ricky menari bersama identitas pemuda kalimantan utara yang melangkah di ajang putera puteri kebudayaan indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Ricky, Menari Bersama Identitas: Pemuda Kalimantan Utara yang Melangkah di Ajang Putera Puteri Kebudayaan Indonesia

Ricky, Menari Bersama Identitas: Pemuda Kalimantan Utara yang Melangkah di Ajang Putera Puteri Kebudayaan Indonesia
images info

Ricky, Menari Bersama Identitas: Pemuda Kalimantan Utara yang Melangkah di Ajang Putera Puteri Kebudayaan Indonesia


Di balik gemerlap panggung kebudayaan nasional, terselip kisah seorang pemuda dari ujung utara Kalimantan yang menari bersama tekad dan cita-citanya. Ricky (27), pemuda asal Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kini menjadi salah satu finalis Putera Puteri Kebudayaan Indonesia 2025, mewakili provinsinya dengan kebanggaan dan semangat yang tak pernah padam.

Saat ini, Ricky berdomisili di Jakarta Pusat dan aktif sebagai konten kreator kebudayaan dan gaya hidup di media sosialnya @richhubb. Ia kerap membagikan unggahan tentang tarian tradisional kontemporer, outfit batik, hingga kisah perjalanan yang berbalut nilai budaya. Namun di balik setiap unggahan, tersimpan perjalanan panjang seorang anak daerah yang menjadikan kebudayaan sebagai jalan hidupnya.

Dari Nunukan ke Jakarta: Langkah yang Dimulai dari Sebuah Panggung

Lahir dari keluarga sederhana di Nunukan, Ricky tumbuh dengan mimpi yang besar. Ketertarikannya pada dunia seni budaya muncul sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ia masih mengingat betul momen yang menjadi titik balik hidupnya: saat menonton festival tari se-Kalimantan di daerahnya.

“Melihat banyak penari dan sanggar keren waktu itu bikin saya kagum. Saya ingin seperti mereka, bisa tampil, bisa dikenal, bisa berkembang,” kenangnya.

Dari keinginan itu, ia mulai ikut latihan tari massal di bawah bimbingan pelatih dari sanggar yang sudah mendunia. Dari panggung kecil di Nunukan, Ricky perlahan menapaki jalannya sendiri hingga bisa menari di berbagai ajang besar, termasukFestival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) dan Jambore Nasional Pramuka di Pulau Sebatik,momen yang dulu hanya bisa ia impikan.

“Dulu saya tidak pernah bisa ke Sebatik karena keterbatasan ekonomi. Tapi akhirnya, lewat tari, saya bisa ke sana untuk tampil. Itu pengalaman yang sangat berkesan dan membuat saya bersyukur,” ujarnya.

