rumadu madu hutan gerbang perubahan sosial di ntt ala helena hia tukan - News | Good News From Indonesia 2025

Rumadu: Madu Hutan Gerbang Perubahan Sosial di NTT Ala Helena Hia Tukan

Rumadu: Madu Hutan Gerbang Perubahan Sosial di NTT Ala Helena Hia Tukan
images info

Rumadu: Madu Hutan Gerbang Perubahan Sosial di NTT Ala Helena Hia Tukan


Tersembunyi dan bersarang di hutan Nusa Tenggara Timur. Dia manis, tapi mampu menyengat, bergerombol, kalau tidak hati-hati kawanannya tak segan untuk menyerang. Meski begitu, dia jadi harta karun alam yang mampu membawa harapan.

Tiap tetesnya berwarna keemasan, diracik oleh kawanan liar di antara pepohonan purba. Dia adalah madu hutan NTT, yang kini menggapai harapan manis dari balik rimba berkat inisiatif kewirausahaan sosial Helena Hia Tukan.

Setiap tetes madu kini bukan hanya sekadar pemanis, tapi jadi janji manis untuk kemandirian para petani sekaligus menjaga hutan tetap lestari.

Edukasi dan Lestarikan Hutan dengan Madu

Sarang Lebah Madu | Foto: Wikimedia Commons/Yerrio darius raolika
info gambar

Sarang Lebah Madu | Foto: Wikimedia Commons/Yerrio darius raolika


Potensi alam yang melimpah di NTT, tapi dalam pemanfaatanya belum dikelola dengan benar membuat Helena Hia Tukan khawatir akan keberlangsungan hutan NTT untuk masa depan berkelanjutan khususnya dalam panen madu dari lebah hutan yang tidak sesuai standar.

Potensi lebah hutan liar dan kekayaan madunya yang berlimpah dan masih belum dikelola dengan benar bahkan jauh dari kata berkelanjutan, memicu Helena Hia Tukan untuk melahirkan solusi bagaimana caranya untuk hutan tetap terjaga, dan potensi madunya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.

Kemudian dari kegelisahanya inilah, Helena menginisiasi gerakan ‘Rumadu’ atau ‘Rumah Madu’ yang bukan hanya sebagai entitas bisnis, tapi sebagai bentuk kewirausahaan sosial yang ingin menjawab akan masalah-masalah dari pengelolaan hutan dan isu-isu krusial di NTT.

Rumadu menjadi sebuah inisiatif kewirausahaan sosial dari Helena Hia Tukan sebagai upayanya mengatasi masalah rendahnya daya beli masyarakat, rendahnya SDM untuk mengelola lahan pertanian, dan kerusakan hutan akibat kebakaran yang ada di NTT dengan memanfaatkan potensi madu hutan sebagai sarana untuk mencapai perubahan sosial yang berkelanjutan.

Rumadu kini terus digerakkan hingga berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dengan memanfaatkan potensi alam sekaligus menjaga kelestarian hutan.

Kegiatan Rumadu ini juga mampu menciptakan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan dengan hutan yang menyediakan pakan lebah, lebah hutan sebagai polinator atau membantu penyerbukan tanaman pertanian dan perkebunan hingga berkontribusi pada perkembangan hutan dan hasil pertanian. Selain itu, manusianya juga memperoleh penghasilan tambahan dari panen madu hutan yang lestari.

Inisiatif Helena Hia Tukan dengan menciptakan Rumadu ini berhasil mendapatkan apresiasi dari SATU Indonesia Awards pada 2021 kategori kewirausahaan dari PT. Astra International, Tbk. Apresiasi ini menjadi suatu bukti nyata bahwa madu NTT kini tak hanya manis di lidah, tapi membawa harapan manis bagi kelestarian alam dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Baca juga: Inovasi Produk Digital Awanio dari Cloud Lokal Jadi Pilihan Global

Berdayakan Ekonomi dengan Teknik Panen yang Sustain

Honey comb | Foto: Wikimedia Commons
info gambar

Honey comb | Foto: Wikimedia Commons


Berdiri sejak 2016, Rumadu kini memiliki banyak petani madu yang mampu mengelola madu hutan secara alami hingga berhasil memecahkan masalah sosial dan lingkungan di NTT.

Tak sembarang memanen madu, Helena melalui kegiatan Rumadu menginisiasi agar panen lebah dapat dilakukan secara lestari, di mana harus mempertimbangkan alam sebagai bentuk menjaga kelestarian dan menjadi sumber ekonomi masyarakat setempat.

Beberapa kegiatan Rumadu yang berhasil Helena Hia Tukan galakan untuk mendukung tujuannya dalam melestarikan hutan dan membantu menggerakan ekonomi melalui potensi madu hutan NTT, yakni:

  • Sosialisasi Standar Panen Lestari

Pelatihan ini dilakukan dengan sosialisasi dan membimbing warga sekitar hutan dalam keterampilan memanen madu hutan dengan standar panen dan pasca panen yang ramah lingkungan dan berkelanjutan supaya tidak merusak sarang dan populasi lebah hingga hutan tetap terjaga.

  • Penyediaan Peralatan

Petani madu akan diperlengkapi dengan peralatan memanen madu yang sesuai SOP dan mengembangkan koordinator QC di lapangan untuk menjaga keamanan panen.

  • Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Program Rumadu ini mengajak untuk membeli madu langsung dari petani dengan harga 10% lebih tinggi dari pasaran di mana hal ini bertujuan sebagai upaya mendorong kesejahteraan petani.

  • Diversifikasi Produk

Tak soal madu, Rumadu juga fokus pada pelatihan diversifikasi produk untuk istri atau ibu-ibu petani madu untuk mengolah ampas sarang madu menjadi barang bernilai ekonomis menjadi produk lilin madu lebah hingga ikut menambah pendapatan bagi para ibu.

  • Pengolahan dan Pemasaran

Sebelum dipasarkan secara lokal dan di luar NTT, madu yang akan dibeli diproses dari Unit Pengolahan Hasil Rumadu melalui berbagai proses seperti penyaringan, pengendapan, pengemasan, hingga labeling. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas madu hingga tetap aman sampai ke tangan konsumen.

Program Rumadu ini mengajak masyarakat untuk memanen madu dengan cara yang sesuai standar dan menariknya tak hanya semua hasil panen lebah untuk tak hanya diambil madunya saja, tapi ampas sarangnya pun yang mampu memberikan produk ekonomi yang bernilai pula.

Latar belakang lain lahirnya Rumadu ini juga, karena pentingnya pemahaman akan madu lokal dalam budaya lokal sebagai sumber makanan di mana semakin meningkat permintaan madu maka meningkatkan perekonomian sekaligus menjaga alam secara berkesinambungan dan ikut serta mendukung hidup sehat dari konsumsi madu yang kaya manfaat.

Rumadu membuktikan bahwa dari madu hutan ternyata dapat memberikan perubahan besar. Melalui Rumadu, madu NTT kini tak sekadar menjadi komoditas, tapi ia adalah identitas. Ada ketulusan, alam, harapan dan setiap tetesannya kini memberi makna dari hutan lestari hingga dapur petani menjadi semakin berdaya.

#kabarbaiksatuindonesia

Baca juga: Gampiri Inkubasi Usaha Lestari (GIAT) untuk Ekonomi Restoratif Kabupaten Sigi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.