Kacang mede atau mete, makanan yang disebut kacang yang sebenarnya merupakan biji buah. Makanan ini bisa didapatkan dari buah jambu mete dengan bijinya yang dapat terlihat di luar buah, berbeda dengan biji buah kebanyakan.
Kandungan dan rasanya yang cenderung mirip kacang membuatnya dikenal sebagai kacang mete. Kacang ini termasuk dalam makanan yang populer dan dapat dengan mudah dijumpai di toko penjual makanan ringan atau oleh-oleh.
Di beberapa daerah, kacang mete bukan hanya sekadar makanan ringan. Kacang ini bisa menjadi sumber perekonomian yang mampu menghidupi kebutuhan sehari-hari. Desa Repi contohnya, menjadikan kacang mete sebagai komoditas andalan. Dengan bantuan dari binaan Astra, kacang mete ini menjadi produk unggulan.
Sebuah Komoditas dari Desa Repi
Desa Repi, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lembor Selaran, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Labuan Bajo untuk mencapai desa ini.
Mata pencarian penduduknya mayoritas adalah pekerja pada sektor pertanian. Sebanyak 85,53% penduduknya mengandalkan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Luas lahan pertanian dan perkebunan di desa ini mencapai 130 Ha yang terdiri dari sawah, ladang, dan kebun.
Dari berbagai komoditas yang dihasilkan, kacang mete adalah salah satunya. Pada awalnya, kacang mete hanya dijual mentahannya saja. Para petani menjual mete dari hasil panen secara langsung gelondongan kepada tengkulak, tanpa ada proses pemasakan.
Potensi kacang mete dengan permintaan pasar yang besar membuatnya cocok untuk dikembangkan. Hal ini yang dilakukan oleh PT Astra International Tbk dalam programnya, Desa Sejahtera Astra (DSA).
Pembinaan Petani dan UMKM Kacang Mete dari Astra
Desa Repi menjadi desa binaan Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sejak tahun 2021. Sebagai desa binaan, Astra mengadakan berbagai pelatihan untuk warga Desa Repi dengan upaya untuk melatih 36 petani mete dalam bidang budi daya dan manajerial.
Selain itu, perubahan mentalitas juga diperlukan agar para petani lebih berorientasi pada bisnis. Hal ini diperlukan agar petani memiliki motivasi untuk menghasilkan sebuah produk dengan kualitas tinggi dan mampu bersaing di pasar lokal maupun global.
Adapun pelatihan-pelatihan yang diberikan meliputi teknik budi daya kacang mete hingga pengolahannya untuk menjadi produk makanan ringan berbahan dasar mete.
Para petani ini bergabung dalam sebuah komunitas bernama Kelompok Tani Usaha Mikro Kecil dan Menengah Mete. Mereka yang juga ikut dalam pelatihan dan mengembangkan olahan kacang mete.
Produk Olahan Kacang Mete “Kameku”
Produk “Kameku” adalah sebuah benchmark dari olahan kacang mete yang dibuat oleh Kelompok Tani UMKM Mete. Kameku ini memiliki arti “bekalku” dari bahasa daerah NTT.
Menggunakan merek ini, para petani mete berhasil menjual olahannya dengan harga Rp400 ribu per kilogram. Sangat jauh nilai jualnya, dibandingkan saat masih menjual mete mentah ke tengkulak.
Pada tahun 2023, penghasilan UMKM mete lewat Kameku berhasil tembus Rp57 juta. Lalu, pada tahun 2024, naik menjadi Rp145 juta dengan total produksi sebanyak 4 ton.
Produk ini sekarang sudah mendapat sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan Halal dan telah berhasil dipasarkan ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk pusat oleh-oleh khas Labuan Bajo. Promosinya tidak hanya secara mulut ke mulut, tetapi juga secara digital dan gerai mini di festival-festival.
Potensi daerah yang diiringi dukungan dan pembinaan untuk warga lokal dapat dikembangkan sebagai produk yang memiliki nilai jual. Tidak hanya untuk warga secara individu, tetapi juga untuk daerah.
Dari Desa Repi, dapat dipelajari bahwa semangat dan antusiasme warga dan Astra dalam kembangkan kacang mete, dapat mendongkrak perekonomian untuk masyarakat setempat.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News