Dalam perspektif budaya, khususnya di Indonesia, disabilitas kadang masih dilihat sebagai satu kekurangan. Akibatnya, penyandang disabilitas kerap berada dalam situasi sulit.
Di sinilah Ambung Harsa hadir dengan perspektif berbeda. Ia menjadi ruang bebas, tempat tumbuh bersama, dan wadah pemberdayaan yang memandang setiap individu berdasarkan potensi, bukan kekurangan. Ambung Harsa merupakan sebuah inisiatif yang lahir dari kepedulian terhadap sesama, terutama bagi teman-teman penyandang disabilitas.
Nama “Ambung Harsa” sendiri berasal dari kata bahasa Melayu Jambi, “ambung” yang berarti memeluk, dan kosakata bahasa Sansekerta, “harsa” yang berarti kebahagiaan. Nama ini menggambarkan tekad untuk memeluk setiap jiwa dengan kasih, agar kebahagiaan dapat tumbuh tanpa batas, meski dalam perbedaan.
Didirikan oleh sekelompok orang yang memiliki perhatian besar terhadap isu inklusivitas, Ambung Harsa berkembang menjadi rumah yang ramah dan terbuka bagi siapa pun. Di sini, para penyandang disabilitas dipandang sebagai pencipta karya, penggerak komunitas, dan sumber inspirasi bagi masyarakat luas. Dengan pendekatan humanis dan empati tinggi, setiap kegiatan di Ambung Harsa dirancang untuk menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian, serta kemampuan untuk berkontribusi dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Setiap anggota komunitas disambut dengan senyum, pelukan, dan rasa saling menghargai. Di sini tidak ada batas antara “yang membantu” dan “yang dibantu”, karena semuanya saling belajar dan saling menumbuhkan.
Konsep ini menjadi kekuatan utama yang membedakan Ambung Harsa dari lembaga sosial pada umumnya. Ini adalah rumah, tempat di mana kebahagiaan diciptakan bersama melalui proses saling memahami dan saling menguatkan.
Program-program di Ambung Harsa pun sangat beragam. Ada pelatihan keterampilan seperti menjahit, melukis, membuat kerajinan tangan, hingga kelas musik dan seni pertunjukan. Melalui kegiatan ini, para penyandang disabilitas diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri, menemukan bakat mereka, dan bahkan mengembangkan usaha kecil yang bernilai ekonomi.
Selain kegiatan keterampilan, Ambung Harsa juga aktif mengadakan sesi berbagi dan edukasi tentang isu-isu disabilitas kepada masyarakat umum. Melalui diskusi, lokakarya, dan kampanye inklusif, mereka berupaya membangun kesadaran bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk dihargai dan diberi ruang.
Pendekatan ini perlahan mengubah cara pandang masyarakat, dari rasa iba menjadi rasa hormat. Banyak relawan, mahasiswa, dan pekerja sosial yang akhirnya bergabung untuk belajar dan turut berkontribusi dalam menciptakan ekosistem yang lebih inklusif.
Hal yang tak kalah penting, Ambung Harsa juga memberi perhatian besar pada kesejahteraan psikologis anggotanya. Di tempat ini, mereka dapat bercerita tanpa takut dihakimi, mengekspresikan perasaan tanpa merasa salah, dan mendapatkan dukungan emosional yang tulus. Ada sesi konseling, terapi kelompok, serta kegiatan kebersamaan yang dirancang untuk memperkuat semangat dan kesehatan mental. Semua dilakukan dengan pendekatan penuh kasih, seolah setiap langkah adalah pelukan hangat yang meneguhkan keyakinan bahwa mereka tidak sendiri.
Keberadaan Ambung Harsa menjadi bukti, kebahagiaan bisa dibangun dari kepedulian. Masyarakat pun bisa ikut belajar, keberagaman adalah kekuatan, bukan perbedaan yang memisahkan. Semua itu tumbuh dari benih kecil bernama cinta, yang disiram dengan ketulusan dan semangat untuk saling mengangkat.
Dalam jangka panjang, Ambung Harsa bercita-cita menjadi pusat pembelajaran inklusi yang berkelanjutan. Mereka tidak hanya ingin menolong, tetapi juga menginspirasi sistem sosial yang lebih adil dan manusiawi.
Dengan kolaborasi lintas komunitas, lembaga, dan sektor swasta, Ambung Harsa membuka peluang seluas-luasnya bagi siapapun yang ingin berperan dalam menciptakan dunia yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas. Di sinilah arti sejati dari rumah kebahagiaan: tempat di mana setiap orang diterima apa adanya, diberi ruang untuk berkembang, dan didorong untuk bahagia tanpa syarat.
Ambung Harsa membuktikan juga, kebahagiaan bukan hal rumit yang harus dicari jauh-jauh. Ini sesuatu yang simpel, karena bisa diciptakan dari rasa saling peduli. Ia menjadi simbol, pelukan manusia (baik secara fisik maupun batin) mampu menyembuhkan luka, menumbuhkan harapan, dan memekarkan senyum. Dalam keheningan dan tawa yang mengisi ruang-ruang di dalamnya, Ambung Harsa terus menebarkan pesan sederhana namun mendalam: setiap orang, tanpa terkecuali, berhak untuk bahagia.
# kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News