Dulu, setiap sore di Kelurahan Ntobo selalu terdengar suara alat tenun di banyak rumah. Remaja-remaja tumbuh sambil melihat ibu dan nenek mereka menenun motif-motif khas Bima. Namun perlahan, suara itu semakin jarang terdengar dan mulai tergeser oleh perubahan zaman dan budaya asing yang mulai masuk ke Tanah Air.
Yuyun adalah salah satu anak yang tumbuh bersama benang dan kain tenun. Ia melihat perubahan itu dari dekat dan merasa tradisi ini bisa hilang kapan saja tergusur olah budaya pendatang. Karena itu, ia memilih ikut menjaga agar tenun Bima tetap hidup dan tidak berhenti di generasinya.
Sejak 2015, ia mulai merintis usaha tenun di kampung kelahirannya. Usaha ini ia beri nama UKM Dina, sebuah usaha kecil yang ingin membawa tenun kembali ke tengah kehidupan masyarakat. Ia mengajak para penenun di sekitarnya untuk berkarya bersama.
TenunyangMenjagaKisahBima
Kain tenun tidak hanya indah untuk dipakai. Di dalam setiap garis dan motifnya, ada cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi. Inilah yang membuat Yuyun percaya bahwa tenun layak terus dikenalkan dan dipakai orang banyak.
Ia tidak ingin tenun hanya menjadi dekorasi museum. Tenun harus tetap hadir di kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian dari kebanggaan masyarakat Bima. Dengan cara itu, cerita di balik setiap motif juga akan terus hidup.
UKM Dina menyajikan kain tenun dengan sentuhan yang tetap mempertahankan ciri khas aslinya. Para pengrajin tetap bekerja dengan teknik yang diwariskan turun-temurun. Hal ini membuat nilai tradisi tetap terjaga di setiap produk yang dihasilkan.
Karya Tangan Perempuan Bima
Sebagian besar penenun yang bergabung dengan UKM Dina adalah perempuan. Mereka bisa tetap bekerja sambil menjalankan peran sebagai pengurus keluarga. Keterampilan menenun membuat mereka memiliki kesempatan untuk berkarya dan berkontribusi untuk daerah tanpa meninggalkan rumah.
Pendapatan tambahan dari hasil tenun membuat semangat mereka semakin tinggi. Mereka bangga karena karya mereka kembali dipakai banyak orang. Dengan tenun, mereka menjaga budaya sambil membangun ekonomi keluarga.
Perempuan di Ntobo kini terus menenun dengan rasa percaya diri yang lebih besar. Mereka melihat bahwa keterampilan tradisional juga bisa membawa masa depan yang lebih baik. Inilah yang membuat UKM Dina menjadi ruang bertumbuh bagi banyak perempuan-perempuan di Ntobo.
BerkontribusiuntukPerekonomian
UKM Dina tidak hanya menjaga warisan budaya seperti kegiatan-kegiatan lainnya. Usaha ini juga membuka kesempatan ekonomi baru untuk masyarakat. Setiap kain yang terjual membantu roda ekonomi kampung tetap bergerak.
Tenun Bima mulai dikenal lebih luas dan menarik perhatian pembeli dari berbagai daerah. Semakin banyak orang penasaran dan ingin tahu proses pembuatannya. Hal ini membuat budaya lokal tidak hanya dilihat, tetapi juga dihargai oleh banyak orang.
Apresiasi SATUIndonesiaAwards
Usaha kecil yang lahir dari kampung ini kini mendapatkan perhatian nasional. UKM Dina menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards, penghargaan bergengsi dari Astra. Penghargaan ini menjadi penanda bahwa dampak sosial dari usaha ini diakui secara luas.
Peningkatan identitas produk juga ikut dirasakan. UKM Dina kini semakin dikenal sebagai UMKM yang memberikan nilai tradisi dan kreativitas. Penghargaan ini menjadi dorongan untuk terus melaju lebih jauh.
Dengan pencapaian ini, Yuyun semakin yakin tenun Bima bisa bersaing di skala yang lebih besar. Ia melihat banyak peluang untuk memperluas pemasaran dan memperkenalkan tenun ke lebih banyak orang. Ia ingin apresiasi ini menjadi awal yang baru bagi kampung tenun di Bima.
NtobosebagaiKampungTenun
Yuyun memiliki mimpi untuk menjadikan Ntobo sebagai Kampung Tenun yang dikenal wisatawan. Ia ingin banyak orang datang belajar tentang proses tenun dari awal sampai akhir. Selain menjaga budaya, hal ini juga akan memberikan manfaat ekonomi bagi warga kampung.
Untuk mencapai itu, ia terbuka bekerja sama dengan berbagai pihak. Pemerintah daerah, komunitas ekspor-impor, dan pemerintah pusat menjadi target kolaborasi berikutnya. Kerja sama ini diharapkan memperluas jangkauan produk hingga ke luar negeri.
Dengan semakin banyak pihak yang terlibat, kampung tenun akan semakin dikenal. Tenun Bima juga semakin sering dipakai dalam berbagai kesempatan penting. Inilah langkah nyata dalam memperkuat identitas budaya Nusantara.
MelangkahBersamaBudaya
Yuyun percaya setiap motif tenun adalah identitas Bima yang perlu dijaga. Dengan usaha ini, ia tidak hanya menjual kain, tetapi juga menjaga sebuah warisan. Setiap lembar tenun yang terpakai berarti budaya kembali hidup di tengah masyarakat.
Kawan GNFI, kita semua bisa ikut mendukung gerakan ini. Memakai produk tenun berarti ikut menjaga budaya dan membantu masyarakat yang membuatnya. Dukungan kecil bisa memberi dampak besar bagi mereka yang melestarikan tradisi.
Budaya akan terus hidup jika kita ikut menjaganya. Tenun Bima adalah bagian dari wajah Indonesia yang indah dan berwarna. Mari terus bangga dengan karya anak bangsa.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