Di balik gemerlap panggung kebudayaan nasional, terselip kisah seorang pemuda dari ujung utara Kalimantan yang menari bersama tekad dan cita-citanya. Ricky (27), pemuda asal Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kini menjadi salah satu finalis Putera Puteri Kebudayaan Indonesia 2025, mewakili provinsinya dengan kebanggaan dan semangat yang tak pernah padam. Saat ini, Ricky berdomisili di Jakarta Pusat dan aktif sebagai konten kreator kebudayaan dan gaya hidup di media sosialnya @richhubb. Ia kerap membagikan unggahan tentang tarian tradisional kontemporer, outfit batik, hingga kisah perjalanan yang berbalut nilai budaya. Namun di balik setiap unggahan, tersimpan perjalanan panjang seorang anak daerah yang menjadikan kebudayaan sebagai jalan hidupnya. Dari Nunukan ke Jakarta: Langkah yang Dimulai dari Sebuah Panggung Lahir dari keluarga sederhana di Nunukan, Ricky tumbuh dengan mimpi yang besar. Ketertarikannya pada dunia seni budaya muncul sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ia masih mengingat betul momen yang menjadi titik balik hidupnya: saat menonton festival tari se-Kalimantan di daerahnya. “Melihat banyak penari dan sanggar keren waktu itu bikin saya kagum. Saya ingin seperti mereka — bisa tampil, bisa dikenal, bisa berkembang,” kenangnya. Dari keinginan itu, ia mulai ikut latihan tari massal di bawah bimbingan pelatih dari sanggar yang sudah mendunia. Dari panggung kecil di Nunukan, Ricky perlahan menapaki jalannya sendiri hingga bisa menari di berbagai ajang besar, termasuk Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) dan Jambore Nasional Pramuka di Pulau Sebatik — momen yang dulu hanya bisa ia impikan. “Dulu saya tidak pernah bisa ke Sebatik karena keterbatasan ekonomi. Tapi akhirnya, lewat tari, saya bisa ke sana untuk tampil. Itu pengalaman yang sangat berkesan dan membuat saya bersyukur,” ujarnya. Dari Tari ke Pageant: Tantangan dan Keberanian Menjadi finalis Putera Puteri Kebudayaan Indonesia bukan hal yang mudah. Ricky mengaku, keputusannya ikut ajang ini berawal dari rasa stagnan dalam hidup dan keinginan untuk menantang diri sendiri. “Saya dulu minder ikut pageant karena merasa tinggi badan saya kurang. Tapi kemudian saya sadar, ajang seperti ini bukan hanya soal fisik. Saya ingin membuktikan bahwa siapa pun, bahkan yang datang dari pedalaman sekalipun, punya kesempatan yang sama kalau mau berusaha,” katanya. Motivasi itu membawanya lolos seleksi dan kini menjadi perwakilan resmi Kalimantan Utara. Baginya, Putera Puteri Kebudayaan bukan sekadar kompetisi, tetapi wadah untuk memperjuangkan nilai-nilai yang ia yakini. “Saya merasa sangat relate dengan ajang ini. Saya gak perlu berpura-pura karena ini dunia saya. Saya juga ingin mematahkan stigma terhadap penari laki-laki — bahwa menari bukan soal gender, tapi tentang cara berekspresi,” tegas Ricky. Berbudaya with Rich: Advokasi dan Kreativitas Di Jakarta, Ricky tetap teguh menjaga identitas daerah asalnya. Ia membuat program advokasi bertajuk “Berbudaya with Rich”, yang fokus pada pelestarian dan pembelajaran kebudayaan melalui pendekatan kreatif digital. Melalui program dan kontennya, Ricky tidak hanya menampilkan budaya Kalimantan Utara, tapi juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas budaya dari daerah lain. “Saya ingin belajar banyak budaya, bukan hanya satu. Indonesia terlalu kaya untuk hanya dilihat dari satu sisi,” ujarnya. Dalam setiap karya, Ricky berusaha membawa nilai-nilai budaya ke ruang yang lebih modern. Ia mengemas seni tradisional agar dapat dinikmati masyarakat luas, terutama generasi muda, tanpa menghilangkan esensi aslinya. “Saya ingin membuktikan kalau budaya bisa tetap hidup di era digital, asal kita bisa mengemasnya dengan cara yang menarik,” tambahnya. Sosial, Relasi, dan Dampak Tak hanya di bidang budaya, Ricky juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial selama di Jakarta. Ia sering dipercaya menjadi tim koreografer sekaligus anggota parade budaya Duta GenRe, sekaligus terlibat dalam kegiatan pengembangan pemuda dan seni di komunitas lokal. Keaktifannya ini menunjukkan bahwa di mana pun ia berada, Ricky selalu ingin berdampak. Ia percaya, budaya bukan hanya tentang warisan leluhur, tetapi juga tentang kepedulian terhadap sesama. Menari Bersama Mimpi Dari Nunukan hingga Jakarta, perjalanan Ricky adalah bukti bahwa budaya bisa menjadi jalan untuk menemukan jati diri. Ia tidak hanya menari di panggung, tetapi juga menari bersama perjalanan hidup yang penuh makna. Dalam salah satu pesannya, Ricky berkata, “Di mana pun kalian berada, dari latar belakang apa pun, jangan pernah menyerah. Jangan takut untuk berbudaya dan bermimpi. Karena budaya bukan hanya kata, tapi tindakan.” Bagi Ricky, budaya adalah ruang untuk tumbuh, berekspresi, dan berbagi inspirasi. Ia berharap semakin banyak anak muda yang ikut melestarikan budaya, bukan sekadar lewat kata, tapi lewat karya dan pengalaman nyata. Kawan GNFI, kisah Ricky mengingatkan kita bahwa identitas tidak akan pudar jika kita terus menari bersamanya. (Foto: Dok Pribadi Ricki)
info gambar

