jefri davidson sokola humba penerang literasi kampung sodan - News | Good News From Indonesia 2025

Jefri Davidson: Sokola Humba, Penerang Literasi Kampung Sodan

Jefri Davidson: Sokola Humba, Penerang Literasi Kampung Sodan
images info

Jefri Davidson: Sokola Humba, Penerang Literasi Kampung Sodan


Kampung Sodan di Sumba Barat masih menghadapi masalah buta huruf dan rendahnya minat baca. Anak-anak sering putus sekolah, sementara orang dewasa kesulitan membaca dan berhitung.

Jefri Davidson Amakia, pemuda asal kampung ini, tergerak setelah membaca Sokola Rimba karya Butet Manurung. Ia bergabung dengan SOKOLA Institute sebagai relawan guru pada 2016 lalu ditempatkan di program Sokola Sumba (Hakola Humba) pada 2019.

Sebagai koordinator Hakola Humba, Jefri dijuluki “Penerang Literasi Kampung Sodan” karena kegigihannya memperjuangkan pendidikan dasar.

Program Sokola Humba

Program Sokola Humba, bagian dari SOKOLA Institute, lahir pada 2019 untuk menanggapi tingginya angka buta huruf di Sumba. Jefri dan tim menyelenggarakan program literasi dasar yang disesuaikan dengan adat istiadat dan rutinitas warga.

Kelas diadakan di Kampung Adat Sodan, Desa Laboya Dete. Sebagai pemimpin program, Jefri fokus menurunkan angka buta huruf dan berhitung, mengajarkan anak-anak membaca, menulis, mengenal angka, warna, anggota tubuh, hingga dasar berhitung.

Selain literasi, Jefri mengintegrasikan pertanian organik dan tenun tradisional ke dalam kurikulum. Ini bertujuan agar anak-anak dan orang dewasa yang putus sekolah tetap memiliki keterampilan produktif untuk meningkatkan kesejahteraan.

Sokola Humba juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat untuk membentuk 20 kelompok belajar yang dikelola kader lokal. Hingga 2024, program ini telah menjangkau 46 anak usia sekolah dan 78 orang dewasa.

Uma Hakola Humba

Selama bertugas di Kampung Sodan, Jefri tinggal di salah satu rumah warga. Namun adat setempat melarang murid dari klan tertentu memasuki rumah guru karena pamali Uma Hakola Humba, rumah belajar untuk Sokola Sumba.

Pembangunan dimulai Maret 2021 dan melibatkan sekitar 40 warga, termasuk bapak, ibu, remaja dan anak-anak. Mereka menggunakan bambu, kayu jati putih, alang-alang, serta bahan dari kebun sendiri. Atap alang dibuat dengan mencari rumput di savana. Ritual kojayali dilaksanakan saat menanam empat tiang utama.

Pembangunan Uma dilakukan secara gotong royong selama enam kali kerja bakti. Para ibu memasak untuk peserta, remaja perempuan mengumpulkan kayu bakar dan air.

Murid-murid kecil menunggu dengan antusias seorang anak bahkan berseloroh akan membawa tikar dan ayamnya ketika rumah selesai. Rumah belajar ini menjadi ruang netral sehingga semua klan dapat datang tanpa melanggar adat.

Dampak dan Pengakuan Nasional

Kehadiran program Sokola Humba membuat anak-anak Kampung Sodan lebih lancar membaca, menulis, dan berhitung. Warga menjadi lebih percaya diri karena hak atas pendidikan tetap bisa diperjuangkan di daerah terpenci.

Melalui program ini, Jefri juga melatih warga memanfaatkan lahan untuk pertanian organik dan menjaga tradisi menenun.

Komitmen Jefri menarik perhatian nasional; ia terpilih sebagai finalis 15th SATU Indonesia Awards 2024 bidang pendidikan. Pengakuan ini membuka peluang jejaring dan dukungan lebih luas, termasuk buku, relawan, dan fasilitas pendidikan.

Jefri berharap program ini berkelanjutan dengan dukungan pemerintah dan masyarakat untuk terus menumbuhkan budaya literasi serta meningkatkan kesejahteraan kampung.

Tantangan dan Harapan

Program Sokola Humba masih menghadapi tantangan: infrastruktur dasar seperti jalan dan listrik terbatas, sumber daya buku dan perlengkapan belajar kurang, serta jarak antara rumah dan sekolah yang jauh.

Adat yang beragam menuntut pendidik untuk memahami klan-klan setempat dan bahasa yang berbeda. Jefri bersama SOKOLA terus mencari dukungan untuk meningkatkan fasilitas dan menambah tenaga pengajar lokal.

baca juga

Harapan ke depan, Sokola Humba dapat memperluas dampaknya ke kampung lain di Sumba Barat dan NTT. Jefri juga ingin mengembangkan program kewirausahaan berbasis tradisi, seperti memasarkan hasil tenun dan produk organik melalui platform digital.

Dengan cara ini, literasi tidak hanya meningkatkan kemampuan baca tulis tetapi juga kesejahteraan ekonomi.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IW
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.