Di tengah ancaman nyamuk Aedes aegypti yang semakin meningkat, sebuah harapan muncul dari pusat Jakarta Selatan. Ini dia sebuah kisah Kampung Bebas Jentik Cilandak yang lahir dari kepedulian dan niat tulus serta ide cerdas untuk melindungi lingkungan dan masyarakat dari ancaman DBD.
Semangat kerja sama dan gotong royong dalam mengubah ancaman menjadi pencapaian, membuatnya menjadi contoh sukses dalam memberantas DBD berkat inisiatif Achmad Firmansyah beserta dukungan seluruh warga Cilandak.
Ingin tahu kisah Achmad Firmansyah dalam membangun program Kampung Bebas Jentik di Cilandak? Simak selengkapnya, ya, Kawan GNFI!
Program Sederhana yang Membentuk Kebiasaan Baru Lebih Sehat
Seperti daerah perkotaan lainnya, Cilandak juga rentan terhadap siklus tahunan penyakit DBD. Musim hujan selalu menjadi kekhawatiran bahkan ancaman karena DBD seringkali muncul berulang dan mengancam kesehatan anak-anak serta produktivitas warga sekitarnya.
DBD terjadi karena virus yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti yang sering menimbulkan masalah kesehatan global, dengan gejala seperti demam tinggi, kejang otot, nyeri sendi, hingga dapat menyebabkan kematian. Insiden DBD ini sering terjadi secara endemik di banyak wilayah terutama di perkotaan.
Jentik nyamuk adalah kunci masalah utamanya karena menjadi vektor atau cikal bakal penyebab penyebaran DBD, sehingga harus diperangi bahkan diberantas penularannya. Fogging instan memang efektif, tapi Achmad Firmansyah berusaha menggerakkan masyarakat untuk bergerak bersama melalui perubahan perilaku berkelanjutan.
Melalui gagasan sederhananya, Achmad Firmansyah mulai menginisiasi program Kampung Bebas Jentik sebagai komitmen untuk bergerak bersama warga dan melawan nyamuk DBD. Program ini mendapat apresiasi dari PT. Astra International, Tbk dengan mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards pada 2024 kategori kesehatan.
Kampung Bebas Jentik yang diinisiasi oleh Achmad Firmansyah ini merupakan proses pengembangan program pengendalian DBD melalui pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan sebagai strategi pencegahan yang berbasis partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan membasmi jentik nyamuk.
Achmad Firmansyah tidak bekerja sendirian, dirinya juga membentuk kelompok Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang secara rutin dan sukarela memeriksa tempat-tempat yang mungkin menjadi sarang jentik seperti bak mandi, wadah penampungan air, pot bunga, dan lainnya dengan sistem saling mengawasi dan menjaga.
Selain itu gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang, plus mencegah gigitan nyamuk) terus digalakkan bahkan dikemas secara kreatif dalam bentuk perlombaan kebersihan.
Lomba Kampung Bebas Jentik programnya, di mana lomba ini dilakukan supaya masyarakat lebih aktif bergerak hingga terus termotivasi dalam mencegah penyakit DBD. Tujuannya adalah mengurangi jumlah kasus DBD khususnya di Cilandak hingga wilayah kampung benar-benar bebas dari nyamuk penyebab DBD. Upaya ini juga diharapkan dapat mencapai rumah-rumah yang jauh dan sulit dijangkau di Cilandak.
Hasilnya sangat luar biasa, perlahan tapi pasti, Achmad Firmansyah dan warga Cilandak kini kian merubah kebiasaannya menjadi lebih disiplin, peduli lingkungan, serta memiliki semangat gotong royong yang terus berkembang hingga aktif dalam membersihkan tempat-tempat penyebaran nyamuk.
Kini, jumlah kasus DBD di Jakarta Selatan dalam periode bulan Januari sampai April 2025 mencapai 428 kasus. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebanyak 1.302 kasus.
Dari kegiatan ini pula, kasus DBD di Cilandak berhasil dikurangi hingga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat sebagai upaya pencegahan (preventif) bersama dengan peran serta masyarakat serta jumantik yang turut aktif dalam program Kampung Bebas Jentik khususnya di Cilandak.
Gagasannya Achmad Firmansyah yang sangat inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat ini juga menjadi program berkelanjutan dan melindungi generasi mendatang supaya terhindar dari DBD yang mengancam kesehatan.
Kampung Bebas Jentik Cilandak ternyata mengajarkan banyak hal. Meskipun senjata terkuat melawan ancaman kesehatan berasal dari obat-obatan atau alat modern, kekuatan kolektif serta semangat gotong royong antar sesama bisa menjadi cara positif dalam pemberantasan penyakit khususnya DBD bahkan dari tingkat vektor, yaitu nyamuk sebagai penyebar awal, yang benar-benar dapat diatasi.
Kampung Bebas Jentik yang dipelopori Achmad Firmansyah ini menjadi cerminan visi akan masa depan sehat Cilandak dalam membangun kesadaran dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi DBD.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News