cepat lulus cepat kerja mahasiswa stikom yogyakarta ditantang jadi inovator bukan sekadar tukang - News | Good News From Indonesia 2025

Cepat Lulus, Cepat Kerja: Mahasiswa STIKOM Yogyakarta Ditantang jadi Inovator

Cepat Lulus, Cepat Kerja: Mahasiswa STIKOM Yogyakarta Ditantang jadi Inovator
images info

Cepat Lulus, Cepat Kerja: Mahasiswa STIKOM Yogyakarta Ditantang jadi Inovator


STIKOM Yogyakarta kembali menegaskan komitmennya dalam mempersiapkan lulusan yang mampu menjawab tantangan zaman melalui Webinar Pembekalan Lulusan 2025 yang berlangsung pada Rabu (22/10/2025) pukul 09.00–11.00 WIB via Zoom Meeting.

Kegiatan ini dihadiri dan dikoordinasi oleh Arya Tangkas, S.Pt., M.I.Kom. dosen sekaligus penanggung jawab pembekalan mahasiswa tingkat akhir.

Dengan mengusung semangat “Cepat Lulus, Cepat Kerja”, mahasiswa tidak hanya diarahkan untuk cepat memasuki dunia kerja. Namun, juga siap berkinerja sejak hari pertama, menjadi problem solver, bukan hanya pekerja teknis yang menunggu perintah.

Satu DNA: Lulusan Praktik, Bukan Hanya Teori

Seven menekankan bahwa lulusan vokasi memiliki DNA yang sama, yaitu lulusan yang ditempa untuk terjun langsung pada dunia praktik, bukan sekadar menghafal konsep atau teori yang kemudian menguap tanpa pernah diterapkan.

Dunia kerja saat ini menilai kualitas seseorang bukan dari seberapa banyak ia tahu, tetapi seberapa nyata ia mampu berkarya.

“Kita adalah lulusan praktik. Jangan hanya jago menguasai teori yang tidak pernah digunakan,” tegas Seven.

baca juga

Ia mengingatkan bahwa bekal pendidikan vokasi justru ada pada ketangkasan mengerjakan, bukan hanya pengetahuan tentang cara mengerjakan. Karena itu, mahasiswa perlu membiasakan diri untuk mencoba, gagal, memperbaiki, lalu berhasil, agar terbentuk kompetensi yang benar-benar relevan bagi industri.

Penguasaan teknologi, software, hingga metode produksi konten harus dibuktikan melalui hasil nyata yang dapat dilihat, diukur, dan dinilai kualitasnya.

Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya menjadi penerima tugas, melainkan pencipta solusi yang siap menghadapi tantangan kerja sehari-hari.

Dunia kerja kini menuntut karyawan yang langsung siap tempur sejak hari pertama masuk. Perusahaan membutuhkan talenta yang percaya diri menjalankan tugas tanpa harus diarahkan terlalu banyak.

Karena itu, lulusan vokasi dituntut untuk memiliki inisiatif dan kemampuan adaptasi tinggi terhadap dinamika pekerjaan yang serbacepat.

Singkatnya, menjadi lulusan vokasi berarti siap menghasilkan output, bukan sekadar memahami input. Siapa yang mampu membuktikan hasil, ia yang akan lebih dulu dilirik pasar profesi.

Remaster Portofolio: Jual Dampaknya, Bukan Sekadar Proses

Seven menyoroti salah satu kesalahan yang masih sering dilakukan mahasiswa vokasi dalam membangun portofolio. Banyak dari mereka hanya menampilkan aktivitas selama kuliah atau sekadar mencantumkan daftar kemampuan teknis, seakan itu sudah cukup untuk meyakinkan perusahaan.

baca juga

Contoh yang sering kita temui seperti:

  • “Bisa menguasai Adobe Family”

  • “Bisa copywriting dan press release”

Seven mengingatkan bahwa bentuk portofolio seperti itu kurang mewakili nilai sesungguhnya dari seorang talenta kreatif. “Itu hanya daftar menu, bukan makanan,” tegasnya.

Skill dan software hanyalah alat bantu, bukan tujuan akhir. Perusahaan tidak hanya ingin tahu apa yang bisa dikerjakan, tetapi apa hasil yang telah berhasil dicapai. Karena itulah portofolio yang berharga harus menampilkan:

  • Dampak yang terukur
  • Masalah yang berhasil diselesaikan
  • Perubahan positif yang dirasakan klien, brand, atau komunitas

Contoh portofolio yang bernilai tinggi adalah yang menunjukkan kontribusi nyata, misalnya:

“Mengembangkan strategi konten visual untuk UMKM hingga meningkatkan engagement media sosial sebesar 15%.”

Narasi seperti ini membuktikan bahwa kemampuan yang dimiliki berfungsi dan memberikan hasil, bukan hanya serangkaian keterampilan yang belum pernah dicoba dalam konteks profesional. Selain itu, mahasiswa juga didorong untuk menampilkan proses berpikir, riset, serta pertimbangan kreatif yang diambil dalam setiap proyek.

Dengan begitu, portofolio tidak hanya menunjukkan 'berapa banyak pekerjaan yang kamu lakukan', tetapi lebih pada peran pentingmu dalam menghadirkan solusi.

Seven menekankan bahwa portofolio ideal adalah portofolio yang berbicara, yang menceritakan bagaimana karya kita mampu mengubah sesuatu menjadi lebih baik.

Ubah Posisi Tukang (Operator) jadi Problem Solver 

Pada poin terakhir, Seven memberikan penekanan yang sangat penting bagi seluruh mahasiswa vokasi: bertransformasilah dari sekadar operator menjadi pemecah masalah. Menurutnya, masih banyak lulusan yang berpikir bahwa tugas mereka hanyalah menjalankan perintah, mengikuti instruksi, dan mengoperasikan tools.

Padahal, cara berpikir seperti ini sangat membatasi potensi diri. Seorang operator hanya fokus pada cara mengerjakan, bukan pada mengapa tugas itu dikerjakan. Operator bekerja ketika diberi tugas. Problem solver mencari dan menciptakan tugas yang berdampak.

baca juga

Selain itu, pekerjaan yang sifatnya teknis, rutin, dan prosedural semakin mudah digantikan oleh AI atau automasi. Jika lulusan hanya mengandalkan kemampuan mengoperasikan software, kualitas itu suatu hari akan tidak lagi menjadi keunggulan.

Di era industri digital, yang dihargai perusahaan adalah individu yang mampu:

  • Menganalisis masalah secara mendalam

  • Merancang strategi dan solusi

  • Memutuskan prioritas yang tepat

  • Mengarahkan penggunaan tools secara efektif

  • Berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik

Itulah esensi problem solver, sosok yang memimpin perubahan, bukan mengikuti arus.

Seven menegaskan bahwa, “Hard skill itu kendaraan. Soft skill itu navigasi yang mengarahkan kendaraan ke tujuan yang benar.”

Dengan kemampuan teknis yang kuat sebagai fondasi, soft skill seperti komunikasi, kreativitas, kepemimpinan, time management, dan critical thinking akan menjadi pengendali yang membuat kemampuan teknis semakin bernilai.

Selain Seven, materi turut diperkaya oleh narasumber M. Hamzah Al Mujahid, A.Md, seorang Graphic Designer di Evolve Digital Lab.

Ia menyampaikan bahwa bekerja di industri kreatif bukan hanya tentang menghasilkan desain yang bagus, tetapi menghadirkan solusi visual yang tepat sasaran.

Menurut Hamzah, dunia kreatif bergerak sangat cepat. Tren berubah dalam hitungan minggu, kebutuhan klien berubah dalam hitungan hari, dan teknologi berkembang dalam hitungan detik. Karena itu, seorang lulusan vokasi harus punya keterampilan beradaptasi yang kuat.

“Jangan terpaku pada satu gaya. Dunia kerja menuntut kita terus belajar hal baru,” ujarnya.

Pembekalan lulusan STIKOM Yogyakarta ini menjadi momentum strategis bagi mahasiswa vokasi untuk memperkuat identitas mereka sebagai talenta praktik yang menghasilkan dampak nyata.

Baik Seven Analisa Gulo maupun M. Hamzah Al Mujahid sepakat bahwa dunia kerja saat ini menuntut lebih dari sekadar kemampuan teknis. Lulusan harus mampu memahami masalah, menawarkan solusi, dan menjadi mitra pertumbuhan bagi perusahaan atau klien.

Dengan portofolio yang menonjolkan hasil, kemampuan komunikasi yang baik, pola pikir kritis, dan keberanian berinovasi, lulusan STIKOM Yogyakarta diharapkan siap bekerja sejak hari pertama, bahkan turut berkontribusi dalam mengarahkan strategi brand dan bisnis.

Cepat lulus, cepat kerja bukan hanya slogan, melainkan komitmen untuk menjadi profesional yang adaptif, proaktif, dan relevan di era industri kreatif yang terus berubah.

Lulusan STIKOM Yogyakarta siap melangkah sebagai problem solver, bukan tukang, tetapi inovator yang membawa perubahan bagi masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AG
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.