aris yohanes elean pelopor teknologi tunanetra indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Aris Yohanes Elean: Pelopor Teknologi Tunanetra Indonesia

Aris Yohanes Elean: Pelopor Teknologi Tunanetra Indonesia
images info

Aris Yohanes Elean: Pelopor Teknologi Tunanetra Indonesia


Kemajuan teknologi tak selalu berarti bagi semua orang, terutama bagi penyandang disabilitas netra yang kerap tertinggal dalam akses digital. Namun, di tengah keterbatasan itu, sosok Aris Yohanes Elean hadir sebagai jembatan. Ia bukan hanya seorang pengajar dan programmer, tetapi juga pionir dalam pemberdayaan tunanetra melalui teknologi komputer bicara di Indonesia dan dunia.

Dari Glaukoma Menuju Cahaya Digital

Aris lahir di Pemalang pada 22 April 1985. Sejak kecil, ia gemar belajar dan memiliki ketertarikan besar pada teknologi. Namun, penyakit glaukoma membuatnya kehilangan penglihatan secara total di usia remaja. Ketika sebagian orang menyerah, Aris justru menemukan “penglihatan baru” melalui teknologi.

Perkenalannya dengan dunia komputer dimulai lewat perangkat Eureka, komputer khusus tunanetra di sekolah luar biasa. Dari situ, ia belajar membaca dan menulis digital dengan screen reader, yang kelak menjadi fondasi perjuangannya di bidang teknologi aksesibel.

Sarjana Komputer Tunanetra Pertama di Indonesia

Tantangan berikutnya datang ketika Aris bertekad melanjutkan kuliah. Hampir semua kampus yang ia datangi menolak dengan alasan belum siap menerima mahasiswa disabilitas. Ia tak menyerah. Butuh waktu lebih dari satu dekade hingga akhirnya Universitas Pamulang membuka pintu bagi Aris pada 2017.

Dengan ketekunan luar biasa, ia menuntaskan studi Teknik Informatika dan lulus sebagai sarjana komputer tunanetra total pertama di Indonesia dengan IPK 3,59. Prestasi ini menjadi bukti bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk berinovasi di dunia teknologi.

baca juga

Kartunet dan IT Center for the Blind

Aris tak berhenti di bangku kuliah. Sejak 2006, ia mendirikan Kartunet (Karya Tunanetra) — komunitas daring pertama di Indonesia yang memperjuangkan kesetaraan akses bagi difabel di dunia digital. Melalui blog dan forum, Kartunet menjadi ruang berbagi pengalaman, tutorial teknologi, hingga advokasi hak-hak disabilitas.

Kemudian, pada 2012, Aris memprakarsai IT Center for the Blind (ITCFB), komunitas pembelajaran komputer bicara dengan ribuan anggota di Facebook, WhatsApp, dan Telegram. Melalui pelatihan daring dan tatap muka, ia membantu tunanetra memahami dasar-dasar komputer, pemrograman, dan internet. Visi besarnya sederhana namun kuat: agar tunanetra tak hanya menjadi pengguna, tapi juga pencipta teknologi.

Mengajar dan Menginspirasi

Kini, Aris mengajar di SLB-A Pembina, sekolah khusus tunanetra di Jakarta. Di sana, ia bukan sekadar guru komputer. Ia adalah sosok inspiratif yang mengajarkan muridnya untuk berani bermimpi. “Saya ingin murid-murid saya mandiri dan percaya diri menghadapi dunia kerja,” ujarnya dalam wawancara dengan ANTARA.

Selain mengajar, Aris juga terpilih mengikuti Apple Developer Academy 2020 di BINUS University. Di sana, ia menjadi pengembang tunanetra pertama yang berpartisipasi dalam program internasional tersebut dan menciptakan aplikasi Heartz, yang membantu pengguna menjaga kesehatan emosional.

Salah satu tonggak penting dalam hidup Aris adalah ketika ia dinobatkan sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards (SIA) 2018 untuk kategori Pendidikan. Aris Yohanes Elean memperoleh penghargaan atas karyanya yang berjudul “Pemberdayaan Tunanetra di Bidang Penguasaan Teknologi Komputer Melalui Pelatihan Komputer Bicara di Indonesia dan Internasional”.

Penghargaan ini menegaskan pengakuan nasional terhadap upayanya mengintegrasikan disabilitas netra ke ruang teknologi, sekaligus memperkuat kredibilitasnya sebagai pionir dalam bidang pendidikan inklusif.

Pelatihan Komputer Bicara di Indonesia

Teknologi komputer bicara (screen reader) menjadi inti pelatihan yang Aris dan rekan-rekannya dorong. Di Indonesia, lembaga sepertiYayasan Mitra Netra telah menyelenggarakan kursus komputer bicara untuk tunanetra, mengajarkan penggunaan JAWS, NVDA, dan teknik mengetik, navigasi web, pengolahan dokumen hingga aplikasi perkantoran.

Studi di Yayasan Mitra Netra memperlihatkan bahwa peserta mampu mencari informasi, membuat dokumen, dan mengakses konten internet secara mandiri setelah mengikuti pelatihan komputer bicara.

Lembaga lain seperti Adi Gunawan Institute juga menyediakan kursus serupa untuk tunanetra total dan low vision, memperkuat keterampilan digital mereka agar layak bersaing di dunia kerja.

Selain praktik lokal, Aris dan komunitasnya turut merujuk pada program internasional. Misalnya, American Foundation for the Blind (AFB) menyediakan modul Learn NVDA, yang membantu pengguna tunanetra dari seluruh dunia menguasai screen reader populer.

Organisasi seperti World Services for the Blind juga mengadakan pelatihan karier daring untuk difabel melalui teknologi. Pendekatan ini menunjukkan bahwa strategi inklusi digital dipertukarkan lintas negara, dan Aris menjadi salah satu figur yang menghubungkan Indonesia ke gerakan global tersebut.

baca juga

Dengan menghimpun pengalaman dari pengajaran, komunitas, dan penghargaan nasional, Aris menegaskan: teknologi harus bisa diakses semua orang, bukan pengecualian. Pelatihan komputer bicara adalah jalan nyata menuju kemandirian, membuka akses terhadap pekerjaan, pendidikan, dan partisipasi sosial.

Penghargaaan SATU Indonesia Awards 2018 bukan hanya simbol prestasi pribadi, melainkan pengakuan bahwa karya Aris menyentuh hati bangsa. Ia menjadi teladan bagi tunanetra agar tak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta inovasi di era digital.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IW
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.