot Jadi Jalan Endang Rohjiani Dapatkan Dana untuk Konservasi Sungai

Keterlibatan dalam Forum Internasional 

Kiprah Nina di kancah internasional dimulai ketika ia diundang sebagai salah satu narasumber termuda dalam Plastic Health Summit 2021. Di sana, ia menyoroti masalah impor sampah plastik ke Indonesia, yang membuat banyak peserta terkejut.

“Mereka tidak tahu sampah mereka dibuang ke sini. Pemerintah mereka hanya bilang sampah didaur ulang, tapi tidak menyebutkan prosesnya justru dilakukan di Indonesia,” jelasnya. 

Pada 2021, Nina juga berkesempatan berpidato di konferensi iklim COP26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia. Ia membagikan fakta-fakta tentang kondisi lingkungan di Indonesia melalui film dokumenter Girl for Future, yang menceritakan perjuangannya sebagai aktivis muda. 

Jamaludin, Si Local Hero Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida di Dusun Bondan Cilacap

Komitmen untuk Masa Depan 

Nina bertekad untuk terus bersuara demi lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

“Sampai masyarakat paham dan pemerintah menjadikan isu ini prioritas, saya tidak akan berhenti,” tegasnya.

Baginya, setiap orang berhak atas udara bersih, air minum yang aman, dan lingkungan yang lestari. Dengan semangatnya yang tak kenal lelah, Nina membuktikan bahwa usia bukan halangan untuk membuat perubahan. 

Ia juga mendirikan River Warrior, sebuah gerakan untuk menyelamatkan sungai dari polusi plastik, meski saat ini sempat tertunda karena fokus pada persiapan kuliah. 

”Perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Saya tidak boleh takut, saya harus berani bersuara atas hak saya,” pungkasnya. 

Sosok Sudarmi, Perempuan Gigih yang Pimpin Pengelolaan Hutan Jati di Gunungkidul

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.