Ricky, Menari Bersama Identitas: Pemuda Kalimantan Utara yang Melangkah di Ajang Putera Puteri Kebudayaan Indonesia (Foto: Dok Pribadi Ricki)


Dari Tari ke Pageant: Tantangan dan Keberanian

Menjadi finalis Putera Puteri Kebudayaan Indonesia bukan hal yang mudah. Ricky mengaku, keputusannya ikut ajang ini berawal dari rasa stagnan dalam hidup dan keinginan untuk menantang diri sendiri.

“Saya dulu minder ikut pageant karena merasa tinggi badan saya kurang. Tapi kemudian saya sadar, ajang seperti ini bukan hanya soal fisik. Saya ingin membuktikan bahwa siapa pun, bahkan yang datang dari pedalaman sekalipun, punya kesempatan yang sama kalau mau berusaha,” katanya.

Motivasi itu membawanya lolos seleksi dan kini menjadi perwakilan resmi Kalimantan Utara. Baginya, Putera Puteri Kebudayaan bukan sekadar kompetisi, tetapi wadah untuk memperjuangkan nilai-nilai yang ia yakini.

“Saya merasa sangat relate dengan ajang ini. Saya gak perlu berpura-pura karena ini dunia saya. Saya juga ingin mematahkan stigma terhadap penari laki-laki, bahwa menari bukan soal gender, tapi tentang cara berekspresi,” tegas Ricky.

Berbudaya with Rich: Advokasi dan Kreativitas

Di Jakarta, Ricky tetap teguh menjaga identitas daerah asalnya. Ia membuat program advokasi bertajuk Berbudaya with Rich, yang fokus pada pelestarian dan pembelajaran kebudayaan melalui pendekatan kreatif digital.

Melalui program dan kontennya, Ricky tidak hanya menampilkan budaya Kalimantan Utara, tapi juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas budaya dari daerah lain. “Saya ingin belajar banyak budaya, bukan hanya satu. Indonesia terlalu kaya untuk hanya dilihat dari satu sisi,” ujarnya.

Dalam setiap karya, Ricky berusaha membawa nilai-nilai budaya ke ruang yang lebih modern. Ia mengemas seni tradisional agar dapat dinikmati masyarakat luas, terutama generasi muda, tanpa menghilangkan esensi aslinya.

“Saya ingin membuktikan kalau budaya bisa tetap hidup di era digital, asal kita bisa mengemasnya dengan cara yang menarik,” tambahnya.

Sosial, Relasi, dan Dampak

Tak hanya di bidang budaya, Ricky juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial selama di Jakarta. Ia sering dipercaya menjadi tim koreografer sekaligus anggota parade budaya Duta GenRe, sekaligus terlibat dalam kegiatan pengembangan pemuda dan seni di komunitas lokal.

Keaktifannya ini menunjukkan bahwa di mana pun ia berada, Ricky selalu ingin berdampak. Ia percaya, budaya bukan hanya tentang warisan leluhur, tetapi juga tentang kepedulian terhadap sesama.

Menari Bersama Mimpi

Dari Nunukan hingga Jakarta, perjalanan Ricky adalah bukti bahwa budaya bisa menjadi jalan untuk menemukan jati diri. Ia tidak hanya menari di panggung, tetapi juga menari bersama perjalanan hidup yang penuh makna.

Dalam salah satu pesannya, Ricky berkata, “Di mana pun kalian berada, dari latar belakang apa pun, jangan pernah menyerah. Jangan takut untuk berbudaya dan bermimpi. Karena budaya bukan hanya kata, tapi tindakan.”

Bagi Ricky, budaya adalah ruang untuk tumbuh, berekspresi, dan berbagi inspirasi. Ia berharap semakin banyak anak muda yang ikut melestarikan budaya, bukan sekadar lewat kata, tapi lewat karya dan pengalaman nyata.

Kawan GNFI, kisah Ricky mengingatkan kita bahwa identitas tidak akan pudar jika kita terus menari bersamanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EY
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.