Pernahkah Kawan GNFI merasa resah melihat berita tentang kerusakan hutan akibat penambangan, atau membaca angka kerugian negara yang fantastis akibat aktivitas ilegal? Keresahan itu sangat beralasan.
Seperti diwartakan oleh Humas Minerba (2023), data menunjukkan saat ini terdapat 2.741 lokasi Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di seluruh Indonesia. Lebih mirisnya lagi, praktik ini turut menyumbang kerugian negara yang diperkirakan mencapai lebih dari Rp38 triliun setiap tahunnya, hanya dari sektor tambang emas saja (Firmansyah & Darisman, 2020).
Di tengah banyak yang hanya bisa bertanya dan mengeluh, lima mahasiswa dari IPB University memilih untuk merancang sebuah jawaban.
Kisah di Balik Lahirnya EMASS
Gagasan ini lahir dari kepedulian. Tim yang terdiri dari Akma Naufal Rabbani, Alifah Rizkyani, Aiman Bindilah, Muhammad Ajisaka Arsyi Taj, dan Muhammad Eljalalludin Rummi tidak tinggal diam melihat fakta-fakta mengkhawatirkan. Mereka tergerak oleh berita tentang insiden lubang tambang maut yang terus memakan korban jiwa di Samarinda (Nur, 2024) , serta praktik tambang ilegal masif yang bahkan menyebabkan kerugian negara hingga Rp1,02 triliun di satu kabupaten saja (Setiawan, 2024).
"Kami melihat data dan berita, dan kami merasa terpanggil untuk berbuat lebih dari sekadar diskusi. Kami ingin menjadi bagian dari solusi, sekecil apa pun itu," ujar Akma Naufal Rabbani, ketua tim.
Disatukan oleh kepedulian yang sama, para mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari manajemen sumber daya lahan, ekonomi syariah, hingga ilmu komputer, mulai berkolaborasi. Mereka tidak hanya mengkritik lemahnya sistem pengawasan yang ada, seperti MODI, MOMI, dan MOMS yang masih bergantung pada laporan mandiri perusahaan, tetapi juga secara proaktif merumuskan sebuah konsep yang komprehensif untuk mengatasinya.
Dari Ruang Diskusi Menjadi Konsep Canggih
Hasil dari kerja keras mereka adalah EMASS (Empowered Mining Analytics Surveillance System), sebuah sistem pengawasan tambang terintegrasi yang dirancang untuk menjawab kelemahan sistem saat ini. Konsep ini tidak lagi mengandalkan laporan manual yang rentan manipulasi, melainkan menggunakan pendekatan berbasis data dan teknologi.
Secara sederhana, EMASS bekerja melalui beberapa komponen utama yang saling terhubung:
- Sebuah pusat kendali terpusat (Intelligent Operations Center - IOC) yang berfungsi sebagai otak operasi untuk mengolah semua data secara real-time.
- Pemanfaatan data citra satelit dan operasional drone berteknologi tinggi (Drone Kanaka) untuk memantau area yang luas dan melakukan verifikasi langsung di lapangan.
- Penggunaan analisis berbasis machine learning, khususnya algoritma Convolutional Neural Network (CNN), untuk mendeteksi pola aktivitas ilegal dan kerusakan lingkungan secara otomatis dari data citra yang terkumpul.
- Sebuah platform berbasis web yang memungkinkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mengawasi dan melaporkan aktivitas mencurigakan, menciptakan transparansi.
Dampak yang Diimpikan
Gagasan EMASS bukan hanya sekadar proyek untuk kompetisi. Tim merancangnya dengan visi besar yang sejalan dengan kepentingan nasional, yakni mendukung implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Lebih jauh lagi, inovasi ini diharapkan dapat membantu Indonesia mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Seperti yang tertuang dalam Peta Jalan Pembangunan Nasional (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2023), EMASS mendukung target 12.2 untuk pemanfaatan sumber daya alam secara efisien dan target 15.3 untuk pemulihan lahan terdegradasi. Dengan sistem ini, pengawasan menjadi lebih akuntabel, potensi kerugian negara dapat ditekan, dan yang terpenting, lingkungan dapat lebih terlindungi.
Panggilan untuk Generasi Solutif
Kisah tim EMASS dari IPB ini adalah bukti nyata bahwa di tangan generasi muda, keresahan bisa diubah menjadi inovasi, dan kepedulian bisa ditempa menjadi solusi nyata untuk Indonesia. Mereka tidak menunggu perubahan, mereka merancangnya. Ini adalah sebuah panggilan inspiratif bagi seluruh anak muda Indonesia untuk mengambil peran, sekecil apa pun itu, dalam menjawab tantangan bangsa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News