Legenda bambu gading adalah salah satu cerita rakyat dari daerah Sumatera Selatan. Legenda ini berkisah tentang seorang anak yang berhasil kabur dari cengkraman naga dengan bantuan bambu gading yang ada di sana.
Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda bambu gading tersebut?
Legenda Bambu Gading, Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan
Dikutip dari buku Subadiyono, dkk., yang berjudul Sembesat Sembesit: Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera Selatan, pada zaman dahulu hiduplah seorang anak gadis yang bernama Beteri. Dirinya hidup bersama ayah, ibu, dan neneknya.
Pada suatu hari, Beteri dibawa sang nenek untuk pergi mencabut ubi. Sesampainya di sana, sang nenek menempatkan Beteri di atas sebuah batu.
Ketika sang nenek sedang mencabut ubi, tiba-tiba batu tempat Beteri duduk bergeser. Beteri pun berteriak dan berusaha memanggil sang nenek.
Namun sang nenek berkata agar Beteri menunggu sebentar. Tidak lama lagi ubi yang sedang dicabut akan berhasil dia dapatkan.
Batu tempat Beteri duduk kembali bergeser. Beteri pun kembali berteriak untuk memanggil sang nenek.
Akan tetapi, jawaban yang diberikan sang nenek tetap sama. Dia meminta Beteri untuk menunggu terlebih dahulu.
Tanpa sadar, batu tersebut terus bergeser hingga ke dalam sungai. Tiba-tiba, batu tersebut berubah menjadi seekor naga dan membawa Beteri pergi ke pulau seberang tempat tinggalnya.
Beteri tidak bisa berbuat apa-apa. Di sisi lain, sang nenek yang baru saja berhasil mencabut ubi baru menyadari bahwa cucunya telah menghilang.
Nenek Beteri terus mencari cucunya ke sekitar daerah tersebut. Tanpa sadar, nenek Beteri terjatuh dan tertancap sebuah kayu hingga mencapai ajalnya.
Di pulau seberang, Beteri ternyata tidak dimakan langsung oleh sang naga. Dirinya ingin merawat Beteri terlebih dahulu agar bisa puas memakannya nanti.
Sehari-hari, naga tersebut selalu membawa pulang seekor rusa ke sarangnya. Nantinya rusa tersebut dimasak dan akan dia makan bersama Beteri.
Setelah makan, sang naga bertanya apakah Beteri sudah tumbuh besar. Beteri menjawab bahwa dia hanya tumbuh sedikit saja.
Beteri ternyata tahu mengapa dia masih belum dimakan. Dia menyadari bahwa sang naga menunggunya hingga besar terlebih dahulu.
Hal ini terus berulang beberapa hari kemudian. Namun Beteri tidak diam begitu saja menerima nasibnya.
Ketika sang naga pergi berburu, Beteri mencari benda-benda yang ada di sekitar sarang yang bisa dia gunakan untuk melarikan diri. Ternyata di pulau tempat sang naga tinggal tumbuh bambu gading.
Beteri kemudian menyampaikan sebuah pantun kepada bambu gading tersebut, "Panjang-panjanglah bambu gading, antarkan saya ke seberang." Ajaibnya, ketika Beteri menyampaikan pantun tersebut, bambu gading itu perlahan memanjang menuju pulau tempat dia tinggal.
Setelah sekian lama, sampailah bambu gading tersebut ke daerah asalnya. Beteri pun menyusun rencana untuk melarikan diri keesokan harinya.
Pada keesokan hari, sang naga kembali keluar sarang. Namun kali ini dia berniat untuk mengajak teman-temannya agar menyantap Beteri yang sudah tumbuh besar.
Ketika sang naga pergi, Beteri langsung mengemasi barang-barangnya dan melarikan diri melewati bambu gading tersebut. Sesampainya di seberang, dia langsung memotong bambu gading itu dan bergegas kembali ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Beteri bertemu dengan ayah dan ibunya. Ayah dan ibunya terlihat sangat sedih karena mengira anak satu-satunya sudah meninggal sejak lama.
Akhirnya keluarga kecil ini bisa berkumpul kembali. Di sisi lain, sang naga hanya bisa kebingungan karena sudah kehilangan santapan yang sudah dia rawat sejak lama.
Begitulah kisah dari legenda bambu gading, cerita rakyat dari Sumatera Selatan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